“Vel-vel! Vel-vel!” pekik seorang anak laki-laki sambil memegang bejana kuningan yang disebut Pal Kavadi di atas kepalanya. Seorang perempuan kecil mengikuti di belakang sambil menyerukan yel-yel tersebut untuk menyemangati sang ibu yang sedang trans di tengah-tengah kelompok mereka. Sang ayah dengan sabar memegangi bahu istrinya agar tetap berjalan stabil dan tidak menumpahkan belanga berisikan bara kayu di telapak tangannya.
Yel-yel yang sama juga bersahut-sahutan di dalam kerumunan para pengikut festival Thaipusam di Batu Cave pagi itu. Cuaca sangat cerah, langit biru dengan sedikit awan tipis membuat matahari menyengat dengan semena-mena. Syukurlah wangi dupa dapat menyamarkan aroma pakaian basah oleh keringat dari baju para pengunjung festival.
Suara nyanyian berisikan mantra diiringi tabuhan gendang ditingkahi gerakan kaku sang pemuja yang sedang kerasukan roh. Punggung mereka penuh dengan kait-kait besi berupa mata pancing yang berukuran besar, menancap ke dalam kulit. Masing-masing kait digantungkan buah dan bejana kecil berisi susu. Kedua kaki diikatkan gelang kerincing yang berdencing setiap kali mereka menggerakkan kaki. Sekali-kali imam yang mengawali menyiramkan bunga dan membakar kemenyan agar roh yang masuk ke dalam tubuh pemuja terus berjalan.
Iring-iringan Vel Kavadi pun tak luput dari sesaknya lautan manusia. Kavadi yang berbentuk altar Dewa Murugan setinggi 2 meter itu berhiaskan bulu-bulu burung merak dan bunga-bunga. Pembawa kavadi yang berat badannya di atas rata-rata mengangkut kavadi dengan cara memasukkan badannya ke dalam kavadi dan kerangka besi akan menempel di tubuh. Selain kait berbentuk mata pancing, kulit punggung pembawa kavadi juga ditembusi besi-besi penopang. Pemandangan yang bikin ngilu ini akan terus kita saksikan sepanjang festival berlangsung.
Kavadi yang beratnya lebih dari 30 kg dibawa berdesak-desakkan dalam kondisi dirasuki roh sambil menari berputar-putar lalu mendaki 272 anak tangga menuju kuil di dalam gua. Beban yang mereka emban adalah salah satu pengorbanan kepada dewa sebagai proses penyucian diri.
Mereka yang mengikuti festival ini datang dengan nazar dan doa-doa pengharapan. Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang aku tanyai mengatakan Pal Kavadi yang dia bawa berisi lembaran-lembaran doa agar dia dapat berhasil dalam ujian sekolahnya. Lembaran doa tadi akan dibawa naik ke atas, diberkati imam lalu dibakar ditengah-tengah sesaji berisikan buah kelapa.
14 sampai 30 hari sebelum Thaipusam, para penganut diwajibkan berpuasa dari segala keinginan. Mereka hanya makan makanan vegetarian sehari sekali, tidur di lantai berbantalkan balok kayu, tidak berhubungan seks, dan mencukur rambut kepala.
Iring-iringan terus bergerak menaiki tangga. Di dalam gua, imam-imam sudah menunggu para pembawa kavadi untuk menerima sesaji dan doa-doa. Semua kait-kait di tubuh dan tusukan trisula di mulut perempuan dilepas. Roh yang merasuki tubuh dikeluarkan. Meski sudah berjalan belasan kilometer dari KL, tapi tak tampak wajah kecapaian di para pembawa kavadi ini.
Setelah menyaksikan semua rangkaian ritual Thaipusam, aku menuruni tangga mencari toilet. Jika dari kuil gua, letak toilet berada di sebelah kiri melewati toko souvenir. Sepanjang jalan menuju toilet ternyata ada banyak sekali kios-kios yang menyediakan minuman gratis dari berbagai macam yayasan keagamaan! Mulai dari minuman rasa jeruk, anggur dan minuman khas India yaitu More. More ini berbahan dasar yogurt yang dicampur dengan bawang, cabe dan daun yang rasanya sangat khas. Bagi kebanyakan lidah Indonesia, mungkin tidak akan menyukai minuman yang baik buat kesehatan ini karena rasanya yang ekstrim.
Masih di sekitar areal minuman, selain terdapat banyak kios-kios souvenir juga terdapat jasa pencukuran rambut yang melayani semua orang. Bahkan pengunjung non Hindu juga bisa dicukur rambutnya di sini. Agak sedikit jauh di sudut areal Batu Cave, ada sebuah bangunan khusus yang digunakan panitia festival membagikan makanan untuk semua pengunjung. Mereka duduk berbaris dan makanan disajikan di atas daun pisang. Acara ini sama persis seperti yang pernah kulihat di liputan National Geographic beberapa bulan lalu di salah satu desa di India.
Thaipusam biasanya diadakan pada akhir bulan Januari atau awal Februari setiap tahunnya. Penentuan tanggalnya berpedoman pada penanggalan Hindu, maka tanggalnya tidak selalu sama setiap tahun. Jika kamu ingin menyaksikan festival Thaipusam ini, sering-seringlah mencari tahu kapan tanggal pastinya festival diselenggarakan di website Tourism Selangor.
Untuk mencapai Batu Cave dari Kuala Lumpur pun cukup mudah dan murah. Tiket KTM Komuter dari KL Sentral ke Batu Cave dapat diperoleh hanya dengan RM2 saja. Kenyamanan bagi perempuan juga disediakan di kereta ini dengan gerbong khusus perempuan. Letak pemberhentian kereta juga cukup strategis karena hanya 50 meter dari pintu masuk ke kuil. Jangan lupa untuk mengecek rute perjalanan kereta dan harga tiket di website KTM Komuter.
Pastikan juga kamu memilih hotel yang nyaman selama di Malaysia. Areena Star Luxury Hotel misalnya. Lokasinya yang dekat dengan Petaling Street dan KL Sentral menjadikan hotel ini pilihan tepat untuk kenyamanan kamu selama traveling.
Bagi yang ingin berkunjung pada hari-hari biasa, berhati-hatilah dengan barang bawaan karena ada banyak kera yang bermain-main di tangga. Selalu sediakan sunblock jika cuaca sangat cerah dan jangan lupa bawa makanan sendiri jika kamu tidak suka dengan rasa makanan India yang kaya akan rasa rempah.
Bagi yang menyukai India dan belum mampu/sempat ke India, sekali lagi aku bilang, di Selangor ini adalah surganya. Selamat jalan-jalan! :D
//
Padat merayap…
Sangat padat, Om…
serem kalilah postingan ini, kamaman.. hehehe..
Ngilu ya, Run.. :/
Wachh… poto nya kerenn oi
Makasih, Mas Tahid.. :D
serem ngeliat foto2nya.. agak linu gitu liat bagian yang ditusuk2 *over imagination hehe* :p
Tapi seruuuuuwww!!!! Hmm.. jadi selain deepavali kudu liat thaipusam yaa.. :D *well noted!*
Deepavali udah lewat ya? Padahal di Medan ada lho yang ngadain festival ini. Rugi deh ga datang. :(
Untuk tahun 2012 sih udah lewat. Yang tahun ini belum kok.. Mungkin di bulan oktober.. Iya, di Medan ada. Temenku cerita nggak kalah seru sama yang di LN :D
Okay…Rencanain ke Medan lagi ah.. Etapi masih lama ya.. :D
Hahaha.. masih lama kali Bang.. Nantilah kita atur lagi :p
Kereeeen! Beberapa fotonya bikin NGILU!
Bikin ngeri juga karena ngambil fotonya dekat sama mereka yang kerasukan. Hiii
Oh, mereka ngenal kerasukan juga:p
Iya dong.. Kerasukan sih dimana-mana juga ada. :p
O ya, dibanding More aku lebih suka Lasi. Bahan dasarnya sih tetep sama, Yoghurt. Tapi cammpurannya lebih ‘manusiawi’ buat lidah aku :D
Waktu di Batu Cave, ada dua kios yg bagiin More. Aku suka More yang agak kental dibandingkan sama yg terlalu encer.
Cit, ngeri liatnya.. perempuan pun ada yg ditusuk-tusuk.
Kebanyakan yang bernazar waktu itu perempuan, Na. Ada yang ditusuk, ada juga yang dirasuki.
laik dis… :)
tengkiu… :D
keren cit.. singkat jelas padat
hihi…makasih win.. :D
aku buntu tentang thaipusam haikss
Oh Citra, foto-fotonya keren oi
I wish you were there.. Etapi Mei mau ke India ya… Nitip kartu pos lagi ya. :D
harahhhh, yang minta kartupos banyaaaaaaaakkk, bangkrut gueeeee T_T
Peufffff…berapaan sih itu kartu pos…kurangin jatah makan aja sehari, Lid. Huahahahaha
Awesome festival !! Thaipusaaammmm !!!!!!
Vel vel! :D
Citra…paling suka artikel ini….hehehe… Gambar-gambar yang kamu ambil keren semua dan bikin kepingin banget nonton festival yang sama tahun depan :-)
Ayo, Bang! Aku kepikiran buat balik lagi buat ngeliat ini dan mencicipi makanannya khas India di sana. :D
event ini cuma setahun sekali kah? Atau tiap bulan tertentu diselenggarakan?
January-Februari sesuai perhitungan kalender Saka ya? okei…mari menunggu tiket murah ke Kuala Lumpur #senyum
setahun sekali, bang. biasanya akhir januari atau awal februari.
Beautiful story, Citra. And beautiful photos as well. Well done :-)
Terlalu banyak puji tak baik, Bang. :D But thanks anyway. Thank you… :)