Pantai Tanjung Pasir pagi itu ramai sekali oleh pengunjung. Lalu lintas ratusan kendaraan yang masuk ke lokasi wisata di Teluk Naga ini didominasi oleh kendaraan beroda dua. Mobil yang kutumpangi maju dengan lambat mengikuti arus di jalan aspal kecil yang rusak itu. Di sisi kiri jalan, puluhan laki-laki bersahut-sahut menawarkan kapal penyeberangan ke Pulau Untung Jawa.
Sopir Uber menurunkan kami di area parkir dan sialnya tepat di depan petugas penagih parkir yang langsung sigap memalak retribusi sepuluh ribu per orang! Karena kebelet kencing, aku malas cek-cok dan langsung membayar saja. Lalu ngacir mencari toilet sambil dibuntuti calo kapal.
Karena musim libur lebaran, semua harga jadi naik. Termasuk biaya penyeberangan ke Pulau Untung Jawa yang naik dari 20.000 menjadi 25.000 per orang sekali jalan. Ada puluhan kapal yang menanti di pinggir pantai. Rata-rata kapal dapat memuat sampai 20 orang. Jarak tempuh dari Tanjung Pasir ke Pulau Untung Jawa selama kurang lebih 30 menit. Untuk keamanan, terdapat pelampung yang digantung di bawah atap kapal.
Suasana di Pulau Untung Jawa ketika kami tiba pun tak jauh berbeda dibandingkan Tanjung Pasir: ramai! Dermaga kecilnya dipadati penumpang yang baru saja turun dari kapal-kapal yang baru bersandar. Pada pantai di kiri-kanan dermaga, juga ramai oleh pengunjung. Pondok-pondok berderet di dekat pantai. Beberapa speedboat terlihat mondar-mandir melaju kencang menarik banana boat.
Pulau Untung Jawa merupakan salah satu pulau dari gugusan pulau di Kepulauan Seribu dan lokasinya paling dekat dengan daratan Pulau Jawa. Jadi jangan heran jika tiba di pulau ini, kamu akan mendapati banyak sekali taburan sampah di laut dan pantainya. Hampir semua sampah-sampah itu adalah kiriman dari Jakarta dan sekitarnya dan dari pengunjung yang masih merasa kebersihan itu bukanlah sebagian dari iman.
Pulau kecil yang pada masa penjajahan Belanda dulu bernama Pulau Amiterdam ini termasuk pulau yang adem. Setiba kami di dermaga, hawa sejuk langsung menyapa karena ada banyak pohon yang menjadi kanopi di sepanjang jalan dari ujung pulau ke ujung pulau yang lain. Dari Pantai Sakura sampai ke Hutan Mangrove. Namun kebalikannya di sisi pulau yang lainnya: pepohonan peneduh tumbuh jarang-jarang.
Meski geliat pariwisata di Pulau Untung Jawa ini sedang giat-giatnya, namun pulau ini mulai digerus abrasi yang mengurangi keindahan pantainya yang berpasir putih. Padahal penahan ombak telah dibangun di sepanjang garis pantai. Tapi itu pun tak mampu meredam keganasan ombak. Selain abrasi, pulau ini terancam semakin rusak dengan kiriman sampah yang teronggok di sepanjang pantai dan hutan bakau.
Di area snorkeling Pulau Rambut, sampah-sampah yang kebanyakan plastik kresek dan sejenisnya terombang-ambing terbawa arus. Carikan-carikannya melayang di dalam laut bersama dengan ubur-ubur, ikan, dan manusia.
Di Pulau Untung Jawa sendiri tidak ada lokasi snorkeling. Lokasi terdekat berada di Pulau Rambut yang hanya 15 menit menyeberang dari Untung Jawa dengan membayar paketan snorkeling seharga 35.000-50.000 per orang selama satu jam snorkeling.
Lokasi snorkeling di Pulau Rambut ini pun mengenaskan. Jumlah sampahnya lebih banyak dari jumlah ikan yang dapat kita lihat di antara karang-karang berwarna coklat kehijauan. Tapi setidaknya masih ada kehidupan menarik lainnya yang dapat kusaksikan. Ada berbagai jenis alga dan biota laut lainnya yang tumbuh di atas karang-karang. Ditambah penampakan seekor nudibrach berwarna putih yang lucu sekali!
Pantai Sakura berada sekitar 1 km dari dermaga. Ada banyak pohon rindang berbunga merah muda cantik serupa bunga sakura yang melambai-lambai ditiup angin laut di sini. Aku menyesal tidak menghabiskan waktu satu-dua jam di Pantai Sakura. Sedangkan lokasi berkemah berada tak begitu jauh dari sana.
Aku mendirikan tenda di bawah pepohonan kurus yang melengkung menyembah matahari saat terbenam. Angin kencang membuatku kesal karena terus menerus menerbangkan layer tenda yang tak bisa dipancang kuat di pasir berkarang. Aku melepas dan melemparnya ke dalam tenda dan kembali membaringkan badan di balik gundukan pasir di bawah pepohonan. Tiupan angin yang sejuk membuatku malas bergerak, tak tergoda sedikit pun untuk berbaur dengan abg-abg yang asyik di pinggir pantai.
Senja
Pantai Sakura adalah tempat yang tepat untuk menikmati senja di Pulau Untung Jawa. Apalagi jika cuaca cerah dan angin bertiup kebut-kebutan menerjang rambut sampai awut-awutan.
Coba kamu bayangkan awan yang tadinya putih dan tipis-tipis berubah warnanya menjadi merah muda seperti bunga sakura, lalu berubah menjadi oranye dengan semburat ungu di mana-mana. Sementara itu angin mengacak rambut seperti alga bergoyang mengikuti arus laut. Sedangkan matahari pelan-pelan mengecilkan sumbunya, membiarkan dingin merajalela. Namun tanpa kita sadari, ia meninggalkan sepercik kehangatan di dalam hati.
Malam
Malam itu bulan setengah bertengger di atas hutan bakau ditemani Jupiter di dekatnya. Konjungsi Bulan dan Jupiter malam itu cukup jelas terlihat. Taburan bintang pun begitu, meski polusi cahaya dari lampu penerang jalan agak sedikit mengganggu. Setiap menit, ada saja kerlip lampu pesawat yang melintas. Tak nampak meteor, lampu pesawat pun bagus juga.
Inilah yang selalu senang aku kenang saat kamping. Yaitu menikmati malam yang dilingkupi perasaan ketika semua indra saling terhubung dengan alam sekitar. Ketika mata dapat melihat lebih luas. Hidung dapat menghidu berbagai aroma. Kulit yang tak pernah terbiasa dengan sentuhan dinginnya angin, kasarnya kulit pepohonan, sudut runcing patahan koral, dan gelitik pasir halus di telapak kaki. Telinga yang mendengar berbagai macam bebunyian yang dikenali hingga yang tak dikenali tapi pura-pura tak mendengarnya karena ingin tidur nyenyak. Dan perasaan yang bebas menginterpretasikan apa-apa yang dilihat, dicium, diraba, didengar, dan dirasakan.
Pagi
Jika kamu sanggup bangun sebelum matahari terbit, Pantai Sakura menawan hati dengan suasana setenang bayi yang sedang tidur. Suara ombak seperti bunyi dengkurnya yang halus. Langit masih ungu gelap dan pepohonan tampak samar-samar. Aku yakin, kamu akan sependapat denganku, enggak mau subuh itu berlalu.
Setelah 9 bulan di Tangerang tanpa sekali pun pernah melakukan hobi kamping, aku cukup senang berkemah di pulau ini. Terlepas dari banyaknya tumpukan sampah dan padatnya pengunjungnya, ternyata pulau ini masih bisa dinikmati dengan hati lapang. Pun pulau ini adalah pulau paling terjangkau yang dapat aku kunjungi dari Tangerang. Baik dari segi jarak, waktu, dan biaya.
Berikut adalah panduannya bagi yang berdomisili di Tangerang, Banten.
Transportasi dari Tangerang Kota ke Tanjung Pasir, Teluk Naga bisa ditempuh dengan dua cara. Pertama dan yang paling mudah adalah dengan menggunakan Uber dan atau sejenisnya. Kalau dibandingkan dengan sesama transportasi online ini, Uber paling murah. Tangerang Kota-Tanjung Pasir hanya 70.000. Bisa juga gratis jika kamu membuat akun baru dengan menggunakan kode ini: citra14ue (https://www.uber.com/invite/citrar14ue)
Kedua, naik angkot. Jika starting point dari Tangerang City Mall, naiki angkot R.03A (warna biru muda) dan turun di Waru-dekat Lapangan Ahmad Yani (ongkos 4.000). Dari Waru, naiki elf/mini bus jurusan Kampung Melayu (ongkos 10.000). Dari Kampung Melayu, naik angkot warna putih ke Tanjung Pasir (ongkos 7.000).
Tarif kapal penyeberangan dari Tanjung Pasir ke Pulau Untung Jawa mulai dari 20.000-25.000 sekali jalan. Dan 20.000 dari Pulau Untung Jawa ke Tanjung Pasir.
Paket snorkeling ke Pulau Rambut mulai dari 35.000 per orang dengan durasi 1 jam. Ada beberapa tempat penjualan paket snorkeling mematok harga 50.000 per orang. Pulau Rambut adalah pulau cagar alam burung.
Penginapan di Pulau Untung Jawa berupa homestay, berkemah, atau ngemper. Tarif homestay 150.000-350.000 per malam. Penyewaan tenda 100.000-150.000 per tenda per malam tergantung kapasitasnya. Upah kebersihan berkemah di tanah warga dekat Pantai Sakura 20.000-50.000 per tenda, tergantung kelihaian tawar-menawar. :D
Seruu juga Cit, meskipun banyak sampah gitu tapi masih ada spot menariknya.
Btw, apa enggak panas, camping di pantai? :D Dulu sempat mau nyoba, cuma kata kawan-kawan enggak asyik.
Boleh deh, kapan-kapan ajak awak ke sana :))
Tetap seru, Nu. Panasnya tergantung posisi kita. Kalau siang ya jelas panas, bisa berteduh di pohon. Kalau malam lumayan dingin.
Yok.
udah lama ngga camping di pantai… kapan ya? *lirik2 pulau sekitaran batam
Batam kan banyak pulau ya bang. Pasti seru tuh kamping di pulau kosong. Bisa sunbath sepuas dan sebebasnya. :D
Kota batam aja ada 300 pulau tapi boksit jadi jangan membayangkan pantai pasir putih dan lautnya coklat
oooh…baru tahu. Harus ke Batam deh kayaknya ini biar liat langsung. :D
Lautnya kaya capucino kalo yg di daerah galangan kapal
Tinggal tambahin gula ya. Hahaha
Aku pernah nekat snorkeling, gelap gulita
Ya Allah… hahaha
huwaaaa kangen Untung Jawa…padahal dulu sempet berencana kemping2 juga di sini sekalian kangen2an sama adek2 di SD Untung Jawa waktu Kelas Inspirasi…tapi sampe sekarang belum terealisasi :/
Ayo direalisasikan, Dit. Tempat kampingnya strategis, ada pepohonan. Jadi kalau siang ga kepanasan. :D
Belum pernah ke pulau seribu :D asik banget ya kemping di pantai, selama ini cuma di gunung doang
Asik banget sih iya. Kalau ke gunung kan effort-nya gila-gilaan mesti nanjak dulu. Tapi sama-sama seru sih.
walaupun ada sampah tapi tempat ini pas untuk melepaskan kejenuhan mas, ditambah menikmati sunrise di pagi hari wadooohhh
Asik banget, Bang Doli.
Ocit sendiri aja kesana? Cepat nikahin si adek cit biar bisa bareng n ga dingin klo malam
Hahahaha… kalau malam malah panas di dalam tenda, Liza.
setenang bayi tidur? ente yakin bayi tidur itu tenang banget?? :D
untung sumatera nggak ada cit? :D
Tenanglah, Bang. Yang tidur bayinya tenang. Untung Bang Mastah ada nih. hahaha
Cit, main-mainlah ke Bogor, camping di sekitaran sini. Dah lama juga aku gak camping.
Btw, sayang banget ya tempat snorkeling nya banyak sampah begitu.
Udah pernah ke Pulau Tidung, Pari atau Perak belum? Lautnya lebih mendingan deh di sana, walaupun sekarang mulai rame juga.
Tahun 2010 lalu udah pernah tapi nggak kamping. Pengen deh kamping di pulau-pulau sana.
Udah lama banget punya niat kamping di Bogor. Tapi belum ketemu lokasi yang bagus. Kamu sebagai warga Bogor, ada rekomendasi, kah? Ayo kampiiiiing… :D
Banyak di Bogor Cit. Mau camping biasa atau glamping?
Camping biasa aja. Yg cuma bayar retribusi. 😅
Yuk kita ke Sukamantri di Gunung Salak. Gampang transportasinya. Belum lama ini kak Firsta abis dari sana :-)
Ayok. Kamu kapan di ‘daratan’?
Harusnya sih tanggal 3 Agustus ya Cit, tapi ada kemungkinan maju. Nanti aku kabarin deh. Btw bisa tukar info nomor kontak gak, whatsapp ada Cit? Via fb aja deh tukerannya atau via Twitter …
Ok. Udah aku kirim via fb ya..
Siip, nanti aku colek via whatsapp.
Ya ampun sampahnya sebanyak itu :(
Sampahnya mengerikan >,<
Camping di pantai? hmmm boleh juga!
Adis takdos
travel comedy blogger
http://www.whateverbackpacker.com
Ah seru!!!! Tapi ini di sebelah mananya ya kak? Kemarin kesana cuma ngeliat pantai pasir putihnya aja (yang deket dermaga) dan sempit bgt pula. Mau coba camping juga akhir desember ini:D minta infonya yakakk
Kalau dari dermaga ke sebelah kanan. Jalan terus sekitar 1 kilometer nanti ada pantai lagi.
Bintang masih bisa keliatan jelas ya disana keren kalau di wilayah pemukiman udah gak bisa liat bintang kayak gitu :(
Iya. Alhamdulillah..
Seru banget ya Cit tidur di tenda. Tapi apa ngga takut ada ular atau biawak Cit? Kalau saya pilih menginap di Homestay, dulu sy menginapnya Karang Bolong, enak ada saungnya buat ngumpul2 bareng. Dekat dari pantai dan dermaga..
Sampai bertemu di pulau Untung Jawa Cit… Bagi nomor whatsapp nya ya. Thanks
Hai Rudy, nomor whatsappnya kayaknya ada di page contact deh… hehe..