Berniat liburan ke Kuala Lumpur, Malaysia? Yuk segera kemasi kopermu. Banyak destinasi menarik yang sayang untuk dilewatkan selama kamu berlibur di sana. Buat kamu yang ingin mengunjungi Malaysia dengan rentang waktu liburan yang singkat, yakni 2 hari 1 malam, kami merekomendasikan tempat-tempat ini.
1. Batu Caves
Awali liburanmu dengan mengunjungi Batu Caves. Di sana kamu akan menikmati pemandangan dari kuil Hindu yang berada di atas bukit nan hijau. Di depan pintu masuk kuil, terdapat patung Lord Murugan setinggi 42,7 meter berdiri gagah menjulang dengan warna emas. Lokasinya sendiri terletak 12 km dari Kuala Lumpur. Kamu bisa dengan mudah mencapai Batu Caves dengan menaiki kereta dari KL Station dan berhenti di Batu Cave KTM Station. Harga tiketnya sekitar 1 RM sekali jalan atau setara dengan Rp 3.500. Lama perjalanan hanya 30 menit saja. Mudah, cepat, murah! Oh iya, butuh usaha lebih untuk naik ke kuil ini. Mengapa? Karena adanya 272 anak tangga yang harus dinaiki. Namun, itu sebanding dengan pemandangan kuil di dalam gua sungguhan yang cantik. Hati-hati, di sepanjang tangga banyak monyet usil yang kadang suka melancarkan aksinya dengan meloncat di tengah jalanmu. Maka dari itu, sebaiknya kamu pergi pagi hari ke sana karena energi yang dibutuhkan lumayan besar. Sekali-kali olahraga ngga papa kan? Lanjutkan membaca “Keliling Kuala Lumpur dalam Waktu 2 Hari? Siapa Takut!”
Masa kecil kulewatkan di kampung di Labuhan Haji yang posisinya antara gunung dan laut. Bila digambarkan, akan sama persis seperti gambar yang ketika pelajaran kesenian waktu Sekolah Dasar dulu. Ada gunung barisan menjulang, petak-petak sawah, jalan raya yang membelah petak sawah, rumah-rumah, dan sungai beserta tebing-tebingnya yang meliuk-liuk yang mengalir ke laut dengan perahu layar nelayan sedang berlayar.
Bermain di sungai, kuala, laut, sawah, hingga mendaki bukit kecil yang terlihat dari depan rumah sudah menjadi kebiasaan bagi anak-anak pada masa kecilku dulu. Memancing ikan krup-krup dan bace di parit kecil yang mengairi air ke sawah-sawah di pinggir jalan. Melompat dari tebing dan terjun ke dalam kuala adalah keriangan yang jarang dapat ditemui lagi saat ini.
Gerimis yang turun ketika kami tiba di Kampung Hulu Chuchoh di Sepang siang itu kembali mengingatkanku pada masa kecil dulu. Andai saja ada sawah di dekat situ, bayangan akan masa kecil ketika aku dan kawan-kawan sedang bermain di sawah ketika hujan akan terefleksikan dengan jelas sekali.
Alih-alih melihat sawah, kami dihadapkan pada kebun Bambu Madu yang lebat dengan parit besar di pinggirnya. Bambu tanpa miang ini menjadi salah satu nilai jual pada turis-turis luar negeri untuk datang ke homestay Bang Huris. Kepala desa yang menemani kami berjalan-jalan dengan gesit mematahkan sebatang rebung dan memamerkannya dengan bangga. Di benakku sudah terbayang lezatnya gulai rebung manis dicampur udang sabee dan dimakan dengan nasi hangat. Ahhh….
Kegiatan partisipan Malaysia Tourism Hunt 2013 di kampung Hulu Chuchoh kali ini adalah bermain di kebun. Setiap tim diberi tantangan menderas pohon karet dan menebas pelepah dan tandan kelapa sawit. Yang terakhir ini memang agak menentang hati nurani sih ya. Tapi ya sudahlah. :D
Menderas dan menebas sawit tidak semudah seperti yang dilihat ketika wawak-wawak asal Jawa Timur itu memeragakannya. Menderas kulit karet misalnya. Tak boleh sampai menyayat kambium terlalu keras. Alur penyayatan pun harus dalam pada bagian dalam dan tinggi pada bagian paling luar. Hal ini agar menjaga getah tidak mengalir keluar jalur. Sulit memang tapi kami berhasil mendapat nilai 8 untuk tantangan ini. Tapi kami memperoleh nilai nol ketika memanen sawit. Mengerjakan sawit memang lebih sulit. Bang Firdaus menyelesaikannya dengan badan basah kuyup oleh keringat.
Yang paling menyenangkan adalah ketika tantangan terakhir. Yaitu mengukur kelapa, membuat sapu lidi dan memanen buah kopi. Kali ini tim Same-same berpencar mengerjakan masing-masing tantangan. Aku membuat sapu lidi, Kam mengukur kelapa, dan Bang Firdaus bersama Yap memetik buah kopi. Membuat sapu lidi adalah perkara gampang bagi aku yang pernah mengerjakannya waktu SD dulu ketika ujian pelajaran ketrampilan. Dengan bangga aku mempersembahkan nilai 10 untuk kawan-kawan satu tim. :D
Menutup acara ‘bermain-main’ di kebun ini, kami diajak untuk menanam pohon jeruk di salah satu kawasan kebun.
Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan para turis di Bang Huris Homestay. Selain seperti yang aku sebutkan di atas, memancing, mengunjungi pabrik, kebun anggrek dan sayur hidroponik, penanaman buah, dan banyak lagi kegiatan lainnya yang cukup menyenangkan ketika dilakukan bersama-sama. Paling lucu melihat kawan-kawan yang belum pernah mengalami kegiatan-kegiatan tradisional, bahkan melihat pun mereka belum pernah. Ekspresi bengong dan bingung membuat geli dan mengundang tawa.
Rangkaian kegiatan nostalgia hari itu diakhiri dengan makan siang dan menikmati lagu-lagu Melayu dan mancanegara yang didendangkan oleh seorang penyanyi wanita. Uniknya lagu-lagu yang dibawakan diiringi dengan gabungan alat musik tradisional dan modern seperti gendang, akordion, gitar, dan keyboard. Bang Ed menguji keahlian bernyanyinya dengan membawakan sebuah lagu dangdut. Membuat penonton ingin ikut bergoyang.
Bang Huris sendiri bukanlah nama orang melainkan singkatan dari tiga buah desa yaitu Kampung Bukit Bangkong, Kampung Hulu Chuchoh, Kampung Hulu Teris. Tersedia dua paket untuk menikmati kehidupan lokal di homestay ini. Ada yang paket dua hari dan paket tiga hari. Lengkapnya bisa cek di SINI. Mencapai tempat ini sebaiknya menggunakan jasa travel agent karena jaraknya lumayan jauh dari Kuala Lumpur tapi lumayan dekat dari KLIA. Atau silahkan hubungi nomor kontak yang tersedia pada link tadi.
Putrajaya adalah pusat administrasi baru negara Malaysia yang menggantikan Kuala Lumpur yang mulai mengalami traffic jam. Kota ini berdiri pada tanggal 19 Oktober 1995 dan menghabiskan biaya sebesar US$ 8,1 milyar. Proyek raksasa ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara.
Putrajaya menarik dikunjungi karena arsitektur perkantorannya yang menakjubkan. Arsitektur bangunan-bangunannya dipengaruhi oleh budaya Islam, Melayu dan Eropa. Bangunan-bangunan megah menghiasi kota baru ini yang dibangun di areal seluas 49 km2. Uniknya lagi, kota Putrajaya dibangun di atas pulau dengan sungai buatan yang mengelilinginya. Tapi mereka menyebutnya Tasik yang berarti danau.
Salah satu cara untuk menikmati kota Putrajaya pada siang hari adalah dengan bersepeda. Seperti partisipan Malaysia Tourism Hunt (MTH) 2013 pada bulan September lalu. Sebanyak 20an partisipan menggowes sepeda bersama pesepeda yang bekerja di sini mengelilingi taman di pinggir sungai. Meski rutenya tak terlalu panjang tapi cukup menyenangkan.
Taman-taman teduh nan hijau, jogging track yang nyaman dan bangunan-bangunan tak jemu dipandang tidak hanya dibangun untuk kepentingan perkotaan saja. Tapi juga supaya para pegawai-pegawai kantor yang harus pindah dari KL agar betah tinggal di sini. Dan, tentu saja untuk dapat menarik perhatian turis yang menyukai arsitektur seperti Kak Wulan ini. :D
Tanpa terasa, kami sudah bersepeda sejauh 4 km dari Kantor Perbadanan dan mengitari Taman Ekuistrian Putrajaya di pinggiran sungai. Seorang pemandu bercerita kalau dulu hanya ada dua lokang atau sungai kecil saja di tempat ini. Karena pembangunan Putrajaya, lokang itu dibendung hulunya agar bisa diperbesar hingga selebar lebih dari 50 meter saat ini.
Gedung-gedung yang tidak boleh kamu lewatkan jika ke Putrajaya adalah Kantor Perdana Menteri di Perdana Putra, Kompleks Perbadanan Government, Kompleks Ministry of Finance, Istana Kehakiman, dan Mesjid Putra.
Bagian dalam Kantor Perbadanan dengan latar belakang Istana Kehakiman.
Pada malam hari, kamu bisa mengikuti tour Cruise Tasik Putrajaya sambil menikmati makan malam dan pemandangan lampu-lampu kota. Cek paket-paket menarik dan harganya di SINI.
Bagaimana caranya ke Putrajaya?
Naik ERL dari KL Sentral ke Putrajaya & Cyberjaya, harga tiket RM9.50.
Lalu sambung dengan menaiki bus Nadiputra ke tujuan dengan tiket seharga RM0.50.
Makan di mana?
Makanan murah dan lumayan terkenal di Putrajaya adalah Selera Putra yang letaknya berdekatan dengan Mesjid Putra. Food court ini menjual berbagai makanan khas Malaysia dan buka setiap hari dari jam 10 hingga 7 malam dan 9 malam pada akhir minggu. Pilihan kedua terletak agak jauh dari Mesjid Putra. Yaitu Medan Selera yang berada di Presint 8, harus menyeberangi jembatan Seri Wawasan dulu tapi di sini menjual lebih banyak jenis makanan dan lebih murah. Tempat ini beroperasi pada jam 12.30 siang sampai 10.30 malam.
Menginap di mana?
Aku menyarankan lebih baik menginap di kawasan Bukit Bintang di Kuala Lumpur karena banyak tersedia hostel jika kamu traveling on budget. Artinya kamu harus pergi-pulang dan memperhatikan benar-benar dan menyesuaikan alokasi waktu untuk jalan-jalan, makan, dan lain-lain dengan jadwal kereta dari terminal Putrajaya ke KL Sentral.
Bila punya banyak waktu dan uang, aku merekomendasikan satu hotel yang pernah aku tempati ketika mengikuti MTH 2013 yaitu The Everly Hotel yang beralamat di Jalan Alamanda No. 1, Presint 1. Hotel ini letaknya bersebelahan dengan Alamanda Shopping Mall. Bagi yang senang shopping dan nonton bioskop, kamu berada di tempat yang benar.. :)
Siapa yang tidak mengenal lomba balap Formula One atau yang disingkat F1? Bagi penggemar olahraga balap, pasti nama-nama seperti Sebastian Vettle, Fernando Alonso, Kimi Raikkonen, atau Michael Schumacher yang sudah pensiun terdengar tak asing lagi. Begitu juga dengan sirkuit-sirkuit yang digunakan pembalap-pembalap tadi mengadu kecepatan. Salah satu sirkuit paling terkenal di Asia adalah Sepang Circuit, Malaysia.
Ketika pertama kali mengetahui kami akan ke sirkuit balap Sepang, aku langsung membayangkan dapat melihat mobil-mobil balap dan kemungkinan duduk di dalamnya dan menguji trek balap. Tapi tidak. Tidak ada mobil balap apalagi mobil single seater untuk balap F1. Tapi semua partisipan MTH 2013 tetap berkesempatan untuk uji trek dengan mobil matic dengan kecepatan 60KM/jam.
Karena sirkuit sedang kosong, hanya koakan burung gagak dan pekerja yang sedang bersih-bersih, tidak ada yang menarik di sirkuit ini untuk diperhatikan kecuali cuaca panas yang cocok untuk tanning. Mengatasi rasa bosan, aku membayangkan mobil-mobil balap berpacu dengan waktu dan mereka-reka suara decit ban ketika menahan gesekan dengan aspal di setiap tikungan sehingga membekaskan warna hitam pada aspal. Saat itu kami baru saja melewati jalur maut yang merenggut nyawa Marco Simoncelli.
Sirkuit Internasional Sepang merupakan sirkuit yang digunakan untuk Malaysian Grand Prix Formula 1, A1 Grand Prix, Malaysian Motorcycle Grand Prix, dan juga berbagai macam ajang motorsport. Untuk mencapai sirkuit Sepang bisa ditempuh dengan menaiki kereta dari KL Sentral ke KLIA lalu menaiki shuttle bus menuju sirkuit. Shuttle bus ini hanya tersedia jika di sirkuit Sepang ini sedang ada event. Jika tidak ada event, taksi adalah transportasi paling mudah ditemui untuk mencapai tempat ini.
Bagi penggemar balap di Indonesia, menonton di sirkuit Sepang adalah pilihan terdekat dan termurah. Cek event-event seru di Sepang Circuit di kalender event mereka. Tahun ini saja ada beberapa kejuaraan yang bisa kamu saksikan. Pembelian tiketnya pun bisa dicek pada website Sepang Circuit dan untuk informasi penting lainnya.
Tourism Malaysia kembali menggelar acara turisme menarik yang mengenalkan destinasi-destinasi andalan mereka kepada negara-negara Asean. Aku beruntung menjadi salah satu dari 80 peserta yang berasal dari Malaysia, Philipine, Thailand, Brunai, Singapore, Indonesia, dan termasuk juga negara Iran dan Italia.
Tahun 2013, Malaysia Tourism Hunt mengusung tema ‘Fly & Drive’. Para peserta dari luar negara diterbangkan ke Malaysia dengan maskapai Malaysia Airlines dan selama 6 hari berkonvoi dengan mobil Proton Preve dan Inspira menjelajah bagian selatan Malaysia.
Berangkat dari Putrajaya sebagai pusat administrasi pemerintahan Malaysia dengan gedung-gedung berarsitektur megah dan ruang hijau yang menawan, 80 peserta yang terdiri dari media televisi, media cetak dan online, dan blogger dilepas menuju Sepang yang kemudian akan terus bergerak dan singgah di Port Dickson, Melaka, Muar, Kluang, Nusajaya, dan Johor Bahru.
Menyambut Visit Malaysia 2014 dalam sambutan oleh YBhg Dato’ Hj. Azizan Noordin, Deputy Director Planning of Tourism Malaysia bahwa even Malaysia Tourism Hunt 2013 ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah visitor yang ditargetkan mencapai 28 juta orang dengan pendapatan hingga 78 milyar ringgit. Ini bukanlah target yang muluk bagi Malaysia. Karena setiap destinasi wisata di negara ini memiliki potensi yang menarik, unik, dan dikelola dengan serius. Even Malaysia Tourism Hunt 2013 ini adalah salah satu bukti keseriusan departemen pelancongan Malaysia untuk mencapai target tadi.
Ayo! Ikuti catatan perjalananku selama 6 hari mengikuti Malaysia Tourism Hunt 2013 menaiki Proton Inspira bersama tim Same-same yang beranggotakan Aku, Bang Firdaus dan Yap dari Malaysia, dan Kam dari Thailand. Fasten your seat belt. Keep calm, sit, and relax. :D
Suatu hari yang melelahkan, aku tiba di Love Lane Inn pukul 10 malam. Seharusnya aku sudah tiba pukul 9 kalau tidak tiba-tiba lupa arah jalan ke Chowrasta Market. Ingatanku sama arah dan jalan memang luar biasa parah, apalagi jika pergi sendirian. Padahal ini adalah hari ke 4 aku tinggal di kawasan Georgetown, masih saja tidak bisa mengingat jalan pulang. Lanjutkan membaca “Lost in Georgetown”
Suatu hari yang melelahkan, aku tiba di Love Lane Inn pukul 10 malam. Seharusnya aku sudah tiba pukul 9 kalau tidak tiba-tiba lupa arah jalan ke Chowrasta Market. Ingatanku sama arah dan jalan memang luar biasa parah, apalagi jika pergi sendirian. Padahal ini adalah hari ke 4 aku tinggal di kawasan Georgetown, masih saja tidak bisa mengingat jalan pulang. Lanjutkan membaca “Lost in Georgetown”
Bagi yang menyenangi trekking dan sedang berlibur di Pulau Pinang, pasti tidak akan melewatkan trekking di Taman Negara Pulau Pinang di Malaysia ini. Selain lokasinya mudah ditempuh, taman nasional ini juga menyimpan keindahan pantai, hutan, bangunan tua seperti mercusuar, dan juga sejarah .
Taman nasional ini memiliki luas 1.266 hektar dan dapat ditempuh selama hampir 1 jam dari Georgetown dengan bus nomor 102 seharga RM4 saja. Di depan pintu masuk TN Penang nanti pengunjung bisa memilih mau perginya trekking dan pulang naik speedboat atau sebaliknya. Ongkosnya kalau nggak lupa sih sekitar RM30 one way ke pantai Teluk Duyung. Tapi aku memilih untuk trekking saja pergi dan pulang.
Jalur trekking terbagi dua, yang pertama ke arah mercusuar (melewati Teluk Duyung) dan yang kedua ke arah Pantai Kerachut. Trekking ke Teluk Duyung memakan waktu sekitar 1-2 jam melewati jalur yang trek cukup menyenangkan. Di beberapa medan yang terbilang sulit sudah dibangun jembatan kayu dan tangga-tangga dari semen agar memudahkan pelancong melewatinya.
Hari Satu – Rumah Api Muka Head
Aku mengalokasikan dua hari untuk menjelajahi TN Pulau Pinang ini. Hari pertama aku ingin melihat rumah api atau yang kita sebut mercusuar. Mencapai Rumah Api Muka Head ini aku harus menempuh perjalanan sejuah 4.220m melewati jalur jalan berbatu-batu di pinggir laut. Udara panas dan lembab serta kontur jalan yang naik-turun membuat baju basah dikucuri keringat. Aku menggunakan waktu istirahat untuk memperhatikan dengan seksama lingkungan di sekitar. Beruntung aku bisa menyaksikan binatang-binatang liar seperti tupai Kerawak, elang, Murai Batu dan Kepodang yang cantik atau burung gagak yang berkoak menyeramkan.
Melewati kilometer pertama, aku tiba di Teluk Aling. Di sini terdapat kompleks penelitian Universitas Science of Malaysia. Pantai pasir putihnya terbentang sepanjang 100 meter dan dibelah oleh sebuah dermaga. Seorang bapak paruh baya sedang menyulam jala yang diikatkan pada dahan sebatang pohon di pinggir pantai. Aku kebingungan mencari jalan menuju pantai berikutnya, Teluk Duyung, karena jalan setapak tak terlihat sama sekali dari situ. Beliau menjelaskan dalam bahasa Melayu yang sangat cepat dan tidak bisa kumengerti. Aku hanya mampu menerjemahkan gerak tangannya yang menunjuk-nunjuk ke pagar USM lalu membentuk setengah lingkaran yang sepertinya berarti berbelok.
Ternyata benar, jalur trekking selanjutnya di mulai dari pinggir pagar USM lalu berbelok dan sedikit menanjak ke dalam hutan. Kali ini jalur trekking semakin menyenangkan karena akar-akar sulur dan batang-batang rotan besar yang merintangi jalan. Jadi ada waktu untuk bermain-main sebentar dengan bergelantungan pada akar-akar sulur.
Jarak ke Teluk Duyung dari Teluk Aling adalah 1.700m. Sebuah jembatan kayu mengantarkanku pada pantai pasir putih dan disambut dengan rengekan monyet yang sedang mengganggu turis dari Cina di atas sebuah batu raksasa di pinggir pantai. Pantas pantai ini disebut Monkey Beach karena memang banyak sekali monyet yang berkeliaran.
Monkey Beach pada hari jumat itu terlihat sepi, hanya beberapa grup pengunjung dari Cina yang terlihat sedang bermain-main di pinggir pantai, beberapa pasangan dari arab, dan satu keluarga dari Korea yang sedang tidur-tiduran di hammock. Terdapat beberapa buah warung makanan yang buka di sini. Meski lapar, aku tetap melanjutkan perjalanan ke mercusuar lalu menaiki tangga-tangga dari semen dan meninggalkan hiruk pikuk pantai oleh suara jetski dan tawa riang para pelancong lainnya.
Dari pantai Teluk Duyung ke mercusuar berjarak 1.300 meter dengan kontur jalan yang terus menanjak. Sepanjang perjalanan terlihat pancang-pancang penunjuk jarak menuju lokasi mercusuar, beberapa pos peristirahatan dan juga disediakan banyak sekali tempat sampah. Jadi melihat sampah bertebaran di taman di negara ini adalah pemandangan langka.
Rumah Api Muka Head ini terbuat dari batu granit setinggi 14 meter saja yang dibangun pada tahun 1883. Dari semua mercusuar di Pulau Pinang ini, mercusuar Muka Head adalah yang paling sulit dikunjungi. Butuh waktu satu jam juga untuk tiba di tempat ini. Lumayan menguras tenaga, apalagi kalau cuma bermodalkan sarapan gratis di hostel. :D
Hari Dua – Pantai Keruchut
Yang membuat aku bersemangat kembali ke Taman Negara Pulau Pinang ini adalah ingin merasakan Canopy Trekking. Sayangnya jalur ini tutup setiap hari jumat. Makanya aku kembali lagi ke sini agar bisa menikmati sensasi berjalan di atas ketinggian melewati jembatan-jembatan gantung di tengah hutan dari pohon ke pohon. Sayangnya pula cuaca sangat berangin pada hari sabtu itu dan jalur ini ditutup. Memang hari itu angin bertiup sangat kencang hingga ke Aceh Barat sana.
Tapi aku cukup puas menikmati jalur trekking ke Pantai Kerachut ini. Perjalanan kali ini pun dilanda was-was karena banyak sekali ranting-ranting patah dan jatuh karena angin kencang. Jalur trekking pun banyak yang ditutupi dedaunan rontok dan beberapa dahan pohon yang patah di tengah jalan. Kali ini aku tidak pergi sendirian, ada Bang Arie Yamani yang tiba dari Aceh kemarin sore dan berjalan beriringan dengan anak-anak SD yang pergi piknik ke Pantai Kerachut. Wuih, semangat mereka memang luar biasa, ketika yang tua-tua sudah ngos-ngosan, anak-anak ini tetap berjalan dengan riang gembira. :)
Menuju Pantai Kerachut, pengunjung akan berjalan kaki sejauh 2.920 meter atau sekitar satu jam. Jalur trekking menuju pantai ini adalah jalur yang sama yang digunakan oleh imigran Aceh sekitar 73 tahun lalu untuk mengangkut kayu untuk membuat rumah dan perahu. Jalur yang berupa parit itu disebut Jalan Penarikan karena kayu-kayu yang sudah ditebang ditarik oleh kerbau menuju pemukiman. Sekitar 30 menit dari Jalan Penarikan ada lagi yang namanya Bukit Belah. Konon puncak bukit setinggi 5 meter tersebut ‘dibelah’ menggunakan cangkul oleh 7 orang laki-laki dalam tempo 10 hari saja. Jalur ini juga digunakan untuk mempermudah pekerjaan menarik kayu tebang oleh kerbau-kerbau mereka.
Pantai Kerachut ternyata memiliki fenomena unik di sekitarnya. Selain pantai dengan pasir putih, di pantai ini juga tempat penyu-penyu bertelur dan juga ada penangkaran penyu di sisi lain pantai. Bukan hanya itu saja, ada Danau Meromitic yang unik. Air laut yang pasang akan memenuhi dataran rendah danau lalu arus pasang akan menggerakkan pasir pada mulut kuala hingga membentuk bendungan sehingga dataran rendah tadi sempurna disebut sebuah danau. Jika ingin melihat kejadian unik ini, kita harus sudah tiba pada tengah hari atau ketika air laut mulai pasang. Jika beruntung, pengunjung juga bisa melihat jejak penyu setelah bertelur pada pasir pantai.
Di kawasan pantai, pengunjung juga dapat belajar pengetahuan umum tentang beberapa jenis pohon yang tumbuh di sana. Seperti Pohon Leban yang dikenal sebagai tumbuhan obat. Waktu aku kecil dulu, perasan pucuk daun Leban yang masih berwarna merah dan hijau muda sangat mujarab untuk mengobati batuk. Ironis sekali aku malah menemukan pohon ini di Penang, di Aceh sendiri aku tak pernah melihat lagi Pohon Leban ini. Lalu ada Pohon Akasia yang di sini dikenal sebagai pokok penceroboh karena sifatnya yang bisa hidup di tanah jenis apa saja dan dapat tumbuh dengan amat cepat. Dalam waktu 3 tahun, pohon akasia bisa tumbuh setinggi 15 meter.
Hanya ada dua lokasi berkemah di kawasan TN Pulau Pinang ini. Berkemah hanya boleh di Pantai Kerachut dan Teluk Kampi. Pengunjung dilarang berkemah di bagian barat laut dan di pinggir pantai. Tempat berkemah sendiri sudah disiapkan khusus agar tidak mengganggu penyu-penyu yang akan bertelur. Seandainya saja Indonesia dapat mengelola taman nasional dan objek wisata pantai seperti di sini, tentu kebersihan, ketertiban, dan keamanan antara manusia dan alam tetap harmonis. Penyu dapat bertelur dengan aman dan nyaman, yang mau kemping juga tetap bisa leluasa di kawasannya sendiri.
Taman Negara Pulau Pinang di Teluk Bahang ini bisa menjadi wisata alternatif selain menikmati kota tua di Georgetown. Coba juga berkomunikasi dengan warga setempat dan temukan keunikan bahasa mereka yang seperti campuran antara bahasa Padang, bahasa Aceh dan bahasa Melayu. Atau buat mengetes ketajaman pendengaran juga bisa. :D
Halo traveler… Aku Citra Rahman dari Aceh. Salah satu peserta My Selangor Story yang berlangsung pada akhir Januari 2013 lalu. Sebelum tulisan ini di-publis, aku baru pulang dari Pulau Breueh, pulau terluar dan paling barat Indonesia (makanya tulisan ini terbit telat). Satu lagi impianku tercapai setelah sebelumnya impian jalan-jalan (gratis) di Selangor juga telah menjadi kenyataan.
Traveling itu menjadikan kita pribadi yang kaya akan pengalaman dan membentuk kita menjadi pribadi yang kuat. Berjalan ke suatu tempat, melihat dan merasakan hal-hal baru dan bertemu orang baru. Keluar dari comfort zone dan berusaha survive di tempat asing. Traveling membuat kita sadar posisi kita dan pengaruh tindakan kita pada alam. Beruntung jika kita bisa memberi pengaruh positif bagi orang-orang di sekeliling. Inilah yang paling aku suka saat traveling, belajar banyak hal. Singkatnya, traveling make me feel better, stronger and faster. :D
Rasanya baru kemarin aku melihat Kavadi dan minum Mare di Festival Thaipusam, Batu Caves. Rasanya baru kemarin juga mendengar anak-anak histeris waktu di Waterplexx 5D dan roller coaster di Sunway Lagoon. Ah, kangen sama manis Ladu dan aroma dupa di Klang. Kangen kawan-kawan blogger, Miss Chai dan Bang Syafri.
Masih ingat sekali waktu di Klang ketika aku berlari dari ujung pertokoan dan tak menemukan bus dan kawan-kawan di tempat yang seharusnya menunggu. Jika saja tak seorangpun mengingat aku, mungkin aku sudah ditinggal pergi rombongan ke Kuala Lumpur. Lanjutkan membaca “My Selangor Story”
Perjalanan My Selangor Story di hari keempat ini membawa kami lebih dekat ke alam. Setelah hari-hari sebelumnya kami menjelajahi kota tua, tempat peribadatan, dan festival maka hari ini kami diajak menikmati keindahan pantai, bukit dan sungai.
Pada hari keempat itu, cuaca sedang dalam kondisi terbaiknya untuk berada di pantai seharian. Langit biru, sedikit berawan, semilir angin yang menghembus udara panas dan menggulungnya jauh-jauh. Hanya terik matahari yang bersinar terik membuat kulit semakin gelap. Atap ilalang pada lobi dan restoran di Golden Palm Tree Resort yang terjemur matahari mengeluarkan aroma khas yang menenangkan. Ah, perfect.
GPT menyediakan 392 villa mewah yang semuanya berada di atas laut. Jika dilihat dari udara, resort ini berbentuk sebatang pohon palem. Uniknya lagi, semua villa beratapkan daun ilalang . Seperti yang aku sebutkan tadi, atapnya itu sangat khas. Aku suka sekali dengan ide ini, aspek menggabungkan modernitas dan tradisional namun tetap mengutamakan kenyamanan bagi para penghuninya. Semuanya benar-benar didesain dengan amat sangat detil.
Decak kagumku pada resort ini tak kunjung habis. Detilnya keterlaluan! Setiap cafe dan restoran sengaja didirikan di tempat-tempat tertentu agar pengunjungnya dapat memilih sendiri view apa yang mereka ingin saksikan.
Sepoi-sepoi Cafe misalnya. Di belakangnya terhampar luas Smiley Beach dengan pasir halus seperti tepung. Lokasi ini adalah tempat bagi penikmat matahari terbit.
Ingin melewati sore sambil menikmati sunset dan malam romantis bersama pasangan?
Mau berenang atau tanning sambil memandang ke laut tanpa batas dan menikmati pergantian hari dengan warna langit spektakuler? Bila-bila Cafe membuat kita bakalan betah tanpa sadar waktu berlalu.
Outdoor activities? Coba deh yang ini:
Kami harus check-out pagi-pagi dari GPT. Sarapan di Sepoi-sepoi Cafe sambil menikmati angin sepoi-sepoi membuatku mengantuk dan ingin kembali ke kamar. Sayang sekali menginapnya cuma semalam. Haha… Tapi uniknya aku merasa tidak meninggalkan GPT, kemewahan yang dirasakan selama sehari kemarin itu terbawa hingga ke Kuala Lumpur. Kesannya masih melekat di hati.
Bus melaju ke Kuala Selangor, salah satu district yang memiliki potensi wisata yang unik. Cuma di Kuala Selangor ini habitat kunang-kunang masih terjaga dengan baik. Sebelumnya, kami dibawa untuk melihat sebuah benteng di atas bukit. Tapi kita berhenti sebentar untuk melepas dahaga dengan menikmati kuliner di Kampung Assam Jawa, Kuala Selangor. Namanya Cendol Bakar. Cendol bakar ini tersedia dalam beberapa varian rasa seperti tapai, pulut dan durian. Mana yang paling enak? Semuanya enak! Jika tak tahu malu, aku mau minta tambah lagi.
Bukit Melawati
Kalau di Bali ada Monkey Forest, di Bukit Melawati juga punya atraksi monyet yang tak kalah seru dan lucu-lucu. Tapi monyet-monyet di sini lebih bersahabat dan jinak. Tapi hati-hati, mereka menjadi sedikit agresif jika kita memegang makanan. Meski sudah ada larangan memberi makan, tetap saja orang-orang memberi makan. Akhirnya kebiasaan alami mereka berubah. Jika dulu mereka menangkap ketam di sungai, sekarang mereka hanya berharap mendapat makanan dari pengunjung.
Bukit Melawati dulunya adalah kubu pertahanan untuk mengusir Belanda. Dari bukit ini juga para prajurit mengintai kapal-kapal asing yang datang dan pergi melewati sungai Selangor. Tempat ini menyisakan benteng dan beberapa buah meriam yang menghadap ke sungai yang disebut Kuala Selangor.
Selain atraksi keluarga monyet Ekor-Panjang, ada beberapa bangunan tua yang layak untuk dikunjungi. Seperti museum, mercusuar dan beberapa bangunan peninggalan Belanda. Di areal benteng kita dapat mengedarkan pandangan ke sungai Selangor yang bersejarah itu membayangkan bagaimana para pejuang pada masa Sultan Ibrahim di akhir abad ke-18 mengintai dan berperang melawan Belanda dengan meriam-meriamnya.
Matahari perlahan-lahan hilang dari balik rimbun hutan bakau Kuala Selangor. Sekarang lah waktunya untuk melihat kunang-kunang jantan beraksi memikat sang betina. Pohon-pohon bakau di pinggir sungai dipenuhi lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip. Kami menaiki perahu dayung dan melaju dalam hening. Hanya kecipak air yang terdengar.
Kunang-kunang sangat sensitif pada cahaya dan suara. Makanya para pengunjung dilarang bersuara keras dan menyalakan senter atau flash kamera. Lokasi ini pun jauh dari hiruk pikuk kota sehingga tidak mengganggu kehidupan alam liar di Kuala Selangor. Jadi habitat kunang-kunang terus lestari.
Seberapa banyak sih orang-orang pada masa sekarang yang pernah atau sering melihat kunang-kunang? Dari 20 orang blogger pada hari itu, tidak satupun. Bagaimana tidak, alam semakin tergusur, yang artinya habitat serangga dan binatang-binatang lain hilang. Polusi udara, cahaya dan suara memperparah keadaan.
Ah, baiklah. Malam semakin larut. Pelancongan di hari keempat telah usai dan kami harus kembali ke Kuala Lumpur. Rasa lelah menguap karena mengingat ini adalah malam terakhir kami bersama-sama dan membayangkan sisa satu destinasi lagi untuk besok sebelum semua dari kami kembali ke daerah masing-masing.