Sindhi Camp Bus Station masih gelap ketika bus yang kutumpangi tiba di sana pada pukul 6 pagi. Rasanya enggan sekali aku beranjak dari kursi bus yang sudah menjadi tempat tidurku selama enam jam itu. Bisa kupastikan udara dingin akan segera menyergap jika keluar dari bus yang memiliki pemanas ini. Sayang sekali tak ada pilihan lain, Juki, Friska, dan aku harus segera turun dan mencari penginapan yang sudah dipesan jauh hari.
Penginapan itu tak begitu jauh dari terminal bus, tapi perjalanan ke sana terasa begitu panjang karena rasa kantuk yang begitu kuat, udara dingin yang membekukan, dan ditambah pula dengan segala keasingan di kota orang. Rasanya benar-benar berada di negeri antah berantah.
Hanya tersedia satu kamar untuk Friska, sedangkan aku dan Juki diizinkan istirahat di gudang tanpa penghangat yang terdapat beberapa kasur yang kemudian kami gunakan untuk tidur-tiduran sambil menunggu matahari terbit.
Perjalanan di mulai dari penginapan ini. Kami menyewa sebuah ojek bajaj untuk mengantarkan ke beberapa tempat wisata seperti Hawa Mahal, Hanoman Temple, Panna Meena Ka Kund, Jaigarh Fort, dan Jal Mahal.

Tentu saja kami tak melewatkan Hawa Mahal. Bangunan ikonik Jaipur ini menjadi magnet bagi turis. Memanglah bangunannya terlihat begitu indah dengan warna dusty pink yang menjadikan kota ini dijuluki Pink City. Tak lama di sini, bajaj bergerak menuju Aravalli Range. Daerah perbukitan yang menjadi salah satu tempat suci umat Hindu melakukan pilgrim ke Kuil Matahari dan Kuil Hanoman.
Udara yang dingin membuat hidung dan bibir menjadi kering. Aku merasakan ketidaknyamanan pada lubang hidung setiap kali menarik dan menghembuskan nafas. Terasa panas dan perih.

Jalan setapak yang beralaskan bebatuan cukup lebar untuk dilewati sebuah mobil, berliku menyusuri lekuk perbukitan, berbelok dan terus menurun hingga ke Kuil Hanoman. Setiap orang dikenakan karcis masuk, termasuk juga dengan kamera jika hendak mengambil gambar. Aku tak membeli karcis kamera ini. Maka tak ada foto apa pun selama aku berada di Kuil Hanoman yang berisikan bangunan-bangunan tua yang dindingnya berhiaskan lukisan-lukisan.

Seperti yang kusebut di atas, Kuil Hanoman adalah salah satu kuil tujuan untuk beribadah dengan mandi di penampungan airnya yang berwarna hijau. Air tertampung dengan baik di kolam yang seluruhnya adalah batuan gunung. Meski sedang bukan musim pilgrim, aku sempat menyaksikan ritual mandi tersebut. Melihat mereka mandi saja aku bergidik membayangkan dinginnya.
Bajaj kembali membawa kami ke jalanan dan mengantar ke Amer. Jaigarh Fort dan Stepwell Panna Meena Ka Kund menjadi tujuan berikutnya.

Mobil-mobil yang mengarah ke Jaigarh Fort di jalanan kecil itu bergerak sangat perlahan. Hari itu hari minggu, hari libur sejuta umat. Kami tak akan bisa tiba ke bangunan utama benteng setidaknya dalam satu jam lagi. Sedangkan kami harus mengejar beberapa tempat lagi sebelumnya akhirnya meninggalkan Jaipur pada pukul 3 sore di hari yang sama.
Alih-alih ke Jaigarh Fort, kami tersasar ke Amber Fort setelah mampir dulu ke Stepwell Panna Meena ka Kund. Salah satu dari 2800 stepwell yang ada di India. Panna Meena ka Kund adalah salah satu yang paling populer karena arsitekturnya yang menarik. Tangga-tangganya saling silang dan berundak-undak yang membentuk semacam piramida.

Setelah dari Stepwell, kami bergegas mencari jalan menuju Jaigarh Fort. Tapi langkah kaki malah membawa kami ke Kheri Gate-nya Amber Fort. Dari sana, kami meminta izin memasuki pekarangan rumah warga lalu memanjat naik anak tangga demi anak tangga. Melewati ratusan tumpukan kotoran sapi kering yang dijemur.

Tiba di atas, aku menemukan sebuah menara pemantau. Tiga orang bocah sedang asyik bermain layang-layang di sekitar situ. Dari sana, aku bisa melihat berkeliling kota Amer, tembok bata merah yang mengular mengitarinya, Jaigarh Fort tampak di kejauhan, ratusan mobil masih terlihat merayap pelan tanpa putus ke parkiran, Danau Sagar yang berada di luar lindungan benteng, dan petak-petak bangunan yang tampak begitu padat di kota Amer.

Kekagumanku pada Jaipur makin bertambah ketika melihat Jal Mahal yang berada di tengah Danau Man Sagar dan dikitari perbukitan Aravalli. Burung-burung yang bermigrasi ke Danau Man Sagar pada musim dingin bergerombol di tengah danau dan di atas kuil. Indah banget.
Mahal mahal yaaa haha
Aku penasaran juga sama India ini. Moga kelak bisa melancong ksana juga
Ditunggu next storynya
Tapi seru kali, Bang. Betul-betul adventure. Haha
Harga – harganya mohon disebutkan (bus, karcis masuk, sewa bajaj, penginapan), bang, heheh..
Biar bisa dijadikan rencana perjalanan buat saya kalau mau kesana.
Waduh, ga ingat aku, bang. Hehe
Aku selalu salut dengan gaya qe nulis. Pengen bisa nulis gini. Dari sisi “aku” bukan “saya”
Btw, fotonya crash ya?
Kok crash? Ga muncul foto-fotonya, Bang?
Di Jaipur memang berdebu gitu ya? Sering banget kalau lihat foto Jaipur pasti yang muncul Hawa Mahalnya. Itu bangunan atau dinding aja ya? BIsa masuk kah? Musim dingin disana suhunya berapa ya?
Pas awal tahun itu lagi musim dingin dan udaranya kering. Kayaknya sih ga bisa dimasukkin bangunannya. Suhunya pas aku di sana kalo ga salah ingat sih berkisar dari 8-10 derajat celcius. Kalo ga salah ingat ya. Hehe
duhh pengen travelling aku mas
Tunggu Covid-19nya kelar dulu ya kak…