Aku tiba di Pasar Petak Sembilan setelah magrib dengan menumpangi bus Transjakarta dari Halte RS Sumber Waras, transit di Halte Harmoni, dan berhenti di Halte Glodok. Meski sedang ada perhelatan akbar Asian Games, isi bus Transjakarta malam itu cukup manusiawi. Aku masih kebagian tempat duduk hingga ke halte tujuan.
Untung Pasar Petak Sembilan berada tak begitu jauh dari halte busway. Kaki kiriku yang nyeri terkena plantar tak harus dipaksa berjalan kaki jauh, namun rasa nyerinya tetap membuatku mengernyitkan dahi berkali-kali.

Aku menjumpai Wulan, trip organizer Culture Trip Indonesia (CTID) bersama peserta trip yang lain telah berkeliling di Kawasan Petak Sembilan ini sejak sabtu pagi. Aku sendiri bela-belain datang ke Sembahyang Rebut ini karena penasaran dengan ritual sembahyang penghormatan pada arwah umat Konghucu di Jakarta. Empat tahun yang lalu, ketika masih tinggal di Pangkalpinang, Bangka Belitung, aku sempat juga melihat sendiri bagaimana Sembahyang Rebut dilaksanakan. Jadi aku ingin melihat perbedaan upacara yang dilakukan di dua daerah ini.
Selain Sembahyang Rebut, upacara ini juga dikenal dengan sebutan Tjiat Ngiat Pan dan Festival Cio Ko.
Ketika hampir semua perhatian masyarakat Jakarta tercurah pada pertandingan Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta Sabtu malam tanggal 25 Agustus 2018 lalu, aku dan beberapa peserta CTID menyempil di antara pengunjung yang lain. Melihat beberapa pendeta yang sedang berdoa dan berkali-kali melemparkan sesaji di atas meja ke arah orang-orang yang berkerumun.

Ritual pembacaan doa-doa ini cukup lama, para warga tetap setia menanti lemparan sesaji untuk ditangkap. Aku baru tahu ternyata sesaji yang dilempar itu dipercaya memiliki khasiat-khasiat tertentu dalam hidup. Seperti kesehatan, hoki, dan lain-lain. Aku sendiri lebih memilih melindungi diri dari terkena lemparan sesaji itu dari pada berusaha menangkapnya. Soalnya lemparan para pendeta cukup kencang. Bungkusan kecil berisi beras dan permen-permen melesat tajam di atas kepalaku.


Setelah lebih dari setengah jam, sembahyang pun berakhir. Kini tiba pada ritual selanjutnya. Yaitu membakar patung Dewa Thai Se Ja atau Dewa Penguasa Akhirat. Dewa Thai Se Ja inilah yang nanti akan membawa arwah-arwah yang penasaran untuk ke akhirat. Dari seorang pria yang kutemui di dalam kelenteng menyebutkan kalau para arwah itu akan kembali ke neraka. Semua orang akan masuk neraka terlebih dulu. Setelah dosanya hapus, baru dia bisa memasuki surga. Mendengar penjelasan si bapak ini aku teringat pada pelajaran agama Islam waktu sekolah dulu yang penjelasannya tak jauh berbeda.

Prosesi pembakaran patung dan barang-barang bawaan untuk para arwah dikawal oleh satu regu pemadam kebakaran. Mereka telah siap dengan pipa-pipa air untuk mencegah kebakaran karena lokasi pembakaran yang berada di tengah-tengah pemukiman yang padat. Untungnya malam itu tak berangin. Aku tadinya khawatir jika ada angin, bara-bara api terbang dan hinggap ke bangunan lain.
Sembahyang Rebut yang aku saksikan malam itu berlangsung di halaman Kelenteng Toa Se Bio. Sejak pagi tadi, umat telah mengunjungi kelenteng untuk berdoa kepada dewa dan arwah. Beberapa melakukan sembahyang juga di rumah sendiri dengan mengundang pendeta dan melakukan pembakaran kertas-kertas doa di halaman rumah.
Baca juga: Jalan-jalan Sambil Belajar Sejarah

Bagian kelenteng malam itu dipenuhi dengan asap hio. Meski pembakaran Dewa Thai Se Ja dan uang-uang kertas, kapal kertas, miniatur rumah kertas, dan barang bawaan lainnya yang semua terbuat dari kertas telah selesai dibakar, masih banyak umat yang bersembahyang di kelenteng. Di bagian belakang kelenteng kami bertemu dengan seorang bapak yang menjelaskan tentang arwah penasaran tadi. Beliau menjelaskan fungsi setiap dewa. Aku tak bisa ingat semua karena saking banyaknya. Yang teringat hanya Dewa Langit yang memiliki altar di bagian atas, Dewa Laut, Dewa Kemakmuran yang selalu tersenyum, dan Dewi Kwan Im yang welas asih.

Setelah api padam, maka berakhir pula kunjunganku bersama Culture Trip Indonesia di KelentengToa Se Bio. Sayang sekali di sini tidak ada atraksi anak-anak berjalan di atas beling dan bara api seperti yang pernah kusaksikan di Bangka empat tahun silam. Juga tak ada rebutan barang sumbangan dari umat yang biasanya dilakukan setelah upacara berakhir. Barang-barang sumbangan dikumpulkan yang justru akan disumbangkan ke orang-orang yang membutuhkan suatu hari nanti. Aku membayangkan betapa chaos-nya jika benar-benar ada rebutan di dalam kawasan kelenteng yang padat penduduk ini.
Sedikit informasi tentang Culture Trip Indonesia yang aku ikuti di atas, ini adalah sebuah trip organizer yang megolah wisata berbasis budaya dan fokus mempromosikan budaya asli Indonesia melalui tur. Silakan cek akun Instagram mereka di @culturetripindonesia.
Whoaaa, baru tau ada upacara tjiat ngiat pan ini. Ternyata banyak sisi budaya Jakarta yang selama ini jarang diulas yah, Kak Citra.
Aku juga suka menyaksikan ritual ritual keagamaan seperti ini.Menurut setiap ritual keagamaan mempunyai daya tarik tersendiri, unik tapi sarat dengan makna.
Menyaksikan dan mengenal ritual agama lain membuat kita sadar bahwa semua agama mengajarkan kebaikan hanya caranya saja yang berbeda.
Terima kasih sudah sharing upacara sembahyang rebut ini.
Asik banget.. Kegiatan keagamaan di glodok yg jarang diliput.. Udah gt.. Mereka sudah berkoordinasi dengan damkar.. Keren.. :)
Waahh baru tau ternyata di glodok ada ritual kaya gini, keren
keren neh.. ga ajak2 nh bang ocit.. sapa tau bsa ngintilin foto2
Oh, Wulan itu organizernya Culture Trip Indonesia ya? Pantes aja kalo lihat ignya dia sering banget ke glodok. Hahhaha
Btw foto si bocah yg di belakang emang ngegemesin dan bikin salfok..
“Semua orang akan masuk neraka terlebih dulu. Setelah dosanya hapus, baru dia bisa memasuki surga.”
Ini konsep pemikiran yang sangat baik untuk diterapkan semua kalangan terlepas dari suku, agama, dan ras.
Waah aku malah baru tau malahan ada trip yang mempromosikan budaya dan spiritual nya kaya gini yang aku tahu cuma Dieng Culture aja hihihi
Nama upacaranya TJIAT NGIAT PAN toh, baru tau. Padahal pernah lihat juga acara ini di film-film cina yg suka tayang di tv.
Tertarik nih sama komunitas cti.
Thanks infonya bang.
Wahh aku baru tau ada budaya spiritual kaya gini, yg aku tau malah cuma Dieng Festival Culture he he
Baru tahu kalau ada istilah Sembahyang Rebut.
Foto dewa terakhir mirip seperti Budha. Karena bbrp patung Budha juga ada yang tertawa. CMIIW…
Keren juga ya. Ada yang mengorganisir wisata budaya seperti ini. Terus bisa ikut agenda sembahyang rebut, itu luar biasa.
Saya tahunya ada 8 ritual bagi umat khonghucu, termasuk sembahyang kubur. Baru tahu kalau ada juga Sembahyang Rebut. Terimakasih Kak Ocit informasi menariknya. Noted pisan nih, semoga tahun depan bisa menyaksikan langsung.
sukak ceritanya, dan baru tau ada culture trip buat promosiin budaya Indonesia. Dan liburan kaya gini yang ga cuma liburan tapi bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Keren lah Bang Ocit.
Berkali-kali ke Glodok, cuma ngopi dan foto cantik di Toa Se Bio baru tahu ada upacara tradisional seperti ini, beruntung Kak Ocit bisa berkesempatan lihat upacara ini
Ohh Kak Wulan trip organizer Culture Trip Indonesia. Aku belum pernah main-main ke Glodok dan baru tau juga ada upacara Sembahyang Rebut.
Sembahyang Rebut ini diadakannya setahun sekali atau gimana, Bang?
Perlu biaya yang tidak sedikit ya untuk membeli sesajen dan patung-patung yang akan dibakar itu
Kakk, itu foto pertama bikin kaget. Tapi kayaknya seru banget ya bisa melihat langsung upacara adat Tjiat Ngiat Pan di Petak Sembilan Glodok. Jadi pengen ke sana juga pas upacara berikutnya.
Menarik sekali bisa lihat ritual sembahyang mereka. Culture trip ini mirip semacam Jakarta walking tour ya kayaknya. Jalan-jalan ke tempat budaya juga hehe..
waaah kebetulan banget pas diajakin ke sini gak bisa ikut, nyesel sih abis baca ini. Sembahyang Rebut ini sepertinya bisa jadi masuk bucket list
Wah.. Aku baru tau nih semuanya yg bang ocit tulis. Indonesia kaya akan budaya ya, bang. Walau sebenarnya ini dibawa dari budaya Cina ya pastinya..
Kayaknya Pasar Petak Sembilan tuh seru banget ya buat dikunjungin. Aku sering banget denger dan baca artikel orang2 bahas tempat ini. Jadi pengin ke sana juga hehe
Waah seru banget Bang, bisa ngeliat Upacara Tjiat Ngiat Pan di Petak Sembilan di 2 tempat berbeda selang beberapa tahun. Semoga suatu saat juga punya kesempatan melihat langsung seperti Bang Ocit.
Acara ritual keagamaan dan kebudayaan itu selalu menarik buat disaksikan.
Ceritanya seru banget
Aseli baru tau kalau ada perayaan ritual semacam ini yg di rayain dijakarta, artistik banget dan bener-bener nambah pengalaman kl bisa nyaksiin langsung gitu. Kadang liat barongsainaja dah seneng apalagi liat upacara ritual yg unik seperti itu.
kok seru banget sih, ada acara kaya gtu. Aku juga pernah ke sana #sombong, tapi pas nggak ada event apa2, jadi iri
Seru nih bacanya. Acara Tjiat Ngiat Pan ini keren banget kayaknya kalo bisa diliat langsung nih…
Ah seru sekali kalo pas ada acara-acara khusus begini ya kak. Semoga kapan-kapan bisa disempetin pas ada acara khusus gini ke Glodok. Jadi pengen liat juga yang di bangka #banyakrencana
Bagus juga acaranya ya.
Jadi iri pengen bisa lihat juga hehehe :D