Kulineran di Samosir

Jalan-jalan di Danau Toba kemarin itu aku terus-terusan mengulangi kebodohan yang sama. Malas bertanya dan sok tahu. Seperti ketika kesasar mencari Makam Raja Sidabutar pada hari pertama dan kedua, setelah sarapan di sebuah warung Padang, dengan yakin aku membawa motor terus ke arah barat tanpa melihat petunjuk jalan. Sampai akhirnya benar-benar yakin aku sudah terlalu jauh berjalan. Setelah sadar kesasar, biasanya cuma menghibur diri begini: “ah paling di depan ada belokan ke jalan raya”, “nanti belok ke kanan”, “gampang, nanti tanya-tanya orang di warung”. Tapi memang dasarnya malas ya, semua persimpangan dilewati, semua warung/kios dilewati, bukannya berhenti dan bertanya arah. Akhirnya malah capek sendiri. Bikin cepat lapar.

Leeelah abang, dek!

Lanjutkan membaca “Kulineran di Samosir”

Iklan

Inilah 6 Makanan Penentram Perut Selama di Belitong

Perjalanan ke Belitong bulan Agustus lalu masih menyisakan satu catatan lagi yang sayang jika tidak kutuliskan. Meski kejenuhan menulis makin memburuk akhir-akhir ini tapi kupaksakan juga untuk menyelesaikan draft yang sudah sebulan lebih teronggok di dalam folder.

Karena perjalanan tak melulu melihat pemandangan alam saja, tak hanya melepas dahaga mata dengan hijau tosca lautan dan pasir putih pantai saja. Tapi mata dan perut juga perlu ditentramkan dengan kelezatan makanan lokal. Berikut beberapa makanan penentram perut jika kelaparan di Belitong:

Mie Atep Belitong

Hari pertama aku tiba di Belitong, aku diajak menikmati Mie Belitong. Mie Belitong ini tak jauh beda dengan mie berkuah ikan yang juga dapat ditemukan di Sabang, Pulau Weh sana (baca di sini). Meski bentuknya sama, tapi rasa tentu saja berbeda. Jangan tanya mana yang paling enak karena bagiku keduanya sama-sama enak. Mie Belitong ini dapat kamu coba jika berkunjung ke Belitong di Warung Atep. Lokasinya berada tepat di depan swalayan Puncak. Andai saja udangnya dibubuhkan lebih banyak di atas mie. Hmmhhh…

Kredit foto: Oja

Lanjutkan membaca “Inilah 6 Makanan Penentram Perut Selama di Belitong”

Nikmatnya Gangan Jalan Irian di Belitong

Aku biasanya kalau traveling berombongan itu paling tidak pedulian mau dibawa makan ke mana. Biasanya ‘iya’ saja jika diajak tuan rumah ke tempat makan. Seperti di suatu siang yang cerah di Tanjung Pandan, Belitong. Bang Edi, pengelola BelitungTours.com ini membawa aku dan keempat kawan yang lain makan siang dengan menu khas Belitong yang setiap menuliskan namanya saja air liurku sudah meleleh, yaitu Gangan!

Halaman sebuah rumah di Jalan Irian ini sudah disulap menjadi sebuah warung kecil yang ramai didatangi orang pada jam makan siang. Makanya kami datang lebih awal supaya kebagian tempat duduk. Lanjutkan membaca “Nikmatnya Gangan Jalan Irian di Belitong”

Yuk, Ngopi di Kutub Utara?

Tak ada yang tak mungkin. Ngopi di Kutub Utara sekarang menjadi lebih mudah dan memungkinkan. Datang saja ke Belinyu di Bangka! Hehe…

Warung kopi legendaris ini diberi nama Warung Kopi/Es Kutub Utara yang beralamat di Jalan Veteran nomor 89, Belinyu. Buka dari pagi sampai malam dengan menu andalan yang wajib kamu coba seperti (tentu saja) kopi, es kacang, dan es campur. Jika tidak suka kopi pahit, cobalah kopi susunya atau es kacang. Nikmati secangkir kopi dengan roti home made yang juga mereka sediakan sebagai cemilan sambil mengobrol. Lanjutkan membaca “Yuk, Ngopi di Kutub Utara?”

Nikmatnya Sambal Udang Tokok khas Labuhan Haji

Mungkin tak banyak orang Aceh yang mengenal daerah Labuhan Haji di Aceh Selatan ini. Kecamatan yang diapit oleh Bukit Barisan dan laut ini dulunya adalah salah satu tempat keberangkatan jemaah yang akan berangkat haji lewat laut. Hal ini pula yang menjadi cikal bakal nama Labuhan Haji.

Meski sejarahnya tak begitu dikenal banyak orang, tapi Labuhan Haji menyimpan begitu banyak kenangan. Aku menghabiskan masa kecilku di daerah ini. Salah satu kenangan yang masih aku ingat jelas adalah menangguk udang di parit pinggir sawah. Air parit yang hanya sebetis menjadi hangat terjemur matahari dan udang-udang di dalamnya menjadi mabuk. Tak perlu waktu lama dan tenaga lebih untuk menangkap udang-udang di sana. :D Lanjutkan membaca “Nikmatnya Sambal Udang Tokok khas Labuhan Haji”

[Kuliner] Bu Sie Itek Bireuen di Banda Aceh

Terakhir kali aku makan gule bebek di Banda Aceh itu….2 tahun yang lalu! Sudah lama sekali ternyata. Itu pun kalau tidak diajak Opink pada waktu itu, mungkin juga tidak akan pernah tahu kalau ada penjual nasi gule bebek enak di kawasan Pasar Peunayong, Banda Aceh. Nah, suatu kali seorang kerabat mengajakku mencoba sebuah warung dengan menu yang sama di tempat yang berbeda. Dia mengajakku ke Bu Sie Itek Bireuen.

Lanjutkan membaca “[Kuliner] Bu Sie Itek Bireuen di Banda Aceh”

Menikmati Kuliner India di Medan

Sebelumnya aku belum pernah tahu kalau ada restoran India di Medan. Iya, sungguh terlalu baru tahu setelah membaca tulisan Kak Noni yang berjudul Dikecewakan Bollywood, aku merasa rugi sekali sudah beberapa kali ke Medan tapi baru tahu ada restoran ini di dekat Sun Plaza. Bukannya illfeel tapi malah penasaran,pelayanannya yang payah yang diceritakan Kak Noni di blognya tidak mengurangi rasa penasaranku untuk mencoba makan di restoran yang menurutku lebih tepat disebut dengan rumah makan ini.

Restoran ini bernama Bollywood Food Center yang beralamat di Jalan Muara Takus. Letaknya persis di belakang mal Sun Plaza. Jika dari areal parkir belakang mal, jalan kaki saja 10 meter lalu belok ke kiri, lihat papan berwarna merah dan bertuliskan Bollywood Food Center.

Sepertinya rumah makan ini berawal dari usaha katering rumah tangga yang dikelola seorang ibu yang saat aku memesan makanan terlihat terlalu sibuk untuk melayani tamu yang datang. Setelah meletakkan daftar menu, si ibu cepat-cepat pergi ke dapur. Tinggallah aku yang bengong membaca daftar makanan yang sama sekali asing. Yang kuingat hanya Thali yang dulu pernah aku makan sewaktu di Selangor, Malaysia. Jadilah aku memesan Thali Non Vegetarian yang seharga Rp.35.000,-.

Seperti yang terjadi juga pada Kak Noni, aku pun ditanyai berkali-kali oleh si ibu apakah aku bisa makan makanan India. Anak perempuannya tiba-tiba keluar dari dapur dan bertanya: pandai darimana bisa makan makanan India, dek? Aku hanya menjawab dengan cengar-cengir saja.

bollywood

Sambil menunggu makanan pesanan dimasak, aku berpikir, mungkin ibu ini tidak suka orang-orang yang menyisakan makanan dan dia harus membuangnya. Makanya si ibu sampai berkali-kali meyakinkan agar tidak ada makanan yang mubazir nantinya. Meskipun toh nanti kita yang bayar, makanan sisa tetap saja makanan sisa yang terbuang sia-sia. Aku sendiri pun tidak suka menyisakan makanan dan berharap semoga Thali-nya enak! :D

Pesananku datang. Sebuah piring aluminium seperti piring-piring di restoran India pada umumnya tiba. Dua lembar roti, kari ayam, terong tumbuk, semacam sambal berwarna hijau di tengah, dan bubur kacang hitam terhidang di hadapanku. Hmmm…kelihatannya enak!

 bollywood2

bollywood3Dan, memang enak! aku suka kari ayam dan terong tumbuknya, sayangnya rasa kari dan makanan yang lainnya agak kurang nendang, seperti takaran bumbunya dikurangi agar tidak terlalu tajam. Mungkin agar sesuai dengan lidah orang Indonesia? Tapi rasa satu set Thali ini tetap nikmat. Si ibu (aku tidak sempat menanyakan namanya karena beliau terlalu sibuk) malah menyodorkan dua lembar roti lagi yang masih hangat. Nyam!

__________________

Tulisan ini juga dimuat di Jajandimana’s Reader Issue di blog Jajandimana.

Kamu juga bisa menyumbangkan tulisanmu dan dimuat pada blog tersebut. Silahkan baca ketentuannya di sini: Undangan Menulis di Jajandimana’s Reader Issue.

Info lebih lanjut hubungi :

Email : jajandimana@gmail.com
WeChat ID : J-rule

%d blogger menyukai ini: