Gagal Move On dari Lombok

Kalau sudah ngomongin Lombok, saya jadi seperti orang yang gagal move on deh. Soalnya pengalaman pertama ke Lombok menjelang akhir September tahun lalu benar-benar berkesan di hati saya. Bila sebelumnya saya cuma mendengar perihal eksotisme tentang Lombok dari cerita-cerita teman yang pernah ke sana, atau dari orang Lombok yang pernah datang ke Aceh, akhirnya saya bisa membuktikan sendiri betapa indahnya negeri yang dijuluki sebagai daerah Seribu Masjid itu. Terlepas dari keindahan panoramanya, saya benar-benar terkesan dengan keramahan masyarakat Lombok.

Ceritanya, menjelang akhir September lalu saya ditugaskan untuk meliput kondisi Lombok pascagempa yang terjadi pada awal Agustus 2018. Sebagai seorang jurnalis yang ditugaskan untuk meliput di daerah bencana, saya sama sekali tidak mempersiapkan diri sebagai calon wisatawan. Karena itu saya dan teman-teman pun hanya membuat itinerary untuk tujuan liputan selama tiga hari di Lombok. Beberapa posko yang akan kami kunjungi dan siapa saja yang akan kami temui di sana sudah kami list.

Kami tiba di Lombok menjelang tengah malam waktu setempat. Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan dari Aceh, rasa lapar pun tak bisa ditahan lagi. Sopir yang menjemput kami, Dani, menyarankan kami untuk makan di warung pinggir jalan dengan menu bebek dan lele goreng. Kami menurut saja, sebab perut sudah tak bisa diajak kompromi. Namun Dani tak salah memberi rekomendasi. Walaupun hanya warung pinggir jalan, bebek gorengnya ternyata benar-benar enak dan lezat.

“Makanan Lombok itu enak-enak,” kata Dedi berpromosi. Dedi tak bohong. Sebab selama tiga hari berada di Lombok dan menyambangi sejumlah warung makan, semua menu yang disajikan membuat kami begitu lahap bersantap. Apalagi ditambah sambalnya yang variatif.

Gulai Daging Khas Lombok. (Foto: Ihan)

Dani menjadi pintu masuk yang hangat bagi kami untuk mengenal kepribadian masyarakat Lombok yang ramah. Saat itu—dalam kondisi masih berduka karena baru saja terkena bencana—saya kira saya akan menjumpai wajah-wajah murung yang pesimistis. Ternyata yang saya lihat di sana justru sebaliknya. Mereka tetap bersikap hangat dan ceria meski sedang ditimpa musibah. Setiap warga yang kami temui, baik di tenda-tenda atau rumah, mereka selalu mengembangkan senyum.

Apalagi ketika mereka tahu kami dari Aceh, mereka merasa takjub dan merasa senasib karena jauh sebelumnya Aceh juga pernah dilanda gempa hebat yang menyebabkan tsunami dahsyat. Yang membuat kami lebih surprise adalah ketika mereka bilang kalau mereka mengenal Haji Uma dan Bergek? Dua nama ini merupakan selebritas lokal di Aceh yang berprofesi sebagai komedian dan penyanyi.

Bahkan ketika kami mengunjungi salah satu shelter di Lombok Utara, kami malah dijamu dengan hidangan gulai kambing khas Lombok yang sangat lezat. Dan sampai hari ini, setiap kali saya mendengar kata Lombok, bayangan hidangan gulai kambing itu seketika muncul di benak saya. Membuat saya mendadak jadi lapar.

Menikmati udara sejuk di Sembalun. (Foto: Ihan)

Selain dua hal di atas, saya juga gagal move on tiap kali terbayang bentangan alamnya, khususnya di kawasan Lombok Timur yang mencakup area Taman Nasional Gunung Rinjani. Meskipun sudah berbulan-bulan berlalu, saya masih bisa membayangkan tubir-tubir bukit yang gagah di Sembalun. Udaranya yang sejuk. Airnya yang dingin. Dan kebun strawberinya dengan buah-buah yang manis dan segar.

Perjalanan mengelilingi Pulau Lombok menjadi petualangan yang tak terlupakan buat saya. Juga pada sepasang suami istri pengelola sebuah homestay tempat kami bermalam di Sembalun.

Walaupun mereka sendiri sedang kesusahan, tetapi mereka tetap melayani kami sebagai tamu dengan maksimal.

Kampung Sasak Ende di Lombok. (Foto: Ihan)

Saat itu, dalam kondisi serba terbatas dan darurat, tak banyak tempat yang bisa kami kunjungi. Selain karena kami memang harus berburu waktu dengan tugas yang menumpuk, ada juga objek wisata yang memang ditutup untuk wisatawan seperti pendakian ke Rinjani. Walhasil kami hanya bisa memandang Rinjani dari kejauhan saja. Namun itulah yang membuat keinginan saya untuk kembali di lain waktu ke Lombok begitu kuat. Adrenaline saya selalu terpacu saat membayangkan betapa anggunnya Gunung Rinjani yang terkenal dengan danau Segara Anak itu.

Bila ketemu rekan yang waktu itu sama-sama meliput ke Lombok saya sering bilang yuk, beli tiket golden bird Lombok supaya kita bisa mendaki Rinjani yang aduhai itu. Ajakan itu langsung disambut antusias oleh mereka. Pasalnya mereka juga punya hasrat yang sama untuk kembali lagi ke sana.

Perjalanan di Lombok saat itu kami tutup dengan mengunjungi Desa Wisata Sasak Ende di Sengkol, Lombok Tengah. Sentralnya kebudayaan suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok. Kami benar-benar kagum dengan rumah adat suku Sasak yang terbuat dari bahan “semen cap kaki empat” alias berasal dari kotoran sapi. Ternyata, itu salah satu penghargaan mereka untuk sapi yang berjasa besar bagi keberlangsungan hidup suku Sasak, khususnya di bidang pertanian. Selain belum sempat mendaki Gunung Rinjani, kami juga belum sempat main-main ke pantai-pantai di Lombok yang sudah begitu terkenal oleh wisatawan mancanegara. Bukankah sudah cukup alasan bagi kami untuk kembali ke Lombok?[ihn]

Iklan

Tips Liburan Hemat dan Asyik ke Bangka

Provinsi Bangka Belitung memang masih terbilang baru. Setelah 17 tahun daerah kepulauan ini resmi berpisah dari Sumatera Selatan pada 9 Februari 2001, masih saja ada banyak orang Indonesia yang masih belum tahu bahwa Bangka Belitung adalah dua pulau yang berbeda.

Ya. Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Berkat film Laskar Pelangi, Pulau Belitung lebih terkenal dibanding pulau tetangganya yang justru tempat pusat pemerintahan provinsi yang masih sweet seventeen ini. Akibat ekspos yang masif, Belitung menjadi objek wisata yang sangat terkenal di Indonesia dan negara-negara tetangga. Lanjutkan membaca “Tips Liburan Hemat dan Asyik ke Bangka”

Menengok Museum Tjong A Fie, Pengusaha Dermawan Asal Tiongkok

Medan memiliki banyak tempat wisata sejarah dan budaya, terutama terkait masa lalunya sebagai area perdagangan kosmopolitan. Jika kamu berwisata dengan kereta api Medan, jangan lewatkan kunjungan ke Museum Tjong A Fie. Tempat ini merupakan salah satu peninggalan sejarah terkenal di Medan yang masih terawat, dan menawarkan wawasan Lanjutkan membaca “Menengok Museum Tjong A Fie, Pengusaha Dermawan Asal Tiongkok”

Celana Jeans Untuk Traveling

Ke mana kita?
Ke mana kita?

Salah satu bagian paling seru dan paling memusingkan ketika mau traveling adalah packing. Iya, seru sekaligus memusingkan. Bagian serunya adalah ketika aku harus memilih barang-barang apa saja yang akan dibawa tapi hati ini ingin semua barang bisa masuk ke dalam ransel. Ya nggak mungkinlah ya.

Biasanya aku akan mengambil 3 celana panjang, 2 celana pendek, 3 kaus, 2 pasang kaus kaki, 4 celana dalam, handuk, dan selembar kain sarung. Lalu aku jajarkan di atas kasur untuk dipilah lagi. Lanjutkan membaca “Celana Jeans Untuk Traveling”

Celana Jeans Untuk Traveling

Ke mana kita?
Ke mana kita?

Salah satu bagian paling seru dan paling memusingkan ketika mau traveling adalah packing. Iya, seru sekaligus memusingkan. Bagian serunya adalah ketika aku harus memilih barang-barang apa saja yang akan dibawa tapi hati ini ingin semua barang bisa masuk ke dalam ransel. Ya nggak mungkinlah ya.
Biasanya aku akan mengambil 3 celana panjang, 2 celana pendek, 3 kaus, 2 pasang kaus kaki, 4 celana dalam, handuk, dan selembar kain sarung. Lalu aku jajarkan di atas kasur untuk dipilah lagi. Lanjutkan membaca “Celana Jeans Untuk Traveling”

Jakarta Walking Tour: Jalan-jalan Sambil Belajar Sejarah

Berjalan-jalan di Jakarta sekarang ini menyenangkan banget semenjak aku tahu ada Jakarta Walking Tour yang diinisiasi Jakarta Good Guide. Komunitas ini mengajak siapa saja yang ingin menikmati tempat-tempat bersejarah di Jakarta dengan berjalan kaki. Kegiatan ini tidak dipungut bayaran sama sekali, tapi terbuka bagi Lanjutkan membaca “Jakarta Walking Tour: Jalan-jalan Sambil Belajar Sejarah”

Ketagihan Jalan-jalan ke Bogor

Hampir satu tahun meninggalkan Kota Pangkalpinang, aku merasa kehilangan banget sama kebiasaan kamping tiap akhir pekan. Selama tinggal di Tangerang, pencarian lokasi kamping terdekat yang memungkinkan untuk diinapi selama satu malam yang aman dan murah tak membuahkan hasil. Ternyata memang tak ada satu pun lokasi wisata alam di Tangerang. Lanjutkan membaca “Ketagihan Jalan-jalan ke Bogor”

26 Tahun JNE Menginspirasi Negeri

Siapa yang tak mengenal JNE? Pemberi layanan pengiriman berkualitas di Indonesia yang jaringannya telah tersebar dari Sabang sampai Merauke. JNE telah menghubungkan jutaan masyarakat Indonesia untuk melengkapi kebutuhan mereka. JNE telah ikut membantu memperlancar pendistribusian jutaan produk UKM ke pelosok-pelosok Indonesia dengan layanan yang bervariasi. Lanjutkan membaca “26 Tahun JNE Menginspirasi Negeri”

International SWAM 2016 – Workshop Anti Aging dan Expo Estetika Untuk Mendukung Health Tourism Indonesia

International SWAM 2016 – Workshop Anti Aging and Beauty Esthetic Expo Untuk Mendukung Health Tourism di Indonesia.

Saat menerima undangan untuk mengikuti prescon event internasional SWAM 2016 ini, aku sempat garuk-garuk kepala. Acara internasional bertemakan anti aging dan estetika kok yang diundang travel blogger? Apa hubungannya? Awalnya ragu banget untuk ikut, tetapi penasaran untuk datang agar tahu. Lanjutkan membaca “International SWAM 2016 – Workshop Anti Aging dan Expo Estetika Untuk Mendukung Health Tourism Indonesia”

[Review] Ayo Mengenal Airsoft dan Jenis-jenis Airsoft Gun

 

Sumber foto: airsoftgun.co.id
Sumber foto: airsoftgun.co.id

Kawan-kawan ada yang sudah pernah mendengar airsoft sebelumnya? Kalau sudah pernah, pasti sudah tahu seperti apa bentuknya dan dipakai untuk apa. Bagi yang belum tahu, bukan… bukan senjata pelembut udara ya. Bukan juga soft*x apalagi softlense. Beda ya airsoft gun ini dengan kedua benda tadi. Hehe… #krik

Menurut Wikipedia, airsoft adalah Lanjutkan membaca “[Review] Ayo Mengenal Airsoft dan Jenis-jenis Airsoft Gun”

%d blogger menyukai ini: