Lageun, Pantai di Pinggir Jalan

lageuen-8Pantai Lageun ini berada di pinggir jalan yang menghubungkan Meulaboh-Calang-Banda Aceh. Jalan beraspal mulus dan lebar ini dibangun berkat bantuan rakyat Amerika pasca tsunami tahun 2004 silam yang selain  mempermudah kembali arus transportasi antar kabupaten di pesisir barat juga mengekspos kecantikan Lageun di kabupaten Aceh Jaya.

Untuk mencapai pantai ini dapat ditempuh dengan sepeda motor atau mobil kurang lebih 2 jam dari kota Banda Aceh atau 1,5 jam dari kota Meulaboh. Tidak ada yang berjualan di areal pantai dan sangat sepi jika didatangi pada hari selain akhir minggu.

Aku lebih senang berada di pantai ini ketika sepi, menikmati tiupan angin sepoi sambil membenamkan kaki ke dalam pasir kasar berwarna kemerahan dan membiarkannya menggelitik telapak kaki. Kerisik daun jarum cemara laut berkaloborasi dengan deburan ombak membuatku sejenak lupa pada teriknya matahari yang membakar. Ah, enaknya kalau pantai ini punya sendiri.

lageuen-7

Iklan

Gowes Minggu Pagi

Minggu, 23 November 2008

Sudah jam sepuluh lewat aku sampai terkantuk-kantuk menunggu seorang kawan menghabiskan sarapannya. Kami berencana untuk bersepeda atau dengan kata kerennya sekarang gowes atau goes. Rute kami hari ini adalah Mereubo-Rantoe Panyang-Pasi Aceh-Peureumeu-Putim (Danau Geunang Geudong).

Sampai di Mereubo saya mengajak seorang kawan lagi untuk ikut, tapi dia sedang ditugasi menjaga rumahnya. Jadi hanya kami berdua yang bergerak ke lokasi tadi.

Berikut beberapa foto perjalanan kami.

Jembes-Mereubo
Jembes-Mereubo
Ranub Dong
Ranub Dong
Rantoe Panyang
Ranto Panyang
Kejar Buleeee...
Bermain dalam becek

6

Trio Kembang Desa
Ibu-ibu yang sepertinya sedang bergegas ke acara kenduri.
Long road to Lake Geunang Geudong
Jalan panjang menuju Danau Geunang Geudong
???
Istirahat sebentar di atas jembatan
Krueng Woyla
Krueng Woyla
Meulaboh-Putim
Meulaboh-Putim
Lurus atau Kiri, Cit?
Lurus atau Kiri?
i don't wanna die here! take me home, soldier! (?)
Ngaso di sebuah pondok di pinggi danau

Uroe Meugang

Suasana Meugang di Aceh Barat

Tadi pagi saya mengantar Mamak ke pasar Bina Usaha di Jalan Daud Dariah untuk membeli daging. Persiapan untuk hari Meugang tentunya. Hingga pagi ini harga daging kerbau perkilonya masih Rp. 80.000,- dan kemungkinan akan naik hingga lebih dari Rp. 100.000,- /kg pada hari Meugang besok.

Kamarin dan hari ini pasar terus dipadati oleh para ibu-ibu yang sedang mempersiapkan hari Meugang besok. Tapi hingga hari ini belum terlihat adanya stand-stand berjualan daging di lokasi pasar tersebut. Seperti Meugang tahun lalu, stand penjualan daging diadakan di tepi sungai Lueng Nak Yee yang juga bersebelahan dengan kompleks pasar Bina Usaha dan juga tepat berada di pinggir jalan Daud Dariah.

Sudah pasti Sabtu besok lokasi tersebut akan dipadati oleh pembeli dan polisi akan kewalahan mengatur lalu lintas karena banyak pembeli yang akan memarkir kendaraan roda dua mereka di bahu jalan Nasional sehingga dapat memacetkan arus lalu lintas.

Meugang menjadi semarak jika tidak adanya kemacetan luar biasa seperti itu. Keramaian pada saat Meugang sudah menjadi tradisi. Mungkin boleh saya katakan sebagai perayaan menyambut bulan puasa. Hm, saya selalu suka dengan keramaian seperti ini. Semua orang dari kampung-kampung datang membanjiri pasar untuk membeli daging, rempah-rempah, pakaian, sayur dan segala perlengkapan dapur dan juga perlengkapan untuk Meugang dan puasa.

Di Meulaboh, perayaan dua hari sebelum puasa disebut Uroe Meugang. Kalau di kampung ayah saya di Labuhan Haji – Aceh Selatan sana disebut dengan Haghi Mamagang. Tadi, saya bertanya sebutan Meugang ke teman saya yang berasal dari Lhokseumawe, katanya ada beberapa sebutan di sana yaitu Uroe Meugang, Uroe Keumeukoh dan bagi pendatang menyebutnya Hari Motong. Beda daerah beda bahasa dan beda juga tradisi merayakan hari Meugang.

%d blogger menyukai ini: