11 November 2009
Kami tiba di Bakongan-di kompleks rumah SD di rumahnya saudara Iwan setelah Isya. Istirahat sebentar lalu mandi dan shalat. Makan kemudian ngobrol ngalur-ngidul lagi seperti malam kemarin. Kali ini kami lebih banyak membicarakan tentang luar biasanya suasana pendaftaran cpns di kantor walikota dari pagi sampai sore tadi.
Saudara Iwan-yang lalu kita sebut saja beliau Pak Guru karena ga tau namanya siapa(LOL)-bercerita betapa sulitnya menjadi PNS setelah sekian lama honor menjadi guru di daerahnya. Setelah mendapat kesempatan menjadi PNS melalui jalur pemutihan tapi untuk menjadi PNS 100% harus melalui proses yang amat lama dan sangat sulit.
Persis sama dengan pengakuan seorang pendaftar cpns asal Singkil yang aku temui tadi sore di kantor walikota. Kata abang itu, “kalo lewat pemutihan itu kita dibuatnya seperti pengemis!”. Begitu juga dengan Pak Guru Bakongan ini, beliau mengalami pemeriksaan berkas selama sebulan dan setiap hari berkas yang diajukan selalu salah. Padahal berkas yang beliau serahkan ukuranya setebal kamus bahasa inggris. Ada saja yang dipersalahkan oleh petugas di kantor dinas itu.
Dan apa yang kami rasakan ternyata masih belum seberapa rupanya. Tapi bagi yang merasakan, hal ini sungguh amat melelahkan. Untuk mendaftar saja kami harus bertahan berjam-jam melewati berbagai macam rintangan selama perjalanan ke tempat tujuan. Kami harus bertahan berjam-jam kemudian untuk menanti selembar kartu pendaftaran yang terasa begitu mewah ketika sampai di tangan.
Ini baru awal dari perjuangan kecil kami, tanggal 23 nanti kami harus kembali lagi ke Subulusalam untuk mendapatkan kartu ujian dan tanggal 25 kami harus berjuang lagi menguras semua pikiran kami untuk melewati tes cpns. Berbagai persiapan sudah aku persiapkan. Mulai dari mendownload berbagai macam contoh soal cpns dan mempelajarinya. Lalu mengasah terus rasa optimis di dalam dada.
Dari pengalamanku sebelumnya, menjawab soal-soal itu bukanlah perkara gampang. Berbagai pertanyaan sulit yang ga pernah aku pelajari ada di situ. Seperti soal-soal skolastik yang memang sedikitpun ga bisa aku jawab. Hanya menebak-nebak. Memilih pilihan mana yang menurutku paling benar. Menjawab 150 soal lalu membulatkan jawaban pada lembar jawaban dalam waktu 90 menit bukanlah waktu yang lama. Itu terasa sangat singkat, tapi duduk selama 90 menit itu terasa seperti sudah duduk seharian. Membuat pantat pegal, leher sakit dan pinggang ngilu.
Cuma semangat aja yang ga boleh susut. Mundur selangkah bakalan terdepak semakin jauh di belakang. Menjadi PNS memang bukan cita-citaku, tapi karena kondisi yang memungkinkan untuk ke arah sana dan mumpung sedang ada kesempatan. Jika memang bukan rejekiku di situ ya harus gimana lagi. Usaha yang lain pasti akan menyusul jika usaha yang sekarang ga berhasil.
Man jadda wajada!