The Little India adalah satu-satunya daerah yang paling aku senangi jika berkunjung ke Malaysia. Aroma dupa dan rempah-rempah menguar ke udara laksana wangi surga yang melenakan. Rupa yang khas dengan kulit eksotis berseliweran di sepanjang jalan. Toko-toko kelontong yang menjual perlengkapan sembahyang dan toko perhiasan terlihat begitu semarak oleh warna-warni barang dagangan. Aku merasa sedang benar-benar berada di India.
Aku tak tahu kenapa, setiap kali berada di kawasan The Little India, baik itu di Klang, maupun yang di Kuala Lumpur, ada perasaan mengharu biru. Entah perasaan ini terlalu berlebihan karena rasa senang atau karena terlalu bersemangat jalan-jalan bareng Tourism Selangor, tapi perasaan ini seperti seseorang yang telah lama sekali meninggalkan kampung dan dia kembali pulang.
Aku tidak begitu mengerti sejarah. Tapi dari beberapa artikel menyebutkan Aceh adalah percampuran dari beberapa bangsa. Arab, Cina, Eropa dan India pernah datang ke Aceh ke pada masa lampau. Entah nenek moyangku berasal dari bangsa mana dulunya. Tapi aku yakin sekali, perasaan ketika aku berada di tengah-tengah The Little India, Klang tempo hari seperti pertanda bahwa mungkin saja nenek moyangku dulu berdarah India. Err…terlalu maksa, ya? :D
Well, perjalanan di hari kedua My Selangor Story adalah mengunjungi The Little India, Galeri Diraja Sultan Abdul Aziz, mengunjungi Kuil Kwan Imm, makan siang di Archana Curry House di Klang, Selangor, dan perjalanan ditutup dengan menikmati wahana-wahana seru di Sunway Lagoon.
Bas pesiaran berhenti di dekat Stesen Keretapi Klang. Semua turun dan mengambil foto di dekat-dekat situ. Aku menyeberang jalan lalu berjalan kaki dengan cepat menyusuri teras-teras toko dan kantor. Ada yang mengusikku ketika tadi duduk di dalam bus. Sebuah mesjid dengan kubah berwarna hijau terlihat di antara bangunan pertokoan.
Di ujung jalan aku berbelok ke kanan melewati Galeri Diraja Sulta Abdul Aziz yang berarsitektur eropa. Memasuki beberapa persimpangan lagi hingga mesjid terlihat jelas. Mesjid India Klang, begitu sebutannya, berdiri megah di tengah-tengah pertokoan. Aku duduk di sebuah pot palem di depan sebuah toko yang berseberangan dengan mesjid, menikmati sepoi-sepoi dan membiarkan angin mengeringkan keringat.
Sayup-sayup terdengar suara asing. Aku berdiri dan berjalan mencari arah suara. Di sebuah toko di blok pertokoan yang lain sedang berlangsung upacara keagamaan. Semuanya sedang khusyuk mengikuti upacara tersebut, jadi aku tidak berani bertanya upacara apa yang sedang mereka jalankan. Dua orang pendeta yang badannya dibalut kain berwarna kuning berdiri di depan tungku api. Yang paling muda menuangkan semacam minyak ke sebuah tongkat besar berukir burung garuda sambil merapal mantra-mantra.
Aku bergegas meninggalkan lokasi upacara dan menemukan kawan-kawan sudah bergerak menuju Gedung Raja Abdullah dan Balai Bomba dan Penyelamat Kota Raja (Kantor SAR atau Gegana jika di Indonesia). Ternyata di belakang Balai Bomba ini ada kuil hindu! Tanpa menunggu rombongan, aku bergegas mencari jalan pintas ke kuil.
Kuil Sri Nagara Thendayuthapani dipagari dinding tembok di sekelilingnya. Kuil ini terletak di Jalan Bukit Jawa. See? Suku jawa sudah duluan menginvasi daerah ini sudah lama sekali.
Di dalam kuil, aku bertemu dengan Uncle Raju. Aku mengobrol sejenak sambil menunggu kawan-kawan tiba. Uncle Raju melakukan sembahyang 5 kali sehari. Dua waktu dilakukan di kuil, pagi dan malam, dengan membawa sesaji berupa bunga dan susu. Beliau juga bilang kalau umat beragama di Malaysia sangat toleran, semua agama adalah bagus, semua ajaran agama adalah indah. Jika semua bersatu, hidup dengan damai, negara akan maju. Ucapan Uncle Raju membuatku sedih dengan kondisi di Indonesia. Tidak semua warga kita bisa beribadat dengan aman dan nyaman seperti yang dijamin oleh pemerintah Malaysia.
Ada satu kebiasaan unik orang India yang membuatku bingung. Sebelum masuk kuil, aku meminta ijin ke seorang laki-laki yang duduk di depan gapura untuk memasuki kuil. Beliau menjawab dengan menggelengkan kepala, tak bicara sedikitpun, hanya senyum saja. “Lho? Menggeleng kok senyum? Boleh masuk ga nih, uncle?” tanyaku dalam hati. Keluar dari kuil, aku baru ingat, gelengan kepala seperti uncle tadi merupakan bahasa tubuh khas India yang berarti “ya”.
Aku mengucapkan salam perpisahan dengan Uncle Raju yang ramah ini, lalu melanjutkan perjalanan ke Galeri Diraja Sultan Abdul Aziz. Galeri ini memamerkan barang-barang peninggalan Sultan Abdul Aziz seperti koleksi, pernak-pernik kerajaan dan foto-foto. Ternyata Sultan juga penggemar filateli, ada banyak sekali koleksi perangko di galerinya. Tapi sayangnya beliau juga suka mengoleksi binatang yang diawetkan. Sungguh sedih melihat Harimau Jawa berdiri kaku di balik kaca. Elang, harimau buluh, kaki gajah, dan berbagai macam binatang yang diawetkan lainnya dipamerkan di salah satu ruangan khusus. Semoga di generasi kita dan apapun jabatannya, tidak ada lagi yang memiliki hobi mengumpulkan binatang baik yang langka maupun tidak hanya untuk dijadikan hiasan.
Blusukan di The Little India kembali dilanjutkan. Keluar dari Galeri, aku sudah kembali berada di tengah-tengah pusat pertokoan di Jalan Tengku Kelana. Ada sebuah toko yang menjual berbagai macam kemenyan. Ada yang diimpor dari Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Harga kemenyan asal Indonesia masuk tiga besar kemenyan mahal karena kualitasnya yang bagus. Tentu kemenyan digunakan untuk umat Hindu sembahyang. Umat Muslim pun di beberapa kalangan masih ada yang menggunakan kemenyan untuk berdoa.
Kakiku berjalan semakin jauh dari rombongan, ada yang hendak kucari hingga berjalan bak atlet jalan cepat. Aku mencari warung yang menjual Laddu. Penganan khas India ini membuatku begitu penasaran setelah melihatnya di film English Vinglish.
Aku berhenti di sebuah warung, seorang laki-laki muda sedang menggoreng kue berbentuk donat di dalam penggorengan besar di depan warungnya. Sebuah rak berdiri rapat ke dinding di dekat pintu masuk, memamerkan kue-kue berwarna-warni di balik kaca berminyak. Aku segera mengenali kue yang berbentuk bola-bola berwarna kuning berukuran agak lebih besar dari bola pingpong ini berada di rak paling atas: Laddu! Sedangkan donat yang sedang digoreng di depan adalah Athirasam. Adonan Athirasam adalah campuran tepung, bawang, dan sayuran lainnya. Rasanya? MANIS! Semua penganan India di dalam rak ini berasa sangat manis. Meski tidak suka makanan terlalu manis, aku membeli satu buah Laddu dan Athirasam. Masing-masingnya dihargai RM0.70 saja.
Aku berlari kembali ke grup sambil memegang bungkusan kue, aku tahu aku sudah sangat terlambat. Sesampai di tempat tadi berkumpul, tidak ada bus dan kawan-kawan yang lain. Aku ditinggal! Bang Safri menelpon, mereka menunggu di depan Gereja Our Lady of Lourdes, sekitar 300 meter dari tempatku berdiri. Aku kembali berlari dan menemukan wajah jutek Ms Chai dan Bang Safri. Hehe…Sorry…
Bus berangkat dan 20 menit kemudian menurunkan kami kembali ke jalanan. Ada kelenteng yang menarik untuk dikunjungi. Di Malaysia, kelenteng disebut dengan Rumah Berhala. Ini adalah Rumah Berhala Kwan Imm. Ramai sekali yang berjualan di depan pintu masuknya. Termasuk juga pengemis. Terdapat bangunan-bangunan kecil di bagian terluar kelenteng yang digunakan untuk membakar sesaji dan berdoa kepada leluhur. Di sebelah kiri halamannya, sebuah tenda menaungi meja makanan yang menyajikan makanan vegetarian gratis untuk semua orang. Makanan yang disediakan berupa mie hun dan kwetiau. Rasanya memang tak begitu lezat, tapi sangat bermanfaat bagi banyak orang, apapun agamanya. Ucapan Uncle Raju terbukti.
Another surprise di Archana Curry House
Aku baru saja menghabiskan dua mangkuk mie hun dan kwetiau di kelenteng Kwan Imm, perut lumayan kenyang. Tapi aku tidak boleh melewatkan makan siang di Archana Curry House di Klang ini. Kapan lagi bisa menikmati kari India di The Little India? Gratis pula!
Makanan dihidangkan dalam piring aluminium, persis seperti yang kulihat dalam tayangan televisi di National Geographic. Rasa kari ayamnya benar-benar enak. Masakan India memang memiliki cita rasa yang khas dan unit. Warna rempah dan aromanya yang begitu tajam sampai menempel di gigi dan jari tangan. Bagi penggemar masakan India, di sini surganya.
Kejutan datang dari pengunjung restoran, dua orang pemilik toko membagikan kami oleh-oleh dari tokonya. Yang pertama dari pemilik toko perhiasan, Madura, sebuah inai yang berbentuk stiker. Yang kedua, toko kain Gayathiri, masing-masing mendapatkan satu kain sari cantik sebagai oleh-oleh.
Sunway Lagoon
Oleh-oleh dari The Little India sudah ditangan, kini saatnya melepaskan sisa-sisa adrenalin di Sunway Lagoon setelah seharian berpanas-panasan menyusuri jalan-jalan di Klang, blusukan di lorong-lorong belakang pertokoan, sampai harus berlari-lari mengejar bus.
Sunway Lagoon yang dinobatkan sebagai Asia’s Best Attraction memang memberikan kegembiraan yang tak terlupakan. Atraksi favoritku adalah Amusement Park, salah satunya adalah Lost City of Gold, roller coaster dengan set penambangan emas dan jalur yang membuat penumpang tak berhenti berteriak. Tapi sayang sekali aku tidak bisa menikmati Pirate’s Revenge dan Tomahawk. Sepertinya dua atraksi ini memang paling ditakuti oleh kebanyakan pengunjung.
Meski sedikit kecewa tak bisa menikmati beberapa atraksi di Sunway Lagoon tapi keseruan My Selangor Story di hari kedua ini membayar semua energi yang terkuras. Kami kembali ke Kuala Lumpur dan check-in di Areena Hotel dan beristirahat untuk memulihkan tenaga untuk perayaan besar esok hari di Batu Cave.
Kami tiba di Arenaa Star Luxury Hotel ketika malam mulai menjelang. Setelah mendapat pembagian kamar, kami dibawa melihat-lihat fasilitas hotel yang kabarnya grand launching hotel akan diresmikan oleh Michele Yeoh dalam waktu dekat ini. Wah, keren sekali ya?
AstuteXperience
Pihak hotel pun memberikan kejutan kepada kami berupa member card AstuteXperience! Ini seperti dapat kartu ajaib. Bayangkan saja, selain mendapat kemudahan dan diskon-diskon menarik pada saat booking kamar hotel dan makan di restoran yang masuk dalam jaringan AstuteXperience, member juga diberikan banyak sekali voucher diskon seperti paket menginap di beberapa hotel mewah di Malaysia dengan harga yang sangat terjangkau.
Dengan kartu AstuteXperience, kamu bisa mendapatkan akses lebih dari 25.000 hotel dan resort di seluruh dunia. Diskon sampai dengan 60% untuk semua tarif dan puas-puasin diri menikmati santapan kuliner dengan diskon sampai dengan 50%. Semua kenikmatan ini tidak hanya bisa dinikmati sendiri, tapi bisa digunakan untuk seluruh keluarga.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut, kamu bisa cek di website resmi mereka di sini dan bergabung juga ke fanpage facebook mereka di sini.
Untuk mendapatkan member card ini sebenarnya cukup mudah, cukup mengisi nama, email dan nomor kontak di form di sini, nanti costumer care AstuteXperience yang akan menghubungi kamu.
So, terima kasih untuk AstuteXperience untuk member card-nya. Berkat AstuteXperience juga kami bisa menginap di dua hotel mewah di bilangan Kuala Lumpur ini. Semoga suatu saat nanti voucher-vouchernya dapat dipakai. :D
Cit, panjang juga ya postingan blognya, hahahaha~
nice story anyway, terutama karna sempet terpisah dari rombongan jadi ada cerita yang beda :)
Iya, maunya sih ditulis pisah-pisah. Tapi kalau dipisah bisa ga jadi-jadi tulisan lanjutannya. Haha…
Seruuuuuuwww!!! Jadi berasa ada di sana deh.. hehe.. aku tunggu cerita selanjutnya, Bang! ;)
I wish you were there with us… Eh, siap-siap ya untuk bulan Mei. Ikutan lagi yaaa… :D
Wow.. ada apa di bulan Mei??? *bingung*
Akan ada blog competition lagi. :D
Wuiihhhh… okaaayy, let me know kalau sudah ada info lengkapnya ya Bang ;)
Siiip… :D
ah jadi ngiler makan laddo haha, surga gue cit klo ke sana hahaha
Karinya bikin ketagihan, Lid. Andai ada bumbu instannya, kubeli deh..
aku juga sukaaa ke Little India tiap kali ke Singapore sama Malaysia, dan baru di tempat ini berasaa enaaak masakan Indianyaa sumpaah deh :D
Aku suka sama kuah karinya. Nikmat tiada tara.. :D
Iiiisshh….si mamak ni lah… Foto’a makin jago ajaa… Ajarin lah mak… (˘ʃƪ˘)
Hihihihi…aku juga masih belajar kok… :D
gambarnya rameee
Semarak! :D
ampe dirimu ditinggal :D
:(
Aroma dupa dan rempah-rempah yang menguar ke udara laksana wangi surga yang melenakan <- kalimat ini subjek dan keterangan aja nih, gak ada predikatnya. Mungkin lebih enak kata "yang" yang pertama diilangin aja kali ya.. *editor mode on*
Nice post btw :)
Oh oke, Ri. Terima kasih untuk koreksinya.. Koreksi seperti ini yang selalu aku butuhkan. Thanks.. :D
Can’t believe you ate 2 plates of food at Kwan Imm. 2 plates?? Heh heh!
I love laddu too, by the way!
Not only me anyway. Hahahaha…
I should come back to Klang once more time to eat Laddu, bang. I’m missing it. :p
hmmm …boleh buat dimasukkan wish list ini ;)
The Little Indianya terbesar di Malaysia lho, Kak. :D
yaaa, dia makin ngomporin hahaha
i personally like your video editing. and yes…semua agama adalah indah . nice entry..mungkin nenek moyang kamu dari India yea? i can relate the feeling when u feel emotional coming to Little India. i felt that during Thaipusam in batu caves and other religious places too. keep it up!
Yes, when i was in Little India and Batu Caves, i feel like i’m home. It was very sentimental.