Ija Kroeng, Barang Penting Saat Traveling

Sarung atau Kain Sarung adalah salah satu pakaian yang selalu ada dalam susunan baju dalam lemari di hampir setiap rumah di Indonesia. Kadang jumlahnya melimpah. Apalagi di kampung-kampung, khususnya Aceh. Karena sarung sudah menjadi barang paling lumrah untuk isian kado pernikahan dan sunatan.

Sebelum tsunami tahun 2004 silam, keluargaku menyimpan banyak kain sarung dan kain panjang yang didapat dari kado ketika aku sunat dulu. Kadang dijadikan kado lagi atau disumbangkan saking banyaknya. Karena jumlahnya seabrek, dua rak dalam lemari terisi penuh dengan sarung saja. Dari sekian banyak sarung yang ada di rumah, aku paling suka memakai sarung pemberian dari bos di tempat kerja dulu,  yang selalu kubawa setiap kali traveling.

Biar nggak masuk angin, bebat leher dengan kain sarung.

Omong-omong barang bawaan saat traveling, biasanya traveler memiliki barang kesayangan atau sesuatu yang spesial/unik yang mereka bawa dalam perjalanan. Baik itu yang digunakan sepanjang hari atau untuk keperluan tertentu. Barang itu bisa berupa aksesoris atau pakaian. Contohnya, seperti yang paling sering aku lihat adalah kain tenun yang dililit di ransel atau dijadikan syal. Tapi kalau aku sendiri lebih senang membawa sarung karena multifungsi.

Bagi orang Aceh, memiliki ija kroeng atau kain sarung itu penting sekali. Ke mesjid tanpanya terasa kurang afdal, terutama hari jumat dan hari raya. Kesalihan tampak meningkat tajam jika Jumat mengenakan sarung  dan sajadah disampir di pundak. Tapi sekarang, budaya menggunakan sarung sudah mulai memudar. Jika ada anak muda berkain sarung ke warung pasti dikira anak kampung atau anak pesantren.

Meski begitu, fungsi sarung tetap tak berkurang kok. Buktinya aku masih menggunakannya untuk banyak hal saat traveling. Sarung dapat menjadi pengganti beberapa barang penting yang jika dibawa semua bisa enggak muat dalam ransel atau terlalu repot mengeluarkannya selama dalam perjalanan. Seperti selimut, jaket tebal, syal, masker, topi, dan celana.

Berikut beberapa fungsinya yang sering aku terapkan selama traveling:

Untuk Shalat

Aku selalu membawa satu celana panjang agar hemat tempat dan akan dipakai terus sampai perjalanan berakhir. Entah kotoran tak kasatmata apa yang menempel di celana, kita enggak tahu. Makanya kain sarung selalu dibawa sebagai pengganti celana untuk shalat.

Ija kroeng sebagai perlengkapan ibadah.
Teman Tidur

Sarung jadi teman tidur? Kenapa enggak? Kain sarung berbahan katun yang kita simpan lama dalam ransel biasanya menahan udara sejuk di setiap lipatan kainnya. Kalau dikeluarkan terus digumpal-gumpal kemudian dipeluk ketika mau tidur: rasanya nyaman banget! *lalu lagu Kuntoaji berkumandang* …sudah terlalu lama sendiri…Zzzz…

Atau juga bisa dijadikan bantal saat kamping.

Sarung Sebagai Pelindung

Kain sarung pun bisa dimanfaatkan sebagai pelindung dari kenangan masa lalu saat berada di tengah kondisi udara yang dingin. Mengenakannya saat tidur menjaga tubuh tetap hangat. Seperti pengalaman sewaktu aku harus menginap di Bandara Internasional Penang untuk penerbangan subuh esok harinya. Temperatur AC sepertinya sudah diset maksimum sampai aku menggigil kedinginan. Tanpa peduli tatapan bule-bule di sekitar, aku menyarungkan diri dengan sarung lalu meringkuk di sudut untuk tidur.

Syal, Masker, Penahan Panas

Pakaian yang berasal dari Yaman ini juga berfungsi sebagai pelindung leher dan hidung dari udara dingin, debu dan pasir. Sarung yang kubalut di sekitar leher hingga menutupi hidung dapat menangkis udara dingin dan angin pasir ketika di Bromo dan Ijen beberapa tahun lalu.

Ketika naik bis dan ingin tidur nyenyak atau ketika harus satu kamar dengan orang yang enggak bisa tidur dalam gelap, aku menggunakan sarung sebagai masker mata. Bahkan ketika panas terik, bisa menjadi penutup kepala dan menghindari terbakar matahari pada tengkuk.

Selain penahan terik matahari, juga bisa sebagai hijab trendi.
Berlindung dari dinginnya udara di Pananjakan.
Sesaat sebelum diterpa angin pasir di Bromo. Di belakangku angin pasirnya sudah mulai ‘berbisik’. Untung ada sarung yang dijadikan masker.

Tidak cuma di Indonesia, sarung juga digunakan untuk acara tertentu di luar negeri. Dalam event Malaysia Tourism Hunt yang aku ikuti tahun 2013 lalu berlokasi di Lat’s Place, Johor, Malaysia. Hampir semua peserta dari berbagai negara Asia Tenggara menggunakan kain sarung dengan berbagai motif batik. Seru deh mengenal seni dan budaya dari pakaiannya.

Berkain sarung di event Malaysia Tourism Hunt 2013 di Lat’s Place.

Kayaknya seru juga ya kalau budaya memakai kain sarung dipopulerkan di Indonesia? Apalagi sekarang ada banyak motifnya, enggak cuma kotak-kotak saja. Atau didesain lebih trendi dan fashionable. Seperti kain sarung produksi lokal yang bermerek Ija Kroeng ini misalnya. Penambahan motif Kerawang Gayo di bagian bawah kain menguatkan kesan etnis namun tetap terlihat keren. Selain dapat dimanfaatkan seperti hal-hal yang aku sebutkan tadi, juga tetap tampil gaya dalam berbagai kebutuhan.

Kalau kamu, apa manfaat kain sarung yang paling unik saat traveling?

 _____________________________ ___ __ _

Tulisan ini ikut merayakan #SithonIJaKrong, ulang tahun yang pertama produk Ija Kroeng yang diproduksi di Banda Aceh. Semoga misi membudayakan sarung dengan produk-produknya dapat tercapai dan varian motifnya semakin banyak.

Maju terus, Ija Kroeng! Krue seumangat…

Iklan

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

38 tanggapan untuk “Ija Kroeng, Barang Penting Saat Traveling”

  1. Wah bagus sekali pola pikirnya. Emang udah jarang anak muda pake sarung, padahal itu bagian dari budaya ya. Aku sih terus terang gak pernah bawa sarung untuk traveling, tapi bawa selendang batik. Itu termasuk gak? hahaha

  2. Ohw, Ija Kroeng itu artinya sarung yah kalau di Aceh.
    Kalau di Bugis, Sarung itu lipa’, kalau sarung sutra itu lipa’ sabbe.

    Sarung memang multifungsi banget, benda paling wajib dibawa kalau traveling.
    Saya punya sarung Toraja yang panjangnya 2 meter berwarna hitam polos. selalu saya bawa kalau jalan2, mau itu ke gunung atau ke pantai.

  3. Saya kalau pergi juga selalu bawa sarung, terutama waktu naik gunung. Rasanya lebih anget dari pada syal kalau di lingkarin di leher. Sarung ini memang multifungsi ya mas…mengIndonesia pula :)

    1. Iya, Bang. Kadang kalau ke kampung-kampung yang laki-lakinya masih suka pakai sarung, jadi lebih enak ngobrolnya karena sama-sama pakai sarung. Lebih ngeblend aja gitu. :D

  4. Kalau kecil dulu kain sarung sering dijadiin alat untuk berubah jadi ninja bg…

    kalau pernah ngerasain, artinya masa kecilnya lumayan indah :)

  5. Sarung jadi barang wajib yang selalu ku bawa kemana pun, camping ataupun selama backpaceran, bisa jadi kain basahan juga, multifungsi…:)

    1. Tergantung sudut pandang orang yang memandang, mungkin bang. Maling ayam jaman dulu juga pakai sarung. Tapi perbuatannya kan mencerminkan kedewasaan berpikir, kan? :D

  6. Jadi kepengen mengoleksi sarung-sarung khas daerah. Karena manfaat dan kegunaannya yang tiada banding hahaha. Sarung itu senjata penghangat banget pas lagi tidur di tenda saat mendaki :D

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: