Gowes Minggu Pagi

Minggu, 23 November 2008

Sudah jam sepuluh lewat aku sampai terkantuk-kantuk menunggu seorang kawan menghabiskan sarapannya. Kami berencana untuk bersepeda atau dengan kata kerennya sekarang gowes atau goes. Rute kami hari ini adalah Mereubo-Rantoe Panyang-Pasi Aceh-Peureumeu-Putim (Danau Geunang Geudong).

Sampai di Mereubo saya mengajak seorang kawan lagi untuk ikut, tapi dia sedang ditugasi menjaga rumahnya. Jadi hanya kami berdua yang bergerak ke lokasi tadi.

Berikut beberapa foto perjalanan kami.

Jembes-Mereubo
Jembes-Mereubo
Ranub Dong
Ranub Dong
Rantoe Panyang
Ranto Panyang
Kejar Buleeee...
Bermain dalam becek

6

Trio Kembang Desa
Ibu-ibu yang sepertinya sedang bergegas ke acara kenduri.
Long road to Lake Geunang Geudong
Jalan panjang menuju Danau Geunang Geudong
???
Istirahat sebentar di atas jembatan
Krueng Woyla
Krueng Woyla
Meulaboh-Putim
Meulaboh-Putim
Lurus atau Kiri, Cit?
Lurus atau Kiri?
i don't wanna die here! take me home, soldier! (?)
Ngaso di sebuah pondok di pinggi danau
Iklan

Road to Danau Geunang Geudong (Part 3)

Saya sudah di Pereumbee! Alhamdulillah, perjalanan yang sangat panjang bukan? Bisakah anda mencoba membayangkan bagaimana rasanya, bagaimana pedihnya tersesat? Hohhhh…(dramatic mode:ON).

Slow down, babe! Saya melaju bersama sepeda tercinta dengan hati senang, riang, hari yang kunantikan! Halah, kok jadi menyanyikan lagu Sherina?! Ya iyalah! Secara sudah terbebas dari belantara jalan-jalan kampung yang membingungkan itu, kini saya sudah berada di atas jalan raya lagi.

Saya ke Putim sekarang! Melaju dengan mantap melewati Beureugang dan papan petunjuk danau pun terlihat.

Betapa leganya hati begitu melihat permukaan danau yang tenang. Bagaikan cermin bayangan pohon-pohon dan awan terlukis dengan detil di atas permukaan air yang berwarna coklat pekat. Sulur-sulur ganggang air mengambang memberi nuansa danau yang eksotis. Seorang pria paruh baya dudukdengan santai sambil menghisap rokok daun, menanti kail ditangkap ikan gabus. Seorang temannya baru saja menarik joran dan ikan gabus sebesar jempol kaki menggelepar dari ujung talinya.

Saya memilih sebuah cafe pondok bercat biru yang hampir rampung dibangun di tepi danau. Saya duduk di tangga yang menghadap ke danau dan mengeluarkan bungkusan nasi gurih yang saya beli di Meulaboh tadi. Hm…nikmatnya…

Terbayang kembali saat-saat gowes di dalam perkampungan atau tepatnya pedalaman Kaway 16 tadi. Saat-saat ketika melewati jembatan gantung dan mendaki bukit-bukit yang ditumbuhi pohon durian yang sedang berbuah lebat. Ketika menyapa para warga setempat dan membalas senyum ramah mereka. Bercanda dengan anak-anak kampung yang minta difoto. Ketika meminta petunjuk jalan ke beberapa warga yang sedang membersihkan kebun. Dengan semangat mereka memberikan penjelasan jalan mana yang harus saya tempuh untuk dapat kembali ke jalan yang benar. Ya, setelah tersesat di jalan yang salah. Pengalaman ini benar-benar tak ternilai harganya. Memikirkan hal ini membuat rasa cinta Aceh saya semakin besar!

Sekian laporan tentang perjalanan bersepeda saya dari Meulaboh ke Danau Geunang Geudong yang melintasi kampung-kampung dan sungai-sungai.

%d blogger menyukai ini: