Halo September!

Tak terasa sudah masuk bulan September. Rasanya baru kemarin merayakan ulang tahun negara kita, padahal Agustus sudah lewat 4 hari yang lalu.

Waktu memang tak pernah menunggu. Meski begitu, manusia tak pernah lelah mencintai waktu. Seberapa banyak waktu yang sudah kita Lanjutkan membaca “Halo September!”

Iklan

Bulan ke Delapan!

Bulan ke tujuh telah berakhir. Kita memasuki bulan di mana rumah-rumah akan dihiasi oleh kibaran bendera merah putih. Jalanan dihiasi lampu warna-warni yang menyemarakkan malam untuk menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 72 tahun. Lanjutkan membaca “Bulan ke Delapan!”

Apa Keinginanmu di Bulan Juli?

Selamat bulan Juli, kawan-kawan! Kalender bulanan hadir lagi nih. Silahkan disimpan dan dijadikan wallpaper di desktop-nya ya…

Kita sudah melewati 6 bulan di tahun 2017 ini. Kamu masih ingat enggak sih sama resolusi tahun ini yang dulu pernah dibikin? Ayo, jangan sampai lupa. Sudah bulan Juli lho ini. Stay focus yah sama wishlists atau Lanjutkan membaca “Apa Keinginanmu di Bulan Juli?”

Kalender Juni Untuk Wallpaper Desktop Kamu!

Halo!

Assalamu’alaikum!

Bulan Ramadan memang identik dengan panas. Meski pun sedang berpuasa tapi pemandangan tetap harus sejuk supaya pikiran tetap adem. Ini aku siapkan sebuah kalender bulan Juni untuk kamu. Bisa langsung save atau klik kanan lalu save as atau set as desktop wallpaper. Lanjutkan membaca “Kalender Juni Untuk Wallpaper Desktop Kamu!”

You Leave Me Speechless, Bengkulu.

“Traveling – leaves you speechless, then turn you into a storyteller.” – Ibn Battuta

Kawan-kawan, pernah nggak sih setelah melakukan perjalanan, kalian nggak mampu menuliskan pengalaman itu dalam jangka waktu yang cukup lama? Sekuat apa pun keinginan kalian mencoba untuk menuliskan kembali, tulisannya hanya mentok sampai dua paragraf doang. Atau bahkan nggak satu kata pun muncul saking berkesannya pada tempat yang baru kalian tinggali itu. Ini yang terjadi sama aku setelah meninggalkan Provinsi Bengkulu pada September 2016 lalu. Ya, 10 bulan yang lalu. Apakah ada yang mengalami hal serupa? :D

Lanjutkan membaca “You Leave Me Speechless, Bengkulu.”

Weekly Photo Challenge: Connecting The Day and Night

The sun, it connects us from day to night. From the light to the dark.

The ruin, it connects me back to the memories of almost 11 years ago when the tsunami destroyed our homes.

See more of others’ submissions to the Daily Post Weekly Photo Challenge on: “Connected.”

Terbius Ipang di Soundsations

Aku senang menonton konser meski bukan penggemar fanatik dari grup band atau penyanyi yang menggelar konser. Salah satu acara musik yang berjudul Soundsations ini yang entah dari rokok merek apa, membawa Ipang dan Virzha ke Pangkalpinang. Acaranya dimulai jam 7.30 malam tapi aku baru datang jam 9.30. Beruntung acaranya belum selesai. Ketika aku tiba di sana, Virzha sedang di atas panggung. Lapangan Merdeka dipadati penonton yang sedang jejingkrakan melihat finalis Indonesian Idol itu bernyanyi. Lanjutkan membaca “Terbius Ipang di Soundsations”

Selayang Pandang Desa Kurau

Desa Kurau jika dilihat dari citra satelit dibelah-belah oleh jalan aspal yang menghubungkan Pangkalpinang dan Koba, dan sungai Kurau yang bermuara ke Selat Karimata. Perahu-perahu nelayan ditambat di dermaga. Rumah-rumah panggung khas pinggir sungai berdiri rapat di atas pancang-pancang kayu yang terlihat rapuh.

Lanjutkan membaca “Selayang Pandang Desa Kurau”

Pekebun Cilik di Danau Aneuk Laot

Hari keduaku di Sabang tanggal 28 Mei lalu, Mus mengantarku ke Danau Aneuk Laot. Lokasi camping berada di tempat pemancingan milik Bang Fatwa yang pernah aku ceritakan sebelumnya di SINI. Kami tiba sudah agak sore. Tampak ada tiga orang sedang memancing di atas dermaga yang ternyata adalah guru Mus di SMA. Lima ekor ikan nila sebesar telapak tangan berhasil dipancing dari danau.

Selain tempat memancing, danau juga dimanfaatkan untuk berbagai hal. Beberapa kegiatan kurekam dalam beberapa foto di bawah ini:

Lanjutkan membaca “Pekebun Cilik di Danau Aneuk Laot”

Taman di Mon Ikuen

Taman ini bukan sembarang taman. Rumputnya tak sehijau taman buatan manusia yang selalu mendapat perawatan. Diberi pupuk dan disiram air. Tidak pula permukaannya rata dan bersih dari kotoran binatang. Hanya air hujan yang menyiramnya dan kotoran sapi yang berserak di segala penjuru menjadi pupuk untuk menyuburkan.
Mon Ikuen namanya. Letaknya memang persis di ujung Pulau Bunta di kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Jarang sekali ada manusia yang bermain-main di sini. Sekali-dua kali, adalah dua tiga orang yang melintas ketika matahari sedang tinggi. Sapi-sapilah yang selalu ramai berkumpul di tempat ini untuk makan dan memberi pupuk. Juga burung-burung yang mendarat mencari ulat atau menarik batang rumput kering lalu bergegas terbang untuk menyulam sarang. Ketika malam, apalagi jika terang bulan, babi-babi  jantan dewasa akan sibuk memikat para babi betina untuk diajak kawin.
Memandangi Mon Ikuen dari ketinggian adalah sebuah pengalaman yang mengharukan. Panjatlah tangga-tangga besi mercusuar setinggi 80 meter itu jika berani. Jika sudah tiba di atas, kamu tak akan sempat memuji diri sendiri karena keberanian menaklukkan rasa takut akan ketinggian. Hanya decak kagum yang ditambah sedikit rasa sentimental yang mengaburkan sejenak pandanganmu.
Foto paling atas diikutsertakan dalam Turnamen Foto Perjalanan Ronde 36 yang bertema Taman di blog Ari Murdiyanto.
%d blogger menyukai ini: