Menunggu Pagi di Pananjakan

Aku tiba di Surabaya pada pukul tiga sore dan disambut oleh seorang supir mobil travel yang sudah kami pesan semenjak sebelum keberangkatan. Syukurlah perjalanan ke Bromo ini adalah yang paling diantisipasi dan itinerarynya sudah lengkap. Travel sudah dipesan berkat rekomendasi transport murah, cepat dan nyaman dari Alid Abdul.

Pak Bambang, sopir travel Mahameru, pria asli Probolinggo ini membawa kami melewati Porong yang berpemandangan tanggul setinggi lebih dari 10 meter di sisi kiri kami dan kota Pasuruan yang hijau asri. Tiba di Probolinggo pada malam hari dan menemukan hotel yang lumayan murah. Beruntung kami bisa bernegosiasi tarif ke Bromo sekaligus dapat perjalanan ke Kawah Ijen.

Mini bus yang akan membawa kami ke Cemoro Lawang

Matahari baru akan terbit di sekitar pukul lima pagi ketika kami bangun pada pukul 2.30 di salah satu kamar di Hotel Moronyoto, Probolinggo. Suasana tentu saja masih senyap dan dingin. Kami bergegas bersiap-siap untuk diberangkatkan ke Cemoro Lawang supaya bisa menikmati sunrise dari puncak Pananjakan.

Meski tidur masih terasa kurang, tapi mata terus nyalang di subuh buta dalam perjalanan ke Pananjakan. Semakin jauh dari Probolinggo terlihat beberapa warga sudah mulai keluar dari rumah walaupun kondisi hari masih sangat gelap dan dingin. Ya, tentu saja tak peduli gelap atau terang untuk mencari nafkah. Hampir sama halnya pejalan yang tak peduli seberapa gelap dunia agar bisa melihat matahari terbit dari balik gunung. Telat saja bangun maka terimalah kau tak dapat apa-apa. *lol*

Pukul empat pagi kami tiba di tempat pemberhentian jeep. Puluhan kuda siap disewakan untuk mengangkut pengunjung yang tak kuat berjalan di tengah tanah lembab dan bau sengak. Udara dingin semakin dingin ketika mulai menapaki anak tangga yang naik ke atas puncak. Suhu udara yang di luar perkiraan ternyata lebih dingin dan nyaris membekukan tangan jika aku tetap nekad membiarkannya tak bersarung.

Penyewaan kuda sebagai transportasi pengunjung untuk naik hingga ke tangga dan turun kembali ke parkiran jeep

Lebih dari tiga puluhan pengunjung lokal dan asing berkerumun di pinggir lereng. Sebuah tempat pemberhentian terakhir setelah hampir setengah jam menaiki tangga zig zag. Keringat mengucur deras meskipun udara sangat dingin. Keringat di ujung-ujung rambut halus di dahi bahkan membeku dan berwarna putih es.

Sunrise
Matahari terbit di arah berlawanan dari Bromo

Gelap mulai menyingkir ketika matahari perlahan naik dari balik awan di sebelah timur. Cahaya jingga dan biru menyeruak dari balik awan menciptakan garis-garis indah ke cakrawala. Jangkauan sinar matahari kian meluas dan garis-garis siluet semakin melebar. Keindahan pagi itu ditambah dengan pemandangan hijau lereng gunung dan kebun-kebun dengan komoditas andalan penduduk Tengger. Kubis, selada, bawang dan wortel. Embun di daun yang basah berkilauan ditimpa cahaya.

kebun
Kebun-kebun penduduk Tengger

Jika matahari sudah sejajar kepala, saatnya untuk menikmati Gunung Bromo dan Gunung Batok. Mungkin aku bukan satu-satunya yang terkecoh membedakan dua gunung ini. Karena gunung Batok terlihat lebih mengesankan dibandingkan gunung Bromo yang tandus dan kusam. Pun letaknya yang dapat dilihat lebih jelas dengan warna hijau yang mencolok. Jika kamu beruntung, ketika awan tidak terlalu tinggi, di belakang kedua gunung ini dapat terlihat puncak Semeru. Luar biasa.

Gunung Batok dan Bromo di kala pagi
Puncak Semeru dari puncak Pananjakan. I hope someday i'll be there

Selanjutnya, aku akan nulis tentang Bromo. (:

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

3 tanggapan untuk “Menunggu Pagi di Pananjakan”

  1. Pondok Pertanian Tajung “tosari”

    Memperkenalkan” Tengger-Bromo”dr segala aspek, kami buka pondok pertanian tanjung-tosari unt umum, dng hanya membayar ‘sukarela’, ( cukup memasukan dana se rela nya ke kotak dana perawatan pondok.)…… Pondok pertaniaan tanjung terletak di dukuh: Tanjung rt.03. rw.03.(KM 99) desa: Baledono. kec: Tosari. kab: Pasuruan Ja-Tim. (Km. 99. dari Surabaya)

    Akses menuju pondok pertanian tanjung: dari ‘Pasuruan’ ambil arah malang smp di ‘Warungdowo’ (-+ 7km), belok kiri smp ‘Ranggeh’ belok kanan menuju ‘Pasrepan’ terus saja smp ‘Puspo’ terus saja melewati hutan2 mahoni dan pinus smp dukuh ‘Jonggo” terus sedikit melewati hutan pinus smp ketemu rumah pertama lansung belok kiri turun kebawah, ” Podok Pertanian Tanjung” terletak di sebelah kiri jalan dr pasuruan di Km.99 . Kurang lebih 7 km sebelum kec: Tosari.

    @.kamar los + 2 km mandi luar kapst: 8 s/d 16 orang, cukup memasukan dana “sukarela” ke kotak dana perawatan pondok pertanian. (tanpa tarif)
    @.kamar utama + km mandi dalam + perapian, kapst: 2 s/d 4 orang. Rp.150.000,- / malam.

    *.fasilitas:.dapur,. kulkas,. ruang makan,. teras (4 x 12 m),. halaman api unggun,. tempat parkir unt 6 mobil,. kebun sayur.
    *.bisa masak sendiri dng menganti LPJ dsb..Rp.30.000,-
    *.bisa dimasakan menu sederhana Rp.20.000,- 1x.makan. (.bisa nego dgn ibu Sulis.)

    # untuk informasi hub: per sms/tlp. 081249244733 – 085608326673 ( Elie – Sulis ) 081553258296 (Dudick). 0343-571144 (pondok pertanian).
    #informasi melalui “face book” dengan nama: bromo tanjung pondok pertanian

Tinggalkan Balasan ke bromotanjungpondokpertanian Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.