Malam sudah begitu larut dan aku menapakkan kaki keluar rumah dengan ransel besar berwarna merah yang hanya berisikan setengah bagian menempel erat di punggung. Sebuah ransel yang lebih kecil ku selempangkan di bahu dan menutupi bagian dada. Ransel berwarna hitam ini berisikan kamera dan botol air minum. Merekalah yang akan menemani semua perjalanan akbar ini nantinya.
Eh? Sebuah kamera dan botol minuman? Tentu saja tidak. Aku dan seorang kawan yang syukurlah memiliki kesamaan hobi bisa diajak bersusah payah senang selama perjalanan ini.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat dan aku harus bergegas membawa semua beban di bahu ini keluar dari pekarangan rumah dan berjalan sejauh seratus meter ke ujung lorong dan menemukan becak yang kemudian mengangkutku ke terminal bus.
Udara dingin tengah malam membuat nyali mengkerut. Ini bukan perjalanan biasa. Aku tidak sedang menempuh perjalanan Meulaboh – Banda Aceh yang setiap lubang di jalan sudah kuhapal. Melainkan perjalanan ke kampung orang nun jauh di Jawa sana. Perjalanan ini pula yang akan menjadi pencapaian pertamaku melangkahkan kaki ke gunung-gunung dahsyat yang banyak diceritakan orang.
Perjalanan untuk mengalahkan rasa takutku sendiri. Ketakutan atas ketidakmampuan diri. Err… singkatnya ketakutan atas ketakutan itu sendiri. He? Makin ribet? LOL
Seiring waktu, ketakutan akan bayangan perjalanan panjang di pikiranku mulai memudar. Percakapan dengan abang becak membawaku ke sisi hidup yang lebih riil. Keluh kesah kehidupan si tukang becak ini jauh lebih memprihatinkan dari apa yang sedang ku ceritakan.
Angin dingin menembus kaos. Aku memeluk ransel hitam yang berisikan kamera dan botol air minum yang sepertinya telah menggantikan kehangatan selimut yang teronggok masam di kamar.
Tepat tengah malam, bus yang aku tumpangi menerobos gelap malam yang dingin. Perasaan-perasaan janggal mulai menggelayuti lagi. Entah keajaiban apa yang membuat ketakutan-ketakutan itu berubah bagaikan sebuah kerinduan terhadap sesuatu yang tak bisa aku gambarkan. Singkatnya, malam itu aku galau to the max! Tapi akhirnya, sebelum aku tertidur, aku sadar bahwa memang sudah saatnya aku berlibur! Aku merindukan liburan. The tough one.
(:
ini doang? huft. I want more I want more
ya sabar dong lid..ini baru prolog! :))
Ceritanya sedang di daerah mana nie?
tunggu tulisan selanjutnya.. :D