Tempat Membaca Favorit

Hampir semua buku yang saya miliki habis dibaca di kamar tidur, tepatnya di atas kasur. Hanya di situlah saya bisa menikmati hampir semua cerita dalam buku yang saya baca. Meski membaca sambil tiduran itu tidak baik, tapi tak ada yang lebih menyenangkan membaca sampai mata terkantuk-kantuk lalu terlelap dengan buku tergeletak di dada.

Dulu ketika saya masih kuliah, saya bisa tidak keluar dari kamar seharian sampai buku yang saya baca tamat. Yang paling parah adalah ketika membaca

Harry Potter dan Orde Phoenix. Saya mulai membaca buku yang total halamannya saja 1200 itu mulai pagi seusai sarapan. Dan baru berhenti pada subuh keesokan harinya.

Hebat kali Kak Haya Nufus ini ya kan? Membaca dua buku sekaligus! Photo source: http://hayanufus.com

Kasur selalu menjadi lokasi favorit saya untuk membaca buku hinggi kini. Tapi baru-baru ini ada pengecualian. Saya enggak tahu kenapa, satu buku ini tak bisa saya nikmati dengan membacanya di atas kasur. Buku itu adalah Puya ke Puya karya Faisal Oddang. Sudah lebih dari setengahnya saya baca di kasur, tapi tak satu halaman pun saya nikmati cerita-ceritanya. Saya merasa alurnya agak membingungkan dan gaya penceritaan yang membuat saya tak nyaman membacanya. Yang menjadi alasan saya terus membacanya hanya karena ingin tahu adat istiadat Toraja yang menjadi latar belakang kuat di buku ini.

Biasanya buku yang belum selesai saya baca, selalu saya simpan di dalam tas yang saya bawa setiap hari ke kantor dan ke mana saja. Niatnya untuk dibaca kala senggang. Di kantor, biasanya saya punya banyak waktu kosong yang bisa saya pakai untuk membaca buku, tapi saya tak pernah membuka buku di sana.

Pada suatu hari, saya membawa tas saya ke Indomaret untuk membeli roti dan kopi instan di jam istirahat. Sudah kebiasaan saya membawa tas ke mana-mana. Saya biasanya duduk di kursi yang tersedia di teras toko dan melahap roti dan menyesap kopi instan dingin. Tiba-tiba saya teringat pada buku yang saya simpan di dalam tas. Saya buka dan saya baca di sana. Lembar demi lembar, saya balik, dan baca terus sampai saya sadar kopi saya sudah habis. Sambil menggenggam botol kopi instan itu, saya heran kok buku ini jadi enak gini ya kalau dibaca di sini? Padahal suara lalu lintas di sini cukup bising. Biasanya saya tak pernah bisa membaca dengan kondisi lalu lintas yang ramai.

Photo credit: @firdaarfah

Dulu saya pernah juga mencoba membaca buku di beberapa tempat yang ramai. Seperti halte, stasiun, terminal, bandara, di dalam kereta, bus, dan pesawat. Biasanya saya hanya mampu menyelesaikan satu halaman. Setelah itu saya menutup buku karena pusing.

Pernah juga saya membawa buku saat traveling. Ecek-eceknya mau baca buku sambil jalan-jalan gitu ya kan. Tapi buku-buku itu hanya memberatkan ransel saja. Tak terbaca sepatah kata pun. Haha…

Berdasarkan pengalaman ini, saya mencoba melempar topik tempat dan kondisi khusus untuk membaca buku ke grup Whatsapp Gam Inong Blogger (GIB) dan Klub Blogger dan Buku Backpacker Jakarta (Kubbu BPJ). Kubbu BPJ ini adalah komunitas khusus yang menampung para anggota komunitas Backpacker Jakarta yang memiliki minat khusus pada buku dan blog. Sedangkan GIB adalah salah satu komunitas blogger hits di Aceh.

Photo credit: @fardelynhacky

Berikut saya kutip kebiasaan teman-teman blogger dari survey cilet-cilet saya di grup Whatsapp tersebut.

“Kalau saya bukan tipe yang baca buku di tempat outdoor (di alam). Lebih efektif di ruangan (gedung, rumah). Kalau lihat-lihat view alam, panorama malah mata jelalatan. Apalagi kalau di taman, kelah dah tuh kalimat pada ngacak!” – Nassa Harun.

“Aku kalau pas momen menunggu. Paling nggak bisa baca di dalam kendaraan.” – Airin.

“Kalau aku sih segala tempat bisa mas, yang penting ga gerah. Tapi kalau dikejar deadline, tempat rame pun bikin aku lebih fokus dari pada sepi.” – Inggit Komala.

“Membaca buku buatku itu harus tenang, kalau perlu diiringi musik instrumental. Karena aku suka berkhayal dan kadang merasa jadi bagian dari cerita itu. Tapi aku pasti baca buku di kamar mandi. Sorry kalau terdengar jorse. Hehehe.” – Yunita.

“Baca di ruangan sepi seperti di kamar sambil ada camilan.” – Ariwidi.

“Aku di mana aja bisa baca. Di stasiun, terminal, halte yang ramai, dll. Asal bukan di kamar mandi.” – Endang.

“Tempat di mana pun jadi. Hanya saja bisa ngebaca kalau ga ada yang ngajak ngobrol, karena susah fokus. Lebih sering di perjalanan paling enak buat baca, menghilangkan stres karena lama sampenya entah itu macet atau gangguan kereta. Satu lagi, jangan di kasur! Dipastikan tiba-tiba tertidur.” – Ndari.

Tempat membacanya mevvah ya? Photo credit: [iuef] photowork

“Di beranda rumah, waktu sore hari, atau di kereta pas lagi pulang kerja, lagi-lagi di waktu sore.” – Dayu Anggoro.

“Kalau anak nggak ada, di sekolah, mau tidur, di mobil, rumah lagi berserak, rumah kayak lagi kapal pecah, masih belom mandi, bisa aja baca. Kalau ada buku baru.” – Firda Arfah

“Sejak nikah, nggak ada tempat dan waktu khusus, sejak punya anak kocik, kebiasaan baca buku itu gini caranya:
Posisi: tempat tidur
Bacakan anak buku, anak tidur. Ambil buku sendiri dari bawah bantal. Baca sampai ketiduran. Terbangun tengah malam, baca lagi sampai selesai atau sampai ngantuk lagi. Tidur, bangun baca lagi.” – Syarifah Aini

Salah satu tempat favorit saya membaca buku di Banda Aceh: Taman Bineh Krueng Aceh. Photo credit: @yellsaints24

Beragam sekali tempat dan kondisi khusus untuk para penyuka buku membaca buku-bukunya. Mungkin untuk kasus saya, mungkin lho ya, ada buku-buku khusus yang butuh tempat khusus pula untuk bisa menikmatinya. Seperti buku Puya ke Puya ini, cerita yang cukup ramai ini harus dibaca di tempat yang ramai dan di sanalah saya keasyikan sendiri membaca perjalanan spiritual Maria dan Ambe, petualangan Allu, dan perjuangan Tina di tengah lingkungan adat Toraja yang sangat kompleks.

Kalau kamu, suka baca buku di mana?

Iklan

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

23 tanggapan untuk “Tempat Membaca Favorit”

  1. Kalo kk termasuk yang bisa baca buku di mana pun, Cit. Terutama buku cerita, itu di toilet pun jadi, asalkan toiletnya model duduk (closet) bukan yang jongkok ya. Dan toiletnya yang bersih dan wangi. Haha.

  2. Kalo aku baca di mana aja tergantung bukunya. Ada yang harus di tempat sepi macem kamar, ada yang sambil nunggu kereta di stasiun atau di atas kereta juga bisa.

  3. Saya juga #laskarkasur, kalau boleh saya bilang, hehe. Kalau membaca di kendaraan bergerak, saya pun tak kuat. Sudah pusing, akhirnya pun tak paham akan apa yang dibaca. Kasur memang tempat paling nikmat, dan seperti dirimu, waktu membaca bagaikan tak terasa karena seperti terbang. Namun, menurut saya semestinya kita membiasakan diri untuk membaca di mana saja, haha… eh yang penting menikmati, deng.

    1. Setuju dengab kalimat terakhir: yang penting menikmati buku ywng kita baca. Makanyabaku mencoba untuk membaca bukudu tempat yang berbeda. Khusus buat buku-buku yang susah aku pahami/nikmati.

  4. Ihh ada komen akuh..
    Hari ini aku ada tambahan bang Ocit, mencoba membaca di tepian danau diterpa semilir angin, ternyata segerrrrrr banget..😍
    *Kebwtulan banget tadi siang baru sadar

  5. Aku suka baca buku di kereta. Dalam perjalanan 12jam surabaya jakarta. Bisa habis 1 atau 2buku. Tau tau tamat, gitu aja. Apalagibuku yg dibaca ada kaitannya sama tempat yg dituju. Asyikk..

  6. Mau jawab dikomen tapi udah di kutip di tulisanya hehe…
    Tapi tetep sih bang, kadang tiap buku punya feel senditi tempat dan cara bacanya (rame apa sepi).

  7. Baca buku paling enak ya sambil “ndlosor” di kasur. Apalagi pas libur, jadi seharian mau di kamar aja, ga masalah. Ditambah sambil dengerin musik lewat ear phone. Makin betah deh di kamar.
    Sekarang ini aku punya kebiasaan aneh kalo baca buku; konsetrasi jadi makin bagus kalo baca buku sambil dengerin musik dengan bahasa yang berbeda dengan buku. Misalnya, baca buku berbahasa Indonesia dengerinnya lagu berbahasa Inggris, atau sebaliknya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: