Awan berarak dan menggumpal-gumpal di langit, menyisakan sedikit warna biru di beberapa penjurunya. Aku meramalkan sebentar lagi langit akan sepenuhnya tertutup warna putih dan abu-abu dan malam ini akan hujan. Cuaca seperti ini cuaca yang paling tak diharapkan bagi siapa pun yang akan berkemah. Termasuk aku.
Lewat tengah hari pada hari Sabtu tanggal 6 Agustus lalu, aku telah tiba di Telaga Warna, Puncak. Mengusahakan izin untuk berkemah di camping ground yang ternyata tak kudapatkan dari petugasnya, seorang ibu geulis dengan riasan wajah maksimal.
Aku berjalan gontai menuju Telaga Cisaat, sambil memutar otak, mengingat-ingat lokasi tersembunyi mana yang mungkin bisa untuk kudirikan kemah tanpa terlihat orang jika camping ground di Telaga Cisaat juga tak bisa aku tempati malam ini. Pikiran bertambah kalut melihat cuaca yang mulai menunjukkan tanda-tanda kuat akan hujan.
Di tengah kekalutan itu, perjalananku dihentikan oleh rombongan pendaki yang mengendarai tiga sepeda motor. Empat orang laki-laki dan seorang perempuan. Tanpa basa-basi, seorang dari mereka menawarkan untuk membonceng. Yang langsung saja aku iyakan. Mereka bagaikan penawar untuk kekalutanku tadi. Ahhh senang!
Rombongan yang berasal dari Sentul ini adalah Irsan, Adul, Irman, Wiwi, dan Lai. Dari obrolan dengan Irman yang memboncengku, mereka akan mendaki Gunung Kencana. Jaraknya sekitar 7 KM melewati jalan perkebunan teh yang berbatu-batu dan naik-turun mengikuti kontur bukit, berkelok-kelok di dalam perkebunan teh dan berakhir di kaki Gunung Kencana. Perjalanan ini kami tempuh kurang dari dua jam.
Menyadari aku akan berkemah dengan serombongan anak-anak yang seru banget ini, aku jadi teringat dengan perlengkapan kampingku yang banyak kurangnya. Tak ada sleeping bag, kain sarung, jaket, makanan, dan air minum. Aku berharap ada yang menjual air mineral dan mie instan di lokasi parkir nanti.
Perjalanan yang kurang persiapan ini berawal dari membaca artikel Kampanye Malam Langit Gelap oleh LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Dalam artikel kampanye tersebut selain berisi penetapan Hari Keantariksaan setiap tanggal 6 Agustus, pada malam itu kita juga dapat melihat milkyway, planet Mars, Saturnus, dan bintang Antares yang membentuk segitiga di langit selatan (baca di sini: Kampanye Malam Langit Gelap) Sebagai Stargazer, momen langka ini enggak boleh dilewatkan.
Puncak Gunung Kencana berada di 1800 mdpl. Pendakian diawali dengan Tanjakan Sambalado yang bikin kaki gemetar setiap kali berhenti melangkah. Tanjakan setinggi 200 meteran dengan kemiringan 90 derajat ini berupa puluhan anak tangga yang dibikin tinggi-tinggi. Jadi setiap 4 undakan, aku harus berhenti karena otot paha terasa robek-robek.
Kami memulai pendakian ketika hari mulai gelap. Awan mendung berarak mendekati puncak dan rintik hujan turun tak lama ketika kami melewati undakan anak tangga. Wiwi yang pertama kali ini mendaki gunung, terpaksa berhenti setiap lima menit sekali. Setiap kali itu pula kami terus menyemangatinya. Sembari menyemangati diri sendiri yang juga kelelahan.
Hari sudah gelap dan puncak Kencana telah ramai oleh pendaki. Ada sekitar 11 tenda membentuk barisan menghadap ke Gunung Pangrango dan Kota Bogor. Lampu-lampu kota tampak semarak dari atas ketinggian. Suhu udara mulai terasa menggigit ujung jemari tangan sementara gerimis turun semakin banyak. Kami bergegas membongkar ransel dan mendirikan tenda sebelum hujan lebat mengguyur.
Setelah ketiga tenda berdiri sempurna, gerimis berhenti turun. Namun awan tetap betah menutupi langit hingga dini hari. Padahal waktu paling tepat untuk menyaksikan Bimasakti, Mars, Saturnus, dan Bintang Antares adalah pukul 8-9 malam. Lewat dari pukul itu, bentangan galaksi Bimasakti dan beberapa planet dan bintang yang bersinar terang di langit malam telah bergeser ke sisi bumi sebelah barat.
Malam yang dingin sekali itu kami lewati dengan menyesap kopi panas setelah menyeduh mi instan. Akibatnya, perutku kembung dan tak bisa tidur hingga menjelang fajar. Udara yang terlalu dingin juga menambah kesulitan untuk lelap. Pada pukul 2 dini hari, aku memutuskan untuk keluar dari tenda dengan membalut badan dengan kain sarung milik Irsan.
Lokasi berkemah kami tepat berada di puncak dan berbatasan dengan jurang. Pembatasnya adalah pagar kayu dan ada beberapa susunan dahan sebagai tempat duduk untuk menikmati lampu kota. Pada dini hari itu, kabut telah menyingkir dan awan telah tersapu bersih oleh angin. Kerlap-kerlip lampu kota dan hamparan bintang di langit membuat kaki terpaku. Tak peduli dingin yang membekukan, aku berdiri lama menatap ke bawah, ke atas, ke bawah, ke atas. Sebelum dicurigai kesurupan, aku menyalakan kamera dan mengambil beberapa foto.
Gradasi warna pada langit berubah perlahan. Dari hitam pekat ke ungu lalu ke biru. Kabut yang menyelimuti Gunung Pangrango juga mulai turun memperlihatkan puncaknya yang tampak samar. Sebuah meteor berpijar jatuh seperti hendak menghujam puncaknya. Tak lebih dari satu detik, pijarnya hilang disambung gelak tawa pendaki di ujung area berkemah yang sepertinya tak melihat apa yang baru kulihat.
Meski tak bisa melihat bentangan Bimasakti karena cuaca yang tak mendukung, aku cukup senang dengan pengalaman berkemah kali ini. Kejutan-kejutannya di luar ekspektasiku. Yang tadinya cuma ingin kamping hore-hore sendiri di dekat perkebunan teh dan syukur-syukur kalau bisa melihat gugusan galaksi membentang di angkasa. Tapi aku dipertemukan dengan kawan-kawan baru, berkemah di puncak gunung. Takbisa tidur semalaman diganjar dengan meteor Parseid yang jatuh saat fajar. Nikmat mana lagi yang harus kudustakan?
Terkait Kampanye Malam Langit Gelap oleh LAPAN, aku berharap kampanyenya bisa lebih gencar lagi untuk ke depannya. Seperti mengumumkan musim-musim hujan meteor dan fenomena angkasa lainnya. Untuk kegiatannya sendiri, sebagai langkah awalnya bisa meniru dari kegiatan Earth Hour (atau kenapa nggak bekerjasama?) yang rutin diadakan serentak di kota-kota seluruh Indonesia. Rangkaian kegiatan Malam Langit Gelap ini menurutku bakal seru banget kalau pihak Lapan memilih lokasi-lokasi strategis dan mengajak orang-orang untuk mematikan lampu pada jam tertentu. Selain bisa hemat energi, bisa sekalian belajar astronomi dan fotografi dari para ahlinya, dan tentu saja sambil menikmati keindahan langit.
Sedikit tips untuk mengecek posisi Milkyway atau bentangan galaksi Bimasakti, kamu bisa menggunakan aplikasi Stellarium yang bisa diunduh ke handphone, laptop, dan komputer. Lewat aplikasi ini, kita bisa melihat posisi bulan, planet-planet, rasi bintang, dan galaksi-galaksi lain pada waktu yang kita inginkan.
Aplikasi ini membantu banget untuk merencanakan kapan saat-saat terbaik untuk mendapatkan foto milkyway yang mantap. Selain itu, cek juga prakiraan cuaca di lokasi yang akan kamu gunakan untuk melihat bintang.
FYI. Bulan Agustus 2016 ini adalah waktu yang tepat untuk melihat milkyway di langit malam kita. Posisi milkyway berada di langit selatan yang dapat kita saksikan mulai dari pukul 8 hingga 9 malam.
kayanya ide malam langit gelap digabung earth hour boleh juga. bia lebih berasa gaungnya (kalo earth hour kan lebih gencar kampanyenya).
beruntung banget sih bisa liat perseid. saya kok ya kalo pas niat mau liat seringnya cuaca nggak mendukung.
Kemarin juga kurang mendukung sih. Tapi syukurlah pas subuh ada satu meteor yang jatuh.
Itu moto citylight pake kameta apa? Keceeeee kaaakkk
Pake dslr kak Alan.. kece banget emang citylight dari puncak. 😄
Itu serunya sebuah perjalanan mas, emang bener-bener gak bisa diduga. tau-tau bisa dapat kawan baru, terus bisa liat meteor parseid pula.
Betul, Bang Doli. 😊
aku kapan diajak jalan lagi Ocit?
itu nama tanjakannya lucu banget sambalado
Siaaap..kapan-kapan kalau ada kamping hore lagi aku ajakin. :D
siap ocit
kemping hore atau kemping hore?? nggak ada maksud apa2 kan cit kesana? :D
btw g ambil milkyway cit?
Liat foto aja ya bang? Komentarnya nampak li ga baca. Hahahahaha
ada ku baca sebagian :D
sambil jaga anak soalnya hahaha
Jago kali kasih alasan. Selalu salahin anak. Hahahaha…
Eh busyet nama tanjakan nya kayak nama sambal aja hehehe
Iya, Kak Cum. Kalau naik tanjakan itu bawaannya lapar mulu. Pengen nasi panas sama cah kangkung.
kimbeklah… bagian terakhir ini kelewatan :))
FYI. Bulan Agustus 2016 ini adalah waktu yang tepat untuk melihat milkyway di langit malam kita. Posisi milkyway berada di langit selatan yang dapat kita saksikan mulai dari pukul 8 hingga 9 malam.
Apa jugak qe bilang maren tu suka baca endingnya. Cik dusta aja bang mastah sama dekcit. Bang Mastah jaad! :(
Wah, pemandangannya nggak nguatin gan, pengen ke sana dah kapan-kapan
Ayo, Gan. Main-main ke Gunung Kencana.. Dekat dari Jakarta juga..
Gunung kencana epic juga ya viewnya kalo malam hari, oh emang bener ya milkyway di bulan agustus emang keliatan jelas kirain hoax :(
Iya. Posisi milkyway-nya lagi bagus-bagusnya apalagi kalau langit bersih dari awan dan polusi cahaya.
Kak … riasan wajah maximal itu yg macam mana ?? tolong jelaskan hua hua
Engggg…kayak ibu-ibu yang mau ke kondangan gitu lho, Mas Cum. Eh jangan-jangan ibunya emang baru pulang dari kondangan kali ya. 😅😅😅
Hallo saya mau nanya, di Gunung Kencana ini ada sumber airnya gak di beberapa pos atau di puncaknya?
Halo, Ubay. Sumber air terdekat di kakinya, di pos jaga pertama. Setelah pos jaga nggak ada lagi.
Setelah dari pos jaga pertama hingga puncak kira2 berapa jam ya bang?
Teegantung kondisi pendakinya, bang. Kalau jalannya balap, satu jam juga bisa sampai puncak. Hehe..
satu lagi bang, kira2 kalo dari depok jalan malem trus istirahat di warung di kampung LC trus mulai mendaki jam 3 atau 4 pagi, aman dan diijinin gak bang?
Kayaknya sih diijinin. Waktu kami ke sana, subuh pun masih ada beberapa rombongan yg nyampe atas.
Pemandangan malamnya keren ueey, kebetulan pas enggak hujan ya om.
Hujan banget, Om. Semaleman hujan tapi cuma ga begitu lebat.
Tiket masuk nya berapa Mas ?
Lupa-lupa ingat. Sekitar tiga ribuan deh kalau ga salah.
Jadi pengen naik gunung :D
Ayo, Bang.
Kak Ocit gitu ya, aku aja yg tinggal di Bogor beum pernah main kesini.. :/
#buangmuka
#pungutlagi
Itu pintu masuknya dari Telaga Warna persis?
Setiap kali aku ke Bogor, tuan rumahnya nggak pernah ada. Aing harus gimana? :(
Kalo dari pintu masuk Telaga Warna, belok ke kiri. Ikuti jalannya terus sampe masuk perkebunan teh yang lain. Ketemu simpang tiga, belok kanan. Terus aja sampai ke lereng gunungnya.
even if I dont understand what you wrote, I really like your photos! cheers PedroL
Thank you, Pedrol. You can use the translate button to read it in English. :)
I will :) cheers PedroL
Bang mau nanya, ada contact person disana yang bisa dihubungi gaa yaa? makasih bang
Saya ga punya, bang. Maaf ya bang.. kalo mau ke sana bisa langsung datang aja kok..
Wah pas tanggal itu saya juga nanjak kesana tuh.
Si abang posisinya disebelah mana tu ? :-D
Kami di agak sedikit di belakang hampir ke ujung. Tapi bukan yang paling ujung. Salam kenal, Bang Rachmat..
ngetrip terus ya mas hobinya, anak petualang ni mas citra rahman
Anak ayah ibu, om. hehe
Foto-fotonya keren, bang. Saya yang orang Cianjur aja belum pernah kesana. Sesekali main bang ke Cianjur abadikan keindahan Gunung Gede sekalian buat nambah artikel juga, hehe.
Insya Allah ke Gede. Doakan ya… hehe…
Kira-kira di bolehin tidak ngtrek malam sekitar pukul 21.00 atau pagi sekitar pukul 04.00.
Infonya ya hehehe
Boleh aja kok Bang.
Sudah lama tidak kesana, sekarang sudah gersang atau masih adem toh mas dsana? Sebelum dibuka buat umum hampir tiap minggu ksana,, perjalanan ksananya ituloh yg bikin pinggang mau copot..hehe
Adem, Kak. Hehe
Iya sy kawatir kjadiannya kaya gunung munara yg skarang ud ky gurun pasir..hoho
Itu gunung yg sbelahnya blm dibuka buat umum kn y?
Di sebelahnya gunung apa, kak? Saya taunya cuma ada satu gunung di sana yang biasa dinaiki orang. Hehe
Kalo g salah namanya gunung Luhur posisinya sbelah kanan gunung kncana..Biasanya dipake buat diklat.. Sy jg blm prnah sampe puncaknya krna gatau puncakny dmna..heheh daaaaan banyak paceeeet
Oooh…aku baru tahu ada gunung lain yang bisa didaki di dekat situ. Makasih infonya ya..
Benar dugaan saya sekarang sangat dikomersilkan.. Weekend kmarin ksana dan just info aja biaya masuk kawasan perkebunan ciliwung 10rb, parkir 10rb, pos 1 pas tanjakan sambalado 20rb.. hmm 10kali lipat dibanding saat saya pertama kesitu.. daaaan puncaknya padaaaat sekali
Wah sudah padat sekali ya. Dulu malah enggak banyak orang yang datang. Yah begitu deh kalau sudah terkenal. Hehe
Iya coba aj, tapi hati2 pacetnya sangat brsahabat sampe2 pgn nempel mulu..hehe
Info2 lah klo mau ngtrip skitar bgr.. Sudah lama g ngtrip lg
Aku kalau ke Bogor malah bingung mau ke mana. Haha… Ada rekomendasi lain?