Belajar Pakai Jam Ke Mana-mana

Aku selalu merasa aneh jika diharuskan memakai aksesoris. Dulu pernah mencoba memakai cincin, aku merasa ketuaan. Kucoba memakai topi, enggak nyaman juga. Coba pakai gelang tali ala petualang gitu, err…enggak enak juga. Rasanya kayak ada yang ngeganjal gitu di jari, kepala, dan tangan.

Saat dulu masih lumayan sering mengikuti acara-acara blogger, biasanya blogger suka dikasih topi yang harus dipakai selama kegiatan di luar ruangan. Nah itu aku agak malu sih memakainya karena merasa kurang cocok jika kulihat bayanganku di cermin. Padahal bukan karena tak cocok, tapi karena tak terbiasa saja. Di mataku, penampakanku jadi jelek banget. Karena diharuskan pakai, ya sudah deh dipakai. Tapi akhirnya semua aksesoris itu kuhibahkan ke orang lain.

Suka lihat jam begini tapi apa daya, enggak bisa melihat jam tanpa angka. :D
Suka lihat jam begini tapi apa daya, enggak bisa melihat jam tanpa angka. :D (Source: Pexels)

Setahun yang lalu, aku mencoba lagi memakai jam tangan. Ini sebenarnya karena terpaksa sih. Selain disorientasi arah, aku juga sering disorientasi waktu yang kayaknya makin akut. Apalagi kalau di dalam ruangan, tak bisa melihat matahari yang biasanya kujadikan patokan waktu pagi, siang, tengah hari, sore, dan senja. Iya, aku sepurba itu melihat waktu jika tak ada jam yang bisa dilihat. Hahahaha…

Salah satu alasan lain kenapa memaksa pakai jam tangan adalah karena trauma pada kejadian dihipnotis penjahat yang berujung pada lenyapnya handphone. Kayaknya sih ini gara-gara asyik baca Whatsapp sambil jalan di tempat sepi, yang ternyata gerak-gerikku sudah diperhatikan sama penjahat. Dengan ada jam tangan, kan enggak perlu lagi mengeluarkan handphone dari saku untuk melihat waktu.

Jam tangan Expedition. (Source: mataharimall)
Jam tangan Expedition. (Source: mataharimall)

Salah satu keinginanku sebenarnya adalah memiliki jam tangan activity tracker atau jam tangan expedition dengan ketahanan khusus bagi pencinta kegiatan outdoor. Dipakai untuk naik gunung oke, dibawa panas-panasan saat touring tetap bandel, atau dipakai untuk berenang juga tak masalah. Apalagi kalau aku yang sedang menggandrungi daki gunung ini. Penting banget jam tangan yang tahan segala cuaca dan kondisi medan pendakian yang beragam.

Dalam pendakian, dengan beban berat di punggung, dan dengan medan berlumpur, permukaan jalur pendakian yang tidak stabil, bisa saja menyebabkan kita kehilangan keseimbangan. Aku masih teringat banget pada jam yang sudah dipakai selama setahun itu harus tercerai-berai karena rantai plastiknya patah ketika tertimpa bebatuan saat pendakian. Batu yang kupijaki ternyata longsor dan beban ransel yang berat menarik tubuhku ke belakang dan terhempas ke jalur berbatu. Rantai jam yang terbuat dari plastik itu tak mampu menahan kerasnya hempasan pada bebatuan. Pecahlah dia dan berpencar di antara bebatuan.

Bebas dari gadget berarti harus punya penunjuk waktu yang mandiri: jam tangan. :D
Bebas dari gadget berarti harus punya penunjuk waktu yang mandiri: jam tangan. :D (Source: Pexels)

Padahal jam tangan itu cukup membantu banget untuk menghemat baterai handphone. Masalahnya ketika sudah di puncak atau basecamp, suhu udara semakin rendah dan hal itu akan sangat cepat membuat baterai hp ngedrop. Tak cuma baterai hp sih. Baterai kamera pun bisa cepat habis jika tidak disimpan di tempat yang hangat. Paling tidak, dengan adanya jam tangan, tak perlu lagi menyalakan layar hp untuk sekadar melihat jam ketika malam. Dayanya bisa dimanfaatkan untuk foto-foto. Apalagi kalau punya jam tangan seperti jam tangan Expedition, bisa dijadikan properti foto yang keren dan instagramable.

Memilih jam tangan Expedition sebaiknya disesuaikan juga dengan budget dan jenis strap. Belajar dari pengalaman, jam tangan yang harus kupunyai adalah yang strap-nya terbuat dari bahan yang tahan dari benturan benda keras dan tak gampang putus. Mengingat pemakaiannya juga untuk aktivitas outdoor, bahan strap yang cocok untukku adalah bahan kulit. Meski strap stainless steel lebih keren tapi kurasa agak berat untuk dipakai naik gunung. Kalau untuk ke kantor sih oke banget yang strap stainless steel.

Pada akhirnya, mendaki gunung atau apa pun aktivitas kita, memiliki jam tangan itu memang bukan sebuah keharusan tapi penting. Manfaat dan ketahanannya amat membantu mobilitas bagi kita yang berjiwa petualang.

Iklan

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

12 tanggapan untuk “Belajar Pakai Jam Ke Mana-mana”

  1. Aku sih selalu pakai jam kalau keluar, mau dalam kondisi apapun pakai yang model outdoor hhaha. Yang fesyen punya sih tapi kadung cocok dan sreg pake yg outdoor. Bagiku penting karena selain buat penunjuk waktu juga ada kompasnya. Trus buat digadaikan klo kehabisan duit di jalan bhuahaha

  2. Iya, enak bawa jam kemana mana mas. Udah semenjak SMA aku selalu pake jam. Bahkan ke kamar mandi pun tidak mau lepas. Pakainya Q&Q, rahan air. Uda 8th. Blm pernah ganti batre. Hilang sekali.

  3. asem! sekalinya Review langsung Expedition euy.. awak sampai sekarang belum kesampaian beli gituan huhuhu
    klo mau pamer, bilang Cit, bilang huhuhu

    Baper Gw sekalinya baca langsung jam tangan impian

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: