Perjalanan My Selangor Story di hari keempat ini membawa kami lebih dekat ke alam. Setelah hari-hari sebelumnya kami menjelajahi kota tua, tempat peribadatan, dan festival maka hari ini kami diajak menikmati keindahan pantai, bukit dan sungai.
Pada hari keempat itu, cuaca sedang dalam kondisi terbaiknya untuk berada di pantai seharian. Langit biru, sedikit berawan, semilir angin yang menghembus udara panas dan menggulungnya jauh-jauh. Hanya terik matahari yang bersinar terik membuat kulit semakin gelap. Atap ilalang pada lobi dan restoran di Golden Palm Tree Resort yang terjemur matahari mengeluarkan aroma khas yang menenangkan. Ah, perfect.
GPT menyediakan 392 villa mewah yang semuanya berada di atas laut. Jika dilihat dari udara, resort ini berbentuk sebatang pohon palem. Uniknya lagi, semua villa beratapkan daun ilalang . Seperti yang aku sebutkan tadi, atapnya itu sangat khas. Aku suka sekali dengan ide ini, aspek menggabungkan modernitas dan tradisional namun tetap mengutamakan kenyamanan bagi para penghuninya. Semuanya benar-benar didesain dengan amat sangat detil.
Decak kagumku pada resort ini tak kunjung habis. Detilnya keterlaluan! Setiap cafe dan restoran sengaja didirikan di tempat-tempat tertentu agar pengunjungnya dapat memilih sendiri view apa yang mereka ingin saksikan.
Sepoi-sepoi Cafe misalnya. Di belakangnya terhampar luas Smiley Beach dengan pasir halus seperti tepung. Lokasi ini adalah tempat bagi penikmat matahari terbit.
Ingin melewati sore sambil menikmati sunset dan malam romantis bersama pasangan?
Mau berenang atau tanning sambil memandang ke laut tanpa batas dan menikmati pergantian hari dengan warna langit spektakuler? Bila-bila Cafe membuat kita bakalan betah tanpa sadar waktu berlalu.
Outdoor activities? Coba deh yang ini:
Kami harus check-out pagi-pagi dari GPT. Sarapan di Sepoi-sepoi Cafe sambil menikmati angin sepoi-sepoi membuatku mengantuk dan ingin kembali ke kamar. Sayang sekali menginapnya cuma semalam. Haha… Tapi uniknya aku merasa tidak meninggalkan GPT, kemewahan yang dirasakan selama sehari kemarin itu terbawa hingga ke Kuala Lumpur. Kesannya masih melekat di hati.
Bus melaju ke Kuala Selangor, salah satu district yang memiliki potensi wisata yang unik. Cuma di Kuala Selangor ini habitat kunang-kunang masih terjaga dengan baik. Sebelumnya, kami dibawa untuk melihat sebuah benteng di atas bukit. Tapi kita berhenti sebentar untuk melepas dahaga dengan menikmati kuliner di Kampung Assam Jawa, Kuala Selangor. Namanya Cendol Bakar. Cendol bakar ini tersedia dalam beberapa varian rasa seperti tapai, pulut dan durian. Mana yang paling enak? Semuanya enak! Jika tak tahu malu, aku mau minta tambah lagi.
Bukit Melawati
Kalau di Bali ada Monkey Forest, di Bukit Melawati juga punya atraksi monyet yang tak kalah seru dan lucu-lucu. Tapi monyet-monyet di sini lebih bersahabat dan jinak. Tapi hati-hati, mereka menjadi sedikit agresif jika kita memegang makanan. Meski sudah ada larangan memberi makan, tetap saja orang-orang memberi makan. Akhirnya kebiasaan alami mereka berubah. Jika dulu mereka menangkap ketam di sungai, sekarang mereka hanya berharap mendapat makanan dari pengunjung.
Bukit Melawati dulunya adalah kubu pertahanan untuk mengusir Belanda. Dari bukit ini juga para prajurit mengintai kapal-kapal asing yang datang dan pergi melewati sungai Selangor. Tempat ini menyisakan benteng dan beberapa buah meriam yang menghadap ke sungai yang disebut Kuala Selangor.
Selain atraksi keluarga monyet Ekor-Panjang, ada beberapa bangunan tua yang layak untuk dikunjungi. Seperti museum, mercusuar dan beberapa bangunan peninggalan Belanda. Di areal benteng kita dapat mengedarkan pandangan ke sungai Selangor yang bersejarah itu membayangkan bagaimana para pejuang pada masa Sultan Ibrahim di akhir abad ke-18 mengintai dan berperang melawan Belanda dengan meriam-meriamnya.
Matahari perlahan-lahan hilang dari balik rimbun hutan bakau Kuala Selangor. Sekarang lah waktunya untuk melihat kunang-kunang jantan beraksi memikat sang betina. Pohon-pohon bakau di pinggir sungai dipenuhi lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip. Kami menaiki perahu dayung dan melaju dalam hening. Hanya kecipak air yang terdengar.
Kunang-kunang sangat sensitif pada cahaya dan suara. Makanya para pengunjung dilarang bersuara keras dan menyalakan senter atau flash kamera. Lokasi ini pun jauh dari hiruk pikuk kota sehingga tidak mengganggu kehidupan alam liar di Kuala Selangor. Jadi habitat kunang-kunang terus lestari.
Seberapa banyak sih orang-orang pada masa sekarang yang pernah atau sering melihat kunang-kunang? Dari 20 orang blogger pada hari itu, tidak satupun. Bagaimana tidak, alam semakin tergusur, yang artinya habitat serangga dan binatang-binatang lain hilang. Polusi udara, cahaya dan suara memperparah keadaan.
Ah, baiklah. Malam semakin larut. Pelancongan di hari keempat telah usai dan kami harus kembali ke Kuala Lumpur. Rasa lelah menguap karena mengingat ini adalah malam terakhir kami bersama-sama dan membayangkan sisa satu destinasi lagi untuk besok sebelum semua dari kami kembali ke daerah masing-masing.
//
itu foto yg refleksi mantap kerennya
hehe..terima kasih, bang.. :)
kalau saja itu di bikin di Ulee Lheue seperti juga menarik ya tempatnya :D
Banyaaaaak yang bisa dibikin di Aceh. Tapi yah begitulah…
Assalamualaikum
Wow very interesting story, you make me travel together with you. Actually your photograph also “terbaik”. I use word “terbaik” because that is the famous word that using by my lecturers and my friends when comment a good photo. Actually I’m photography student. Hope we can share our knowledge about photography.
Waalaikumsalam,
Thank you so much for your compliments. I’m happy if you like my photos. I’ve sent you an email. :)
InshaAllah I will respond to the email, quite busy at the moment. Anyway TQ :-)
mantap
tertarik sama cendolnya… :9
Wuih, foto-fotonya oke banget :)
Iya, Mbak. Ngeliat langsung jauuuh lebih oke. Hehehehe… Yuk main-main ke Selangor.. :D
Foto monyetnya kelihatan unyu banget… *fans monyet* :-D
Iya. Monyet-monyetnya emang unyu super! Mana jinak lagi, bisa dipegang-pegang. =))
Ada foto Monyet yg gak di share ya Cit. Anyways, foto Perahu Resto nya sukaaaaaa….. :)
foto yg mana?
ada yang liat di camera qe tu kan ada monyetnya yg matanya bersinar #halahh
rasanya tenang, nyaman liatmya… :)
Yang mana, Vin? Tenang liat monyet-monyetnya? Emmhh.. Oke… :D
Wonderful photos! So many beautiful places – I have never visited them, so I’m glad you shared!
Thank you so much… I’ll share every place i’ve visited. I’m happy you like it. Thank you.. :)
Wah, saya pengen liat kunang-kunang lagi. Sewaktu saya dulu di gampong MatangKuli, kunang-kunang masih banyak. Sekarang… ya, gitulah. :(
Mungkin harus ke tempat terpencil lain untuk melihat kunang-kunang. :D
iya bang. mungkin :)
aku amat teruja dgn teknik fotography nya sunggoh indah shot syabas
hehehe
Terima kasih, Bang Azli. :)