Malam Pertama di Kuala Lumpur – Day 1

Setahun yang lalu aku hanya bisa melihat Petronas Tower dari balik kaca jendela bus yang terjebak macet di Kuala Lumpur dalam perjalanan menuju Ampang.  Itu adalah hari terakhir aku berada di Malaysia untuk mengikuti My Selangor Story di tahun 2010. Sebuah kompetisi blog selama seminggu yang closing ceremonynya super keren dari atas bukit Ampang dengan pemandangan Kuala Lumpur di malam hari.

Ya, setahun yang lalu. Kenangan pertama aku di luar negeri tersebut tak mungkin bisa luput dari ingatan. Kegembiraan di hari keberangkatan dari Bandara Polonia, melewati imigrasi di Bandara Sultan Abdul Azis Shah (Subang) dan bertemu dengan para blogger dari Malaysia dan Singapura.

Tahun ini aku kembali menginjakkan kaki ke negeri jiran tersebut setelah penantian yang lumayan lama. Tapi kali ini dengan itinerary dan budget sendiri yang seada-adanya. Cuma satu juta rupiah atau 332 ringgit selama 4 hari. Kalau dulu kemana-mana diantar dengan bus dan menginap gratis, sekarang harus jalan kaki, naik LRT dan MRT. Perjalanan seru ini aku lewati bersama Dika dan Wulan. Mereka inilah yang menunjukan jalan kemana-mana, semua jalan di Kuala Lumpur nyaris semuanya mereka hapal dengan baik. :D

Aku berdecak kagum pada kota ini saat kami tiba di bandara. Transportasi dalam dan luar kota yang bersih dan nyaman. Keteraturan kota dan ketertiban warganya berlalu lintas, dan banyak pejalan kaki. Aku yang baru pertama kali naik LRT cuma bisa senyam-senyum saja menikmati fasilitas transportasinya.

Tapi selain dari semua hal baru yang membuatku tercengang tadi adalah masakan khas India di warung mamak! Rasa kuah karinya itu enak sekali! Sudah enak, murah pula. Cocok untuk traveller kere seperti aku. Kemanapun pergi, tetap saja kuliner adalah yang paling menarik perhatian.

Rencana awal, kami harus bisa menginap di Backpackers Travellers Inn, hostel paling murah yang aku temukan di hostelworld dan beberapa rekomendasi kawan. Tapi sayangnya rencana tidak berjalan sesuai harapan. Kamar sudah penuh dan resepsionisnya menyarankan ke hostel-hostel yang dia sebutkan. Terakhir kami putuskan menginap di sebuah hostel di kawasan Pudu seharga 45 ringgit/malam.

Berjalan di tengah keramaian china town itu ternyata menyenangkan juga. Meski pada saat itu belum menemukan penginapan, aku anggap saja itu tour singkat. Seperti pasar malam di Indonesia, China Town ini dipenuhi oleh pedagang yang menjual pakaian, parfum, tas, sepatu dan macam-macam lainnya. Hanya saja, pengunjungnya bukan cuma orang lokal, tapi juga banyak bule-bule dari berbagai negara, contohnya seperti kami ini. :D

China Town yang ternyata sama sekali tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya, lebih ramai dan asik, banyak restoran yang aroma masakannya semerbak kemana-mana, orang-orang berbagai ras berseliweran tumpah ruah ke jalan. Suasana malamnya sangat meriah dan penuh warna.

Setelah mendapat penginapan, aku dan Dika berjalan kaki sekitar 15 menit ke Petronas Tower. Setiba di situ sudah hampir jam 12 malam. Pas giliran aku mau berfoto dengan mengambil latar gedungnya, lampunya malah dipadamkan dan kami diusir oleh satpamnya. Haha..

Kuala Lumpur ketika malam adalah pemandangan yang mengundang banyak pertanyaan. Semakin larut malam, semakin lebar mata terbuka untuk melihat. Kehidupan malam di sana membawa pikiranku melintas ke zona-zona yang sebenarnya tak lagi asing, melihat ke bagian yang ‘samar-samar’ terlihat. (Untuk paragraf ini mungkin lebih tepat diberi judul KL Undercover, if you know what i mean :D)

*Next, trip ke Melaka. Semoga bisa secepatnya diposting. :D

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

7 tanggapan untuk “Malam Pertama di Kuala Lumpur – Day 1”

  1. hehehehehe………. aq share videonya ajaaa nanti :D. gag tau mo nulis apa lagi. Udah kelewatan pasionnya..hihihi

Tinggalkan Balasan ke Harun Harahap Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.