Melihat Situs Parulubalangan dan Makam Raja Sidabutar

Situs Parulubalangan Kursi Batu Sira

Situs ini adalah salah satu peninggalan tertua dari Raja Siallagan yang letaknya tak jauh dari Tuktuk. Namun situs yang aku kunjungi ini belum begitu terkenal dibandingkan Hatu Siallagan di Ambarita. Karena situsnya sendiri baru dibuka untuk umum sekitar satu tahun yang lalu.

Batu Sira, tempat pengadilan dan penghukuman penjahat.

Jika situs Hatu Siallagan nyaris tanpa pohon peneduh, di Kursi Batu Sira ini dinaungi banyak pepohonan. Situs ini berada di tebing dan terdiri dari beberapa undakan. Setiap undakan terdapat patung-patung batu yang menceritakan prosesi hukuman kepada si penjahat.

Kenapa di sebut Batu Sira? Dalam bahasa Batak Toba, sira berarti garam. Entah kebetulan, sira dalam bahasa Aceh juga berarti garam. Batu kapur ini adalah batu yang gampang hancur dan menyerupai garam. Makanya disebut batu garam.

Pengelola situs bercerita tentang bagaimana hukuman dijalankan. Hukuman mati akan dijatuhkan kepada pencuri, pembunuh, dan pemerkosa! Mendengar prosesi hukumannya membuatku bergidik ngeri dan mual. Pengadilan adat dipimpin langsung oleh sang raja beserta pejabat-pejabat dan tokoh-tokoh adatnya. Terhukum akan dipasung selama beberapa hari tanpa makan dan minum hingga akhirnya tiba waktunya untuk dieksekusi. Sebelum dieksekusi, si penjahat akan disuguhkan makanan yang disukainya. Ritual selanjutnya adalah… …mengambil jantung dan hatinya kemudian dicampur ke dalam gulai daging kerbau/babi. Gulai ini dibagi-bagikan ke semua penduduk supaya dosa-dosa si penjahat hilang dari muka bumi.

Tempat persidangan.
Tempat penyajian makanan.

Semenjak Kristen masuk pada abad ke 19, banyak raja memeluk agama tersebut dan meninggalkan beberapa tradisi adat yang tak sejalan dengan ajaran Tuhan. Perjuangan para misionaris ke tanah Batak memang tergolong berat. Amat berat malah menurutku karena nyawa menjadi taruhannya. Seperti yang terjadi pada dua orang utusan dari Amerika yang tewas terbunuh Raja Panggalamei di Lembah Silindung, Tapanuli Utara.

Makam Raja Sidabutar dan Syech Said

Bicara tentang misionaris atau penyebar agama, kita mundur ke sekitar abad 16. Agama Islam juga pernah tiba di Toba yang dibawa oleh seorang ulama asal Takengon, Aceh. Tapi sayangnya tak ada literatur mengenai tokoh yang bernama Syech Said atau yang bergelar Panglima Guru Saung Lang Meraji ini.

Tamu diberi penjelasan tentang makam.

Kisah Syech Said diceritakan saat tur singkat pada kompleks Makam Raja Sidabutar.

Menurut cerita turun temurun, Syech Said ke Tomok untuk menyebarkan agama Islam. Namun usahanya tak membuahkan hasil. Karena kecerdasannya, beliau diangkat menjadi penasehat dan panglima perang.

Kisah tentang perang yang selalu diceritakan adalah bagaimana taktik perangnya yang memanfaatkan kepercayaan Batak. Pada sebuah perang, pasukan yang dipimpin Syech Said diperintahkan untuk bertelanjang di depan musuh, sehingga musuh melarikan diri. Ternyata kepercayaan Batak saat itu, melihat sesama telanjang dipercaya akan mendatangkan sial dan meluruhkan semua kekuatan sihir. Sebagai penghormatan, sebuah patung dipahatkan untuknya di bagian bawah patung kepala pada makam raja.

Patung Syech Said dipahatkan di bawah figur kepala Raja.

Entah karena menyamakan cerita atau memang orang Batak Toba sudah memiliki sense of humor yang tinggi sejak zaman dulu, patung Syech Said dipahat dengan gesture yang jenaka. Yaitu berjongkok dengan tangan kiri menutupi selangkangan. Namun sebuah peci tampak bertengger di atas kepala dengan senyum melengkung.

Lokasi Makam Raja Sidabutar biasanya akan ramai dikunjungi pada akhir minggu. Sama halnya dengan pertunjukkan tarian Sigale-gale yang berada tak jauh dari makam. Untuk memasuki situs makam, pengunjung diwajibkan memakai ulos yang sudah disediakan. Jika tertarik sama ulosnya, di luar kompleks makam, ada ‘pajak’ yang menjual souvenir khas daerah.

Rumah bolon di dekat kompleks makam, salah satu lokasi untuk melihat pertunjukan Sigale-gale.
Menari diiringi musik bersama Sigale-gale.

Sekitar 20 meter dari makam, ada museum kecil yang bisa dikunjungi. Bentuknya berupa rumah bolon yang berisikan barang-barang yang dipakai sehari-hari pada masa dulu, patung-patung, senjata, dan banyak benda-benda kuno lainnya.

Iklan

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

20 tanggapan untuk “Melihat Situs Parulubalangan dan Makam Raja Sidabutar”

  1. Pajak itu maksudnya pasar ya Mas? :hehe.
    Sangat… megalitik. Berarti kebudayaan megalitik kayaknya terjaga sekali di wilayah Sumatera Utara karena masih punya patung-patung dengan ekspresi seperti itu, juga menggunakan kursi batu–wow, kalau diteliti secara arkeologis pasti bakal jadi telaahan yang sangat sangat seru. Soal bahasa tradisional untuk garam, di Bali dan Lombok kata untuk garam juga mirip: “sere”. Mungkin ini fakta mereka berasal dari rumpun bahasa yang sama, ya :)).

    1. Fakta bahasa memang menarik sekali, Gar. Kata Sira dalam bahasa Toba dan Aceh itu bermakna sama lho. Sama-sama berarti garam. Kalau aku analisa dengan teori sotoyku sih, kemungkinan besar garam di Toba dulu bisa jadi diimpor dari pesisir Aceh. Karena secara letak geografis Toba itu kan ditengah-tengah banget. Jauh sekali dari laut. Mungkin sih ya. Mungkin. :D

  2. serem juga mas..tapi patungnya lucu ya jadi inget game yang saya mainkan waktu kecil dulu..prehistoric nama gamenya klo gak salah..

  3. Duh, makasih loh, KakCit, udah posting tulisan ini. Buat saya, ini seperti ajang nostalgia kunjungan 3 tahun yang lalu. Masih lekat di ingatan, eksplor Samosir beneran mengesankan .. :)

  4. tur guidenya cantik yah? eh … hahaha
    aku malah baru tau kalo itu patung syeh said
    ritual eksekusi terpidana mati di samosir jaman dulu yg versi lengkap lebih serem kan…
    dari trip singkat ke samosir bikin kangen….

    1. Serem sih kalau dibayangkan. Tapi suku-suku di belahan dunia lain kayaknya juga punya ritual khusus kekgini deh… Syukurlah sekarang udah ga ada lagi ya. Tapi diganti sama makan ati balado. :p

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: