Pulau Weh itu seperti magnet. Setiap kali namanya terlintas di pikiranku, selalu timbul rasa tertarik ingin kembali ke sana. Begitu juga setiap kali melihat pulau ini dari kejauhan di tepi Pantai Ulee Lhee, daya tariknya semakin kuat. Meski sekarang aku tinggal di Lhokseumawe, daya tariknya tak melemah sedikitpun. Hingga akhirnya pada suatu akhir pekan gaya magnetisnya berhasil menarikku dengan kekuatan penuh.
Perjalanan dimulai pada sabtu pagi yang hangat di kota Banda Aceh, aku berjalan kaki menuju jalan Daud Beureueh untuk mendapatkan angkutan umum menuju Pelabuhan Ulee Lhee. Di Aceh, angkot disebut dengan labi-labi. Bentuknya yang khas pasti akan dikenali dengan mudah. Tarif normalnya jika dari Beurawe ke Ulee Lhee adalah Rp.5.000,-. Tapi jika sedang terburu-buru, mintalah ke sopirnya untuk layanan ‘pengantaran ekspres’. Tentu harus membayar lebih untuk jasa ini.
Nun jauh di sana, Pulau Weh terlihat samar-samar.
Kindi datang menjemput sesaat setelah aku tiba di Balohan dan langsung mengantarkan ke Gampong Iboih setelah menyantap makan siang yang lezat di rumahnya. Kampung yang sangat terkenal dengan pantai dan Pulau Rubiah ini aku pilih sebagai tempat untuk menginap karena cuma di sini ada banyak bungalo yang murah dan dekat dengan lokasi snorkeling. Selain Iboih, ada Gapang dan Sumur Tiga yang juga memiliki penginapan. Hanya saja, harganya tidak sesuai dengan budgetku.
Oong Bungalow namanya. Bungalo sederhana yang dikelola oleh Kak Oma ini cocok untuk para backpacker. Tarif perbungalo mulai dari Rp.60.000,- s/d Rp.150.000,-. Aku menyewa bungalo yang termurah yang letaknya persis di pinggir jalan setapak yang berjarak hanya 15 meter dari pantai. Harga yang lebih mahal untuk bungalo yang terletak lebih dekat ke pantai. Ketika keluar kamar, pemandangan laut yang hijau dan pulau Rubiah langsung tersaji di depan mata.
Setelah urusan penginapan beres, aku dan Kindi berganti pakaian lalu berjalan kaki ke Yulia Bungalow. Di samping bungalo inilah spot yang paling bagus untuk menikmati taman bawah laut Iboih dengan bersnorkeling. Terumbu karang dan anemon laut dengan clown fish yang lucu-lucu dan ikan berwarna-warni yang cantik berenang di atasnya. Sayang sekali aku tidak bisa mengabadikan pemandangan indah di dalam sana. Kuharap kamu cukup penasaran untuk melihatnya sendiri. :D
Menjelang sore hari, aku turun ke bawah untuk menyewa sepeda motor. Tarif sewanya adalah Rp.100.000,- perhari. Karena aku menyewa hanya untuk setengah hari saja, setelah ditawar-tawar, dapat Rp.60.000,- dengan syarat motor dikembalikan jam 12 siang besok. Nah, masalah transportasi untuk malam dan besok pagi sudah teratasi. Saatnya mencoba kuliner khas Sabang yaitu Sate Gurita.
Info dari beberapa kenalan di Sabang, Sate Gurita tersedia di Sabang Fair dan Pusat Jajanan Sabang. Sayangnya Pusat Jajanan Sabang pada saat itu sedang direnovasi, sedangkan Sabang Fair agak jauh letaknya dari kota. Agar tak pulang terlalu larut malam ke Iboih, aku mencari Sate Gurita yang berada di Jalan Perkapalan. Letaknya di belakang Warung Kopi Acirasa dan di dekat Swalayan Kasimurah.
Sate yang dijual di gerobak kaki lima ini dihidangkan dengan nasi dan lontong dengan kuah kacang atau kuah padang. Aku memesan satu porsi sembari duduk di kursi santai dan menikmati alunan lagu-lagu berbahasa Aceh yang diputar di lapak vcd sebelah. Mulai dari lagu Liza Aulia, Ramlan Yahya, Rafly sampai dengan lagu-lagu mix-house-dut-Aceh.
Beberapa menit kemudian, sate pesananku datang. Jika diperhatikan, bentuk daging gurita pada tusukan satenya hampir mirip dengan sate ayam jika sudah dibumbui dan disiram kuah. Tapi perbedaannya ada pada tekstur daging. Dagingnya terasa kenyal ketika dikunyah dan rasanya yang begitu lezat bikin ingin tambah lagi. Jika kamu ke Pulau Weh, Sate gurita adalah jajanan wajib untuk kamu nikmati. Seporsinya Rp.15.000,- Mahal? Sebanding dengan rasanya kok. :D
Aku kembali ke Iboih sekitar jam 11 malam. Perjalanan pulang ini menembus udara dingin dan gelap di lereng-lereng bukit yang sepi. Melewati tikungan letter Z yang terkenal itu udara semakin dingin dan suasana begitu senyap dan…menyeramkan. Yang paling aku khawatirkan adalah jika kendaraanku tiba-tiba mati atau ban bocor sedangkan jalanan terus menanjak dan berkelok-kelok hingga ke atas. Aku baru bisa bernafas lega dan mengendurkan genggaman pada gas ketika tiba di desa Gapang.
Pantai Iboih ternyata sedang ramai, ingar-bingar suara musik disko terdengar dari tempat parkir. Ternyata sedang ada pesta pantai di depan Tirta Dive. Bule-bule dan warga lokal berjoget-joget di dekat api unggun diiringi suara musik dari speaker besar di dekat mereka. Suasana bertambah semarak dengan dentuman-dentuman petasan dan kembang api di tepi pantai. Aku beranjak meninggalkan kerumunan ketika gerimis mulai turun. Tiba di bungalo, hujan turun dengan lebatnya disertai badai kencang yang merubuhkan pohon di depan bungalo. Untung saja rubuhnya tidak mengenai bungaloku, bisa berabe jika kena atap.
Hujan belum juga berhenti ketika pagi datang. Tapi sudah agak teduh untuk berkendara.Tujuanku hari ini adalah Gunung Api Jaboi. Dua kali aku ke Pulau Weh, aku belum sempat ke lokasi ini. Lokasinya lumayan jauh dari Iboih, sekitar 1,5 jam perjalanan dengan motor. Dalam perjalanan, aku melihat sebuah papan yang bertuliskan Air Terjun Pria Laot. Aku segera berbelok dan mengikuti jalan setapak yang sudah disemen dan berakhir di pinggir sungai. Seperti mengejar durian runtuh, aku melompat-lompat dari batu ke batu yang lain agar cepat sampai di air terjun.
Suara riak air semakin deras dan batu-batu yang kulalui semakin besar. Hanya 5 menit melompati bebatuan, aku sudah tiba di air terjun yang tingginya sekitar 6 meter ini. Memang tak begitu tinggi, tapi aku beruntung karena semalam hujan dan debit airnya banyak sehingga air terjunnya tampak lebih menarik.
Puas menikmati udara sejuk dan segar dan pemandangan indah di depan air terjun, aku kembali bergegas mengejar Gunung Api Jaboi. Dari kampung Pria Laot, aku menemui pertigaan di kampung Cot Damar. Jika ke kiri adalah jalan pulang ke kota Sabang jadi aku berbelok ke kanan dan menarik gas lebih dalam berharap tiba lebih cepat.
Melewati pertigaan tadi, rumah-rumah penduduk semakin jarang. Lalu pemandangan setelahnya adalah hutan dan kebun-kebun kelapa dan hewan-hewan ternak yang tiba-tiba melompat dari semak-semak ke tengah jalan. Satu-satunya penanda gunung api sudah dekat adalah terciumnya bau belerang. Lalu dari sebelah kiri, dari balik pucuk-pucuk pohon terlihat tanah terbuka berwarna putih. Aku membelokkan motor memasuki jalan selebar satu meter yang terbuat dari paving block. Di ujung jalan, pohon-pohon Cantigi yang berkulit hitam kemerah-merahan basah dan berkilat-kilat ditetesi air hujan.
Pusat panas bumi di Jaboi ini terletak di lereng Gunong Leumoe Matee. Posisinya sendiri masih dekat dengan laut. Jika kita berdiri di tempat paling tinggi gunung api ini, kita berhadapan langsung ke Samudra Hindia di sebelah barat. Tak ada pemandangan lain di gunung api ini selain kepulan-kepulan asap, pohon-pohon hitam Cantigi yang menghiasi tanah putih yang berbatu-batu. Selebihnya adalah hutan hijau dan Samudra Hindia. Karena aku datangnya pada saat hujan turun, tempat ini terasa lebih sentimental. Apalagi hanya aku sendirian di sini. Jadi lebih nyaman menikmati bulir-bulir hujan dan tetesan-tetesannya dari dedaunan dan ranting-ranting pohon. *sigh*
Hujan masih belum berhenti selama dalam perjalananku pulang ke Iboih. Sepeda motor yang harus kukembalikan tepat jam 12 molor hingga jam 2. Aku melewatkan kapal ferry untuk kembali ke Banda Aceh. Terpaksa aku harus menumpang kapal cepat yang berangkat jam 4 sore. Tapi syukurnya keterlambatanku mengembalikan sepeda motor tidak harus membayar uang tambahan lagi. Ketika kapal sudah mulai bertolak ke Ulee Lhee, aku baru ingat belum membeli kue kacang khas Sabang favoritku. Mungkin ini pertanda aku harus kembali lagi ke Weh kali ya? :D
Berikut adalah jadwal kapal dari Banda Aceh ke Pulau Weh dan beberapa nomor kontak yang dapat membantu jika berlibur di Pulau Weh.
Jadwal keberangkatan kapal lambat (Ferry):
Ulee Lhee-Balohan
Sabtu, Minggu: 10.30 dan 17.30
Senin-Jumat: 14.00
Balohan-Ulee Lhee
Sabtu ,Minggu: 07.00 & 15.00
Senin-Jumat: 08.00
Harga tiket untuk dewasa di kelas ekonomi Rp.18.500,-
Jadwal keberangkatan kapal cepat:
Ulee Lhee-Balohan: 09.30
Balohan-Ulee Lhee: 16.00
Harga tiket untuk dewasa di kelas ekonomi Rp.60.000,-
Untuk info lengkap bisa lihat di sini
Sewa labi-labi khusus untuk wilayah Banda Aceh: Rp.300.000,-/hari, Mesjid Raya ke Pelabuhan Ulee Lhee: Rp.5.000,-
Pak Hasanuddin: 081360102471
Sewa motor di Iboih: Rp.100.000,-/hari (bebek dan matic)
Bang Wan: 085260146601 (Bang Wan juga bersedia mengantar dari Iboih ke Pelabuhan Balohan dengan tarif Rp.30.000,- perorang).
Oong Bungalow: Rp.60.000,- s/d Rp.150.000,-/hari
Kak Oma: 081360700150
wah gunung apinya menarik, saya dulu melewatkannya :)
Wah, belum sah ke Weh kalau belum ke Jaboi, Bang. Come back here next time ya.. :D
Bayanganku sejak dulu Weh adalah surga bagi anak pantai dan diver…setelah baca ini ternyata Weh punya gunung api… Horee…. Bisa dua wisata alam…ehh dengan air terjun malah jadi tiga wisata alam sekaligus di satu tempat deh. Nice info, bro :-D
Benar sekali, Bang Halim. Weh memang surganya para diver, tapi yang ga bisa diving cuma bisa snorkeling saja. Dua dua objek wisata tadi bisa jadi alternatif kalau bosan mengapung di laut. Hehe…
Okey…menabung dulu biar tahun depan bisa ke Aceh + Pulau Weh hehe :)
Ditunggu kedatanganmu, Bang. :D
I wish I was there.
Mau donk ke Aceh, tapi nggak mau pake jilbab
Pakai kerudung aja deh ya.. Hahaha
belum kesampaian nich ke aceh, mesti cari tiket promo hehehe. Thanks untuk tulisan nya lengkap banget n membawa kita serasa disana
Ayoooo main-main ke Aceh… terima kasih, cumi… Aku tunggu kedatanganmu ya.. :D
suka foto sisa hujan yang ada di ranting-ranting pohonnya deh :’) *salahfokusnih*
Iyah. Aku juga suka sekali sama foto itu. Haha.. :D
kayak ada cerita yang tertahan gituuu kalau liat fotonya :p hihihi
Dalem ya feel-nya.
Pulau Weh saat ini masih sebatas angan-angan, but don’t worry suatu saat pasti gue datang haha
Hahaha… Iya, Lid. Sama seperti aku tahun lalu, ga nyangka bisa ke Jawa Timur, meski belum ke Jombang, tapi suatu hari nanti, insya Allah akan ke sana. :D
Salam kenal bang Rahman.. Setelah membaca artikel ini semangat saya jd menggebu gebu ingin segera sampai di Banda Aceh dan mengexplore pulau weh..sy ingin tanya bang..apa di pulau weh ada guide nya kah?? sy rencana bulan Juni ke sana dan sendirian pula..atau tdk perlu pakai guide dan jalan sendiri..trus aman kah di sana berhubung pergi sendiri ??
terimah kasih :D
Kalau menurutku nggak perlu pakai guide, Bang Faisal. Insya Allah aman. Ayo ke Aceh, Bang.. :D
waaa, kereeen, kapan bisa sampe ke pulau weh :( salam kenal dari bali, blognya bagus :D
Hai Fahmi, salam kenal ya…
Kamu bisa ikutan lomba blog I Love Aceh Story. Transportasi dan akomodasi selama di Aceh dibayarin lho.. Ikutan gih.. Ini linknya: http://iloveaceh.blog.com/?p=429
Aku tunggu kedatangan kamu di Aceh ya.. :)
cit,, suka kali aku sama tulisan blog yg ini sama hasil poto2nya, lanjutkan ya beroh…
Terima kasih, Beroh Kindi… Kalau ga ada qe, tulisan ini mungkin ga akan terbit. Ditunggu tulisan tentang Calang ya… :D
Please! Bawa aku ke sana kalau aku ada kesempatan mampir aceh. PLEASE!
Mei? :D
Mei beneran atau meibi yes or meibi no nih?? *cek tabungan* *sepi*
Insya Allah ada kawan dari Malaysia yang katanya mau ke Weh di bulan Mei, Bang Acen. Jadi bisa sekalian kita jalan-jalannya. :D
Budget ini bang citra yang masih harus dipikirkan. Hehehe. Coba dapet tiket murah ke Aceh ya… *ngayal*
Hahahaha.. segera berburu tiket promo, Bang. Semoga dapat. Eh iya, mau ralat, bukan Mei, tapi April ya.. :D
Aku tadi langsung cek-cek tiket ke Aceh via budget airlines kok gak ada ya? Apa harus ke Medan dulu terus gimana? Atau harus naik Garuda?
Yap. Medan dulu, Bang. Budget airlines udah pada ogah bikin direct flight ke Aceh. Tanda-tanda mau merdeka kali ya.. :D
Kayaknya lanjut di whatsapp aja keren nih bang besok! :D
keren…
Aku insya Allah solo traveling ke aceh tanggal 20 sept 2014 ini,mgkn ada yg mau join?hehehehhe
Good luck ya, Kak. Semoga solo travelingnya sukses. Jangan lupa kulineran di Kota Sabang. Ada Mie Jalak dan Sate Gurita yang enak! :D
mantap bos , suasananya, masih perawan dan Asri….
Yoi, Gan. Enak banget di sana.