Sejauh ini, traveling bersama keluarga atau dengan salah satu anggota keluarga bagiku cukup menyenangkan. Seru, konyol, dan asyik. Tapi di balik keseruan itu, selalu saja ada drama yang menghantam. Enggak di rumah, di mana pun kalau berdekatan pasti berantam juga akhirnya. Seperti beberapa tahun lalu ketika traveling dengan adikku, Titi, ke Thailand. Di hari terakhir di Bangkok, drama hebat bak sinetron terjadi di hostel. Sudahlah sama-sama keras kepala dan emosian, enggak ada yang mau mengalah. Tapi pada akhirnya tetap saja, yang tua harus mengalah sedikit. SE-DI-KIT.
Berbeda banget jika traveling bareng teman. Jika ada ketidakcocokkan, biasanya timbul perasaan tidak enak dan salah satu dari kita berusaha untuk bersabar dan mengambil jalur damai. Atau kalau sudah bikin kesal, ya diem-dieman. Tapi kalau dengan adik sendiri? Langsung gencat senjata!
Di kali yang lain, saat traveling dengan Hanif, dramanya lain lagi. Aku mengalami kejadian seram yang bikin jatung serasa mau meloncat keluar dari kerongkongan. Bila diibaratkan sebuah film, perjalanan dengan Hanif saat liburan Idul Adha lalu adalah film horor.
Aku membawa Hanif jalan-jalan ke Sabang, Pulau Weh sebagai hadiah khitanannya, sekaligus menunaikan janji akan membawanya kamping suatu hari saat libur panjang sekolah. Lanjutkan membaca “Kamping Horor di Pulau Weh”