Taman di Mon Ikuen

Taman ini bukan sembarang taman. Rumputnya tak sehijau taman buatan manusia yang selalu mendapat perawatan. Diberi pupuk dan disiram air. Tidak pula permukaannya rata dan bersih dari kotoran binatang. Hanya air hujan yang menyiramnya dan kotoran sapi yang berserak di segala penjuru menjadi pupuk untuk menyuburkan.

Mon Ikuen namanya. Letaknya memang persis di ujung Pulau Bunta di kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Jarang sekali ada manusia yang bermain-main di sini. Sekali-dua kali, adalah dua tiga orang yang melintas ketika matahari sedang tinggi. Sapi-sapilah yang selalu ramai berkumpul di tempat ini untuk makan dan memberi pupuk. Juga burung-burung yang mendarat mencari ulat atau menarik batang rumput kering lalu bergegas terbang untuk menyulam sarang. Ketika malam, apalagi jika terang bulan, babi-babi  jantan dewasa akan sibuk memikat para babi betina untuk diajak kawin.

Memandangi Mon Ikuen dari ketinggian adalah sebuah pengalaman yang mengharukan. Panjatlah tangga-tangga besi mercusuar setinggi 80 meter itu jika berani. Jika sudah tiba di atas, kamu tak akan sempat memuji diri sendiri karena keberanian menaklukkan rasa takut akan ketinggian. Hanya decak kagum yang ditambah sedikit rasa sentimental yang mengaburkan sejenak pandanganmu.

Foto paling atas diikutsertakan dalam Turnamen Foto Perjalanan Ronde 36 yang bertema Taman di blog Ari Murdiyanto.
Iklan

Kelap-kelip di Langit dan Laut Pulau Bunta

Ilham menyusul kami ke ujung pulau sebelum matahari tenggelam. Dia membawa senter untuk penerangan selama kembali ke kemah nanti. Pemandu lokal sudah pulang lebih dulu ke bawah dan kami menyusul setelah hari mulai gelap. Lampu suar berputar-putar di atas menara. Bintang-bintang berkelap-kelip di langit. Dua ekor anak babi berkejar-kejaran di bawah menara berebut makanan yang mereka temukan. Rombongan pekemah di dekat dua ekor babi itu sama sekali tak terusik. Atau mungkin mereka terlalu sibuk hingga tak menyadari jika ada babi berkeliaran di belakangnya.

Perjalanan pulang selepas magrib dari mercusuar.

Lanjutkan membaca “Kelap-kelip di Langit dan Laut Pulau Bunta”

%d blogger menyukai ini: