Sudah lama banget pengen ikut acara lari di Banda Aceh. Setelah tiga tahun kutinggalkan, kawan-kawan lari di kota sejuta kedai kopi itu makin semarak saja. Makin ramai. Terbukti dari aktifnya komunitas lari Indorunners Aceh (IRA) yang menggelar Sunday Morning Run (SMR) dan beberapa kali dipercayai pula menjadi pengurus charity race. Seperti Rhino Run, Tiger Day, Earth Hour, dan event lari Indonesia Mengajar. Anggotanya kian lama juga bertambah terus. Beda banget waktu aku dulu masih di sana. Dalam setahun orangnya ya itu-itu saja. Hehe…
Tanggal 22 April lalu, kebetulan sekali aku masih di Banda Aceh yang hari itu bertepatan dengan event Elephantastic Run yang diadakan oleh WWF untuk menggalang kepedulian masyarakat Indonesia akan pentingnya gajah untuk masa depan lingkungan kita kelak. Acara ini terselenggara berkat kerjasama WWF dengan Indorunners dan Enervon Active. Acara lari ini terbilang sukses, meski ada beberapa kekurangan di sana-sini.

Pagi itu aku keluar dari ruko tempatku menumpang tidur semalam lalu berlari pelan ke lokasi race. Di sana sudah menanti beberapa orang anak-anak IRA. Orang pertama yang kukenali adalah Kak Yuli, atlet lari Aceh yang masih aktif mengejar prestasi. Lalu wajah-wajah lain yang sudah kuhapal lewat foto-foto yang bertaburan di grup Whatsapp IRA. Hati jadi hangat bertemu mereka. Kayak enggak percaya gitu. Ajaib.

Acara larinya dimulai sangat telat dari jadwal yang sudah ditentukan. Peserta lari baru dilepas pada jam 8 pagi sedangkan matahari sudah mulai beringas dengan cahaya teriknya. Untungnya jaraknya cuma 5K. Kalau lebih dari itu ya kasihan pelari-pelari yang baru pertama kali ikut lari, kepanasan.
Berlari di sekitar Kota Banda Aceh itu enak banget. Setiap jalan yang kulewati membangkitkan kembali kenangan-kenangan lama. Nostalgia saat berlari itu ternyata sensasinya unik ya? Kadang aku merinding dan terharu melihat tempat-tempat yang masih seperti dulu aku tinggali. Atau saat menemukan sudut-sudut kota favorit yang lama tak dikunjungi. Wajah-wajah orang yang dilewati terasa familiar. Padahal belum tentu kenal juga.

Pagi itu kendaraan belum begitu banyak. Berlari di pinggir jalan pada pagi itu masih okelah tanpa harus ‘bersaing’ dengan kendaraan. Uniknya berlari ramai-ramai di hari minggu itu adalah kita dilihatin orang-orang dengan tatapan aneh.
Olahraga lari di Aceh memang tidak sepopuler di daerah lain yang booming banget. Jadi ya wajar jika pelari masih menerima tatapan “ngapain sih ini orang lari-lari?”
Marshal ditempatkan di setiap persimpangan untuk membantu pelari agar tak salah rute. Sayangnya, sejauh 5 kilometer itu tak tersedia water station satu pun. Semoga di event lari selanjutnya, panitia benar-benar menyediakan WS meski pun jaraknya cuma 5k.
Lokasi finish berada di sebuah kedai kopi. Kami melakukan pendinginan di halamannya. Setelahnya dilanjutkan pula dengan coaching clinic singkat dan penampilan perkusi dari anak-anak SOS Children.


Acara lari ini juga bertabur hadiah seperti acara-acara lari lainnya. Sayangnya aku tak mengikuti satu pun challenge-nya. Padahal hadiah utamanya ada Garmin Forerunner 235 yang kemudian dimenangkan oleh kapten Indorunners Aceh: Koj Dicko. Sedangkan kawan-kawan lari yang lain menerima merchandise bagus dari WWF berupa kaos dan tumblr.
Pelari hobi di Banda Aceh memang tidak banyak. Tapi mereka terus bertambah meski pun jarang sekali ada event lari yang diadakan di sana. Virtual Run yang makin banyak sekarang menjadi salah satu motivasi mereka untuk terus berlari. Semoga di bulan-bulan mendatang akan semakin banyak anak-anak muda Banda Aceh yang mulai aware dengan kegiatan positif ini. Sehingga nantinya makin banyak pula sponsor-sponsor yang mau mengadakan road race di Banda Aceh.
Amiinnnnn
Ikut borobudur Run aja kak, seru loh, bisa keliling sekitaran candi borobudur
Seru banget lari sambil mengenang masa lalu, btw itu topinya lucu banget. Bikin gagal fokus :D
Masya Allah mas, amiin. Semoga tambah sehat dan sukses, bisa ke mana-mana ya kak, beda dengan saya kerja kantoran belum bisa ke mana-mana. Ingin juga ke banda aceh nemui saudara di sana.
Salam kenal kak, dari kediri
Semoga olahraga lari mendapatkan tempat di hati masyarakat Aceh.
Tetap semangat.
Semoga di event serupa berikutnya, masyarakat Banda Aceh lebih antusias mengikutinya….
seru bangettttt, semoga untuk event2 selanjutnya makin rame yaaa
saya agak geli di bagian ini:
Olahraga lari di Aceh memang tidak sepopuler di daerah lain yang booming banget. Jadi ya wajar jika pelari masih menerima tatapan “ngapain sih ini orang lari-lari?”
olahraga lari di Banda Aceh masih kurang peminat ya kayaknya?
mungkin sama kayak di Jayapura sini, saya masih jarang lihat orang lari. ada sih satu-dua, terus kalau malam juga kadang ada yang lari…dikejar polisi #eaaaa x))
Iya, Daeng. Belum sepopuler di daratan Jawa. Bahkan masih kurang bergema dibandingkan dengan kota Medan. Tapi komunitasnya tetap aktif lari sih di Banda.