Dari sekian banyak peninggalan bersejarah, benteng adalah tempat yang paling senang aku kunjungi dibandingkan bangunan bersejarah yang lain. Entah karena apa, mungkin karena kebanyakan benteng berada dekat laut? Atau karena senang dengan perasaan terjebak nostalgia dalam imajinasi pada masa perang zaman dulu? Atau karena benteng adalah tempat yang paling jarang dikunjungi dan selalu sepi? Entahlah.
Tapi bagusnya dengan menyukai benteng adalah aku yang awalnya malas membaca sejarah jadi senang membaca-baca lagi. Mengenal sejarah saat kelam dan gemilangnya. Mengenal sosok heroik pemimpin dan orang-orang yang pernah berjuang di balik tembok tebal itu. Terlepas dari siapa yang mereka bela dan demi apa perjuangan mereka, bertaruh nyawa di balik benteng dengan desing peluru dan ledakan mesiu adalah keberanian yang belum tentu semua orang miliki saat ini.
Benteng Speelwijk
Benteng yang dibangun pada tahun 1684-1685 ini berada di atas lahan seluas 1,5 hektar yang jaraknya tak begitu jauh dari Keraton Surosowan. Bangunan benteng yang terbuat dari susunan karang dan batu bata ini masih terlihat kokoh. Meski ada beberapa bagian yang mulai terkikis dan menjadi korban vandalisme.
Benteng ini memiliki ruangan gelap yang dihalangi pagar kayu yang disusun sealakadarnya agar tak dihuni binatang ternak dan orang-orang usil. Di tengah-tengah benteng, anak-anak asyik bermain sepak bola.
Di samping benteng, berdiri sebuah bangunan yang aku nggak yakin apakah itu makam atau sebuah monumen. Dari bentuknya lebih mirip seperti makam-makam Belanda pada umumnya yang dapat kita lihat di Kherkof yang letaknya 100 meter dari Benteng Speelwijk. Sayangnya tulisan pada sisi bangunan itu sudah tak terbaca lagi.
Di sekeliling benteng terdapat kanal-kanal yang dulunya berfungsi untuk menghambat penyerbu memasuki benteng yang sekarang dijadikan tempat memancing dan anak-anak bermain air.
Beberapa artikel menuliskan bahwa benteng ini dibangun oleh Hendrik Lucaszoon Cardeel pada tahun 1684-1685 untuk menghormati Gubernur Jenderal VOC Speelman yang berkuasa pada tahun 1681-1684. Dan menjadikannya sebagai lambang kejatuhan Kesultanan Banten. Benteng ini kemudian ditinggalkan pada tahun 1811 karena ada pemberontakan dan wabah sampar yang melanda Banten Lama.
Kherkof
Tak jauh dari situ, di depan benteng, terdapat pula Kherkof yang tampak tak terawat. Plester semen sudah lekang di beberapa bagian akibat cuaca, menampakkan bata merah yang memperjelas kesan tua makam-makam ini. Semak dan rumput tumbuh tinggi menutupi beberapa makam yang dibangun hanya beberapa senti lebih tinggi dari permukaan tanah.
Salah satu makam paling besar bertuliskan samar nama Hugo Pieter Faure, seorang komandan. Beberapa makam lain berukuran lebih kecil. Dari hasil googling, beberapa makam lainnya adalah milik Jacob Wits, seorang pejabat Pajak dan Pembelian, dan makam Catharina Maria van Doorn, istri Letnan Jan van Doorn.
Kherkof ini berada persis di pinggir jalan aspal yang dibatasi dengan pagar yang hanya tinggal tiangnya saja. Air yang menggenang di hampir semua areal kherkof juga berpotensi mempercepat kerusakan bangunan makam. Sayang sekali makam-makam ini tak dirawat dengan baik seperti peninggalan-peninggalan sejarah lainnya di Banten Lama.
Baca juga catatan Berkeliling Keraton Surosowan.
Kedua lokasi peninggalan Belanda ini bisa kita kunjungi dalam satu rangkaian kunjungan dengan Keraton Surosowan yang jarak antara keduanya kurang dari 3 km. Aku melihat ada angkot yang lewat dari jalan di samping Kherkof tapi aku tidak tahu tujuannya ke mana, apakah melewati Keraton Surosowan atau tidak. Transportasi alternatif lainnya bisa menggunakan jasa ojek di dekat Keraton Surosowan, Mesjid Agung, atau Museum Kepurbakalaan Banten Lama.
Wah deket rumah orang tua nih. Jadi penasaran pengen ke sana.
Bisa jalan kaki, dong. Lebih murah di ongkos. Hehe… :D
Peninggalan seperti ini menjadi saksi sejarah yang harus dilestarikan, jangan sampai dihilangkan/digusur demi kepentingan pembangunan mall atau apalah.
Kejadian di makassar, di Benteng Somba Opu. Sebagian wilayahnya dijadikan tempat komersil dengan membangun Kebun Binatang dan Kolam Permandian.
itu kayaknya memang makam deh cit… tipikal belanda (atau portugis sih? ) bangun benteng sekaligus sebuah tempat peringatan, biasanya ada makam orang terhormatnya.
hmm… kayaknya ada cerita cinta ya di benteng itu cit? :D
Iya, Bang. Keknya emang makam. Sayangnya ga ada tulisan apa-apa lagi di batu nisannya.
mungkin satu2nya sumber yang bisa di cari ya di pusat purbakala banten cit.. menarik tu klo dapat cerita dibalik makam itu :D
Iya, Bang. Kayaknya harus kembali ke sana.
angker ga tuh? biasanya kan yg gitu2 angker hiiy
Masa sih?
Oh jadi demen ke benteng, pantes benteng hati mu sangat kokoh yaaa kak
Cuma KaCum yang dapat membaca makna tersirat dari tulisan ini. KaCum adalah idolaku! :*
Asik nih buat foto-foto.. :)
Asik banget, Mbak.. :)
Peninggalan sejarah kesultanan banten emang tgl reruntuhan semua ya? Gk ada yg msh utuh? *kepo*
Iya, Bang. Keratonnya tinggal lantainya saja. Kecuali benteng, klenteng, dan masjid yang masih utuh.
Aku pun suka main ke Benteng. :-) Sudah pernah main ke benteng Belgica di Banda Neira, Kak? Masih terawat banget dan bisa makin jadi terjebak nostalgianya. #eh.
Belum sampai ke Banda Neira, Kak First. Semoga nanti bisa ke sana. :)
Kalo emang makam berarti saat keluarganya mau ziarah jauh banget ya mas harus sampe Banten. hehehe.
Iya. Tapi biasanya memang ada sih beberapa anggota keluarga yang mau datang jauh-jauh buat melihat makam leluhurnya. Kalau di Kerkof Aceh ada tuh yang datang ziarah, Mas.
idem cit, aku juga suka kali ke benteng2 gitu..rasanya beda aja
sayangnya g pernah aku tulis (dan g ingat lg nama nya..ihh)
Kan masih ada fotonya. Tinggal menggali kenangan aja tuh, Mir. Ayo tuliiiiis….