6600 Penari Menarikan Ratoh Jaroe di TMII

 

Tari Ratoh Jaroe massal dalam acara puncak HUT 41 TMII

Hari minggu lalu, 24 April, berlokasi di lapangan Tugu Api Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berkumpul 6600 penari dari berbagai sekolah dan kampus di Jabodetabek. Mereka menarikan tari Ratoh Jaroe secara massal untuk merayakan ulang tahun ke-41 TMII.

Tari Ratoh Jaroe menjadi acara puncak penutupan HUT TMII 41 tahun ini setelah dalam beberapa hari sebelumnya diadakan rangkaian acara pertunjukkan seni dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia.

Aku mengetahui ada tarian massal ini lewat akun instagram @RumohBudaya. Padahal dua hari sebelumnya ada acara pementasan Laksamana Keumalahayati yang ikut diperankan oleh Nova Eliza dan Teuku Rifnu Wikana. Lagi-lagi aku melewatkan pementasan pahlawan nasional Aceh ini setelah sebelumnya gagal hadir saat pementasan di Taman Ismail Marzuki beberapa bulan yang lalu.

Pengakuan. Sebelum acara di TMII ini, aku sama sekali tidak tahu kalau ada tarian bernama Ratoh Jaroe. Padahal tarian yang ditarikan perempuan ini sangat populer di Aceh dan Jakarta. Rakyat Aceh macam apalah aku ini yang baru tahu Ratoh Jaroe! Hehe

Karena itu, aku mencari tahu dengan mengontak Rikar dan Winda, alumni KPN Sail Tomini 2015 dan penari fenomenal dari Sanggar Geunaseh di Banda Aceh.

Posisi salam Ratoh Jaroe saat pembacaan puisi oleh Fikar W. Eda.
Gerakan tangan yang dipadukan dengan gerakan badan serempak yang memukau.

Tari Ratoh Jaroe adalah sebuah tarian yang menggambarkan semangat, kerja keras, kekompakan, dan kebersamaan masyarakat Aceh pada masa lalu. Tabuhan rapai berisikan syair-syair pujian kepada Allah, Nabi Muhammad SAW, dan petuah-petuah. Dari syair-syairnya kita bisa tahu bahwa profesi utama rakyat Aceh di masa penjajahan Belanda dulu ada tiga: yaitu pelaut/nelayan, petani, dan pejuang mengusir penjajah. Tabuhan rapai dan nyanyian syair yang ditingkahi ritme gerak tangan yang menyemangati ribuan penari dari ritme pelan ke cepat dan berhenti serentak, kompak membuat merinding penonton. Termasuk aku yang nangkring di dahan pohon agar bisa melihat dan merekam lebih jelas.

Demi bisa melihat tarian lebih jelas, bela-belain nangkring di atas pohon. :D

Tarian Ratoh Jaroe ini seringkali dikira sama dengan Tari Saman. Padahal sebenarnya kedua tarian ini berbeda. Jika Tari Saman hanya dimainkan oleh pria, tidak diiringi musik melainkan diiringi jentikan jari, pukulan dada, dan tepuk tangan, dan tanpa syekh (pemimpin tari) melainkan pengapit yang bersyair dalam bahasa Gayo dan ikut menari dalam barisan penari. Sedangkan Ratoh Jaroe diiringi tabuhan Rapai dan dipimpin oleh syekh yang bersyair dalam bahasa Aceh.

FYI, Gayo adalah salah satu suku di Aceh yang tinggal di dataran tinggi Aceh bagian tengah yang terkenal dengan Danau Lut Tawar dan kopinya yang mendunia. Suku Gayo memiliki bahasa daerah yang jauh berbeda dengan suku Aceh. Baca Pacu Kude di Tanah Gayo, salah satu acara tahunan di Takengon.

Jadi jika kawan-kawan menonton Tari Saman yang dimainkan oleh perempuan, itu bukan Tari Saman melainkan Tari Ratoh Jaroe atau Tari Ratoh Duek. Karena sejatinya, Tari Saman tidak boleh dimainkan oleh perempuan.

Tari Ratoh Jaroe sering disamakan dengan Tari Saman, padahal keduanya adalah tarian yang berbeda.

Secara etimilogi, kata Ratoh berasal dari bahasa Arab, Rateb/Ratib yang berarti bertutur/menceritakan yang di dalamnya dapat menceritakan segala aspek kehidupan masyarakat seperti yang aku sebutkan di atas. Dan Jaroe dalam bahasa Aceh berarti tangan. Jadi secara keseluruhan Tari Ratoh Jaroe bermakna bertutur lewat tarian tangan dengan syair-syair penyemangat dan puji-pujian kepada Sang Maha Pencipta.

Pada penarian Ratoh Jaroe massal ini diawali dengan pembacaan puisi oleh Fikar W. Eda yang mengenakan baju Karawang Gayo. Sedangkan para penari tampil cantik dengan pakaian tari khas Aceh yaitu celana panjang longgar yang dibalut Ija Sungket, baju panjang berbagai warna, jilbab, dan ikat kepala berbentuk kipas yang semuanya bermotif khas Aceh.

*no caption needed* :D

Penari-penari ini berasal dari puluhan sekolah dan beberapa kampus di Jabodetabek. Salah satunya adalah siswi-siswi dari SMA 4 Al Azhar Kemang Pratama seperti pada foto di bawah. Setelah berlatih selama tiga hari di sekolah dan mengikuti gladiresik bersama di TMII, hari minggu itu mereka menari dengan kekompakan dan semangat yang luar biasa.

Siswi SMA Al Azhar 4 Kemang Pratama.

Berkat kekompakan dan kerja keras bersama, tari Ratoh Jaroe massal ini mencatat rekor MURI sebagai penari Ratoh Jaroe dengan jumlah peserta terbanyak!

Sebagai orang Aceh, aku merasa sedih. Kenyataan ironis ketika sekolah-sekolah di Jakarta menjadikan tarian Aceh sebagai salah satu ekstrakurikuler wajib, sedangkan di Aceh sendiri jarang sekali ada ekstrakurikuler tarian Aceh. Untuk belajar menari salah satu tarian saja, kita harus belajar ke sanggar yang jumlahnya juga masih sedikit di tiap-tiap kabupaten. Aku ingat, belajar menari itu dulu banget pas waktu masih SD untuk acara wisuda Iqra, itu pun yang mengajarkan menari adalah guru mengaji. Dari SD hingga SMK, enggak ada satu pun pelajaran menari di ekstrakurikuler sekolah.

Acara Ratoh Jaroe ini disaksikan oleh sejumlah pejabat Aceh, termasuk Gubernur Aceh, Pak Zaini Abdullah. Aku penasaran, adakah tebersit di pikiran mereka untuk melestarikan kesenian dan budaya Aceh di tanah sendiri?

Semoga, siapa pun yang menjadi gubernur Aceh dan pejabat-pejabat terkait di masa mendatang, pendidikan kesenian dan kebudayaan menjadi salah satu fokus untuk kemajuan pendidikan di Aceh. Seperti mewajibkan pelajaran ekstrakurikuler tarian Aceh di sekolah-sekolah contohnya. Aku yakin, bukan cuma aku sendiri yang berharap hal ini menjadi kenyataan.

Suka cita setelah berhasil memecahkan rekor MURI.
Semua wajah terlihat senang dan sumringah setelah tarian selesai.
Berfoto sekejap dengan dara-dara mameh. :p

Videonya akan diunggah segera. Video editor di laptop tiba-tiba memaksa minta di-update terlebih dulu ketika tulisan ini jadi. :|

Referensi:

http://kemilau77.blogspot.co.id/2012/07/budaya-aceh.html

Iklan

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

17 tanggapan untuk “6600 Penari Menarikan Ratoh Jaroe di TMII”

    1. Aku juga mau ngajakin sehari sebelum itu. Tapi aku sendiri masih ragu mau pergi apa enggak karena udah duluan malas mikirin kemacetannya. Kemarin itu saking malasnya aku datang telat. :D

  1. aaah kereen,
    aku melewatkan ini karena ada acara keluarga di luar kota
    tapi paling nyesek karena baru tahu sendratari Malahayati usai pentas (memang nggak ada info2 soal itu sebelumnya kan?) ;)

  2. dan ane baru tahu, kalau ternyata tari saman hanya milik gayo yang di gayo lues, sebagian aceh tenggara dan tamiang hulu. sedangkan di takengon tak ada Tari saman :D

    (dek cit, babang pinjam fotonya ya :D )

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: