Lempar-lemparan Durian di Kenduren Wonosalam 2015

Durian raksasa. Tapi cuma replika!

Kenduren yang ternyata bermakna syukuran ini adalah syukurannya orang Wonosalam. Tadinya aku pikir Kenduren itu singkatan dari Kenduri Duren. Eh ternyata salah! Kenduren ini sendiri salah satu bentuk syukur warga Kecamatan Wonosalam di Kabupaten Jombang akan hasil panen yang berlimpah dan diharapkan semakin membaik di tahun-tahun mendatang. Kenduren juga menjadi ajang adu kreativitas setiap desa di Wonosalam untuk unjuk kebolehan dengan menghias tumpeng segede pondok di kebun dengan buah durian beserta hasil panennya yang lain. Bagi pencinta durian, kamu pasti ngeces sengeces-ngecesnya melihat durian-durian diusung berramai-ramai begitu.

Yang paling epik lagi adalah antusiasme masyarakat untuk menghadiri festival tahunan ini. Tersebutlah Alid dan Suendi, dua cowok tampan asli Jombang ini yang mengajakku ke Wonosalam bercerita kalau tiap tahun, acara ini selalu ramai pengunjung dan lapangannya selalu becek! Ada ratusan orang yang datang memadati Lapangan Kecamatan Wonosalam. Mereka datang dari Jombang, luar Jawa Timur hingga Aceh pun ikut serta meramaikan kenduren dan rela berbecek-becek ria dan berpanas-panasan di tengah lapangan. Beberapa anjungan sudah didirikan sejak beberapa hari sebelum acara puncak Kenduren. Pada tahun 2015 ini, Kenduren berlangsung dari 27 Maret hingga puncaknya pada tanggal 29 Maret 2015. Sebelum hari puncak, berlangsung acara seperti Jalan Sehat, Lomba Kuliner, Festival Kopi, dan Kontes Kambing PE.

Para pengunjung Kenduren Wonosalam berasal dari berbagai daerah.
Meski becek dan panas, semangat pengunjung tetap tinggi untuk menanti pembagian durian.
Salah satu usungan tumpeng persembahan untuk lomba tumpeng durian.

Karena acara ini diadakan pemerintah daerah, jadi siap-siap saja berdiri lama mendengar pidato sambutan dari pejabat ini-itu yang bisa memakan waktu…ah kalian tahulah berapa lama yekan? Jadi skip tentang pidato-pidatonya. Kita lanjut saja pada kehebohan acara puncak Kenduren. Aku tidak ingat berapa banyak desa yang ikut memeriahkan kirab durian ini. Yang pasti ada lebih dari lima desa yang berarti lebih dari lima tumpeng durian pula yang diarak berputar-putar mengelilingi lapangan. Pengarak yang mengusung tumpeng durian juga tidak kalah heboh. Ada satu tim yang berpakaian seperti orang Papua. Kulit hitam legam dilumuri oli (?) dengan aksesoris pakaian yang terdiri dari ijuk dan dedaunan.

Tadinya aku pikir ini ada kontingen dari Papua. Rupanya KW.

Wonosalam dikenal sebagai sentra penghasil buah durian selain sayur-sayuran. Durian Bido yang asli Wonosalam amat terkenal di Jombang dan dihargai sangat mahal karena kelezatan daging buahnya. Sayang aku tidak sempat mencicipi rasa durian Bido yang terkenal itu. Tapi aku tidak sendirian, orang asli Jombang seperti Alid ini juga belum pernah merasakan buah durian Bido. Kasian sekali kan ya? :p

Kehebohan benar-benar terjadi pada acara puncak kenduren ini. Sebuah tumpeng durian raksasa setinggi tujuh meter yang diletakkan di tengah lapangan akan dibagi pada akhir acara. Puluhan satgas sudah berdiri mengelilingi tumpeng untuk mengamankan dan membagikan durian ke pengunjung yang siap berebut durian. Tapi banyak pengunjung yang memaksa naik untuk mengambil durian. Akibatnya malah memicu pengunjung yang lain untuk naik dan berbuntut kekacauan. Pengunjung yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, baik dewasa mau pun anak-anak saling desak untuk bisa mendapatkan durian yang dibagi dan agar bisa naik ke atas tumpeng. Dengan tangan telanjang, mereka mencabuti durian-durian yang diikat di tumpeng. Yang tak tahan sakit kena duri, membalut telapak tangannya dengan bajunya sendiri. Buah durian terlempar ke sana-ke mari mengenai orang-orang di bawah. Duh melihatnya dari jauh saja bikin ngilu! Beberapa orang terpaksa harus dievakuasi dari lokasi.

Suasana sesaat sebelum keriuhan dan kehebohan pembagian durian.

Setiap tahun insiden seperti itu terus terjadi demi mendapatkan durian yang memang rasanya enak sekali. Pantas mereka bela-belain berdarah-darah demi bisa menikmati durian ini. Tapi alangkah baiknya panitia juga memikirkan solusi lain demi keselamatan pengunjung yang berebut durian. Mungkin setiap durian dibagi berdasarkan voucher yang dapat diperoleh jika telah membeli salah satu produk lokal yang dijual di anjungan-anjungan dengan harga tertentu. Atau duri duriannya diplontosin dulu mungkin? Lebih aman untuk diperebutkan, kan?

Berikut ini ada rekaman pendek yang menggambarkan hebohnya Kenduren Wonosalam ini. Maaf videonya terlalu pendek dan angle gambar yang kurang variatif. Soalnya sudah mager dan pw di ‘kubangan’ tempat berpijak.

Baca juga tulisan Alid Abdul tentang gokilnya Kenduren Wonosalam ini di SINI. Dan terakhir, nikmatilah wefie dari kami. Terima kasih banyak-banyak untuk Alid dan Suendi yang sudah mengajakku melihat Kenduren dan membuatku tahu ternyata di Indonesia ada festival seru dan heboh begini. Jangan kapok bawa Traveler Cilet-cilet kalau nanti berkunjung ke Jombang lagi yes? :D

Wefie bareng seleb instagram dan seleb blog Jombang. Sungguh aku bangga!
Iklan

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

16 tanggapan untuk “Lempar-lemparan Durian di Kenduren Wonosalam 2015”

  1. Ternyata memang benar sentra duren! Ah, jadi penasaran kan dengan rasa durennya, apakah sama atau beda dengan durian yang terkenal di Pulau Andalas? Event yang menarik sekali untuk mempromosikan buah durian. Apalagi kalau jalannya dengan duta pariwisata Jombang, pasti seru bangetlah :hihi. Keren!

    1. Kalau pergi sendiri, udah pasti ga bakalan sampe ke Wonosalam. Cuma muter-muter Jombang aja Untung diajakin sama Duta Parawisata Jombang yang amat tersohor itu. Haha

  2. Glodaaaaaaaakkk akhirnya terbit juga dan nggak nunggu sampai puluhan tahun hahaha… Duh target tahun ini harus makan durian bido deh biar nggak kasihan sekali hahaha.

    Ayo Cit tahun depan ke sini lagi ehehehe…

    btw aku punya janji kirim foto2mu di kameraku ato suendi wakakka, belum tak kirim sampai hari ini ahhaahah

    1. Iyaaa…aku kan ga bisa pamer-pamer di IG. Hahaha…kapan kamu sempat aja deh, Lid.
      Tahun depan ada festival duren lagi? Semoga bisa datang dan ikut rebutan yes? :p *sok berani*

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: