Ada beberapa daerah bukan pantai yang memiliki potensi wisata di pulau Belitong. Selain wisata makam dan air terjun di Gunung Tajam yang aku tulis di sini, berlokasi tidak jauh dari gunung itu ada kawasan hutan Batu Mentas yang menyimpan fauna unik dan langka, lokal menyebutnya Pelali’an dan bernama latin Tarsius bancanus saltator.
Hari sudah siang ketika kami tiba di Batu Mentas. Panas matahari tertahan oleh kerimbunan pohon yang menaungi areal ekowisata ini. Beberapa bangunan seperti cafe dan beberapa pondok dibangun semi permanen. Sungai selebar lima meter tak lebih dalam dari lutut mengalir tenang di atas dasar pasir berbatu, letaknya tak jauh dari kafe. Jika kita berjalan melewati kafe barang sepuluh meter ada jalan setapak yang berbelok ke kanan. Inilah rute tracking untuk melihat Tarsius di alam bebas pada malam hari.
Aku dan kawan-kawan terus melanjutkan berjalan kaki memasuki jalan setapak yang semakin sempit dan dipagari pepohonan dan semak-semak di pinggir sungai. Sampah plastik bungkus makanan dan minuman, kantong kresek, puntung rokok, hingga popok bayi bertebaran di sepanjang jalan setapak ini. Bahkan tak jarang nampak mengapung dan tenggelam di dasar sungai. Sangat mengganggu pemandangan. Bikin kesal! Ditambah lagi dengan gundukan bekas pembakaran sampah di beberapa jalur tracking.
Kami berjalan mungkin hampir satu kilometer memasuki hutan. Jalan setapak seperti tak putus-putus menyusur pinggir sungai. Kami berhenti di sebuah lokasi untuk istirahat setelah melewati beberapa petugas yang sedang waterpassing menggunakan teodolit untuk pengadaan air bersih ke kampung. Sepertinya air sumur tak bisa lagi diharapkan berisi sepanjang tahun. Kekurangan air makin meluas ke daerah-daerah dan hanya sungailah yang mampu memenuhi kebutuhan air warga tanpa putus.
Kekesalan akan sampah sejenak kusingkirkan dengan ikut bermain-main di sungai. Lokasi yang kami pilih airnya lebih tenang dan tak banyak batu besar yang mencuat ke permukaan. Airnya yang sejuk menyegarkan badan. Rasa capek selama beberapa hari ini berkeliling Belitong langsung lepas dari badan saat badan seluruhnya masuk ke dalam air.
Ngomong-ngomong tentang Tarsius. Taman Batu Mentas memiliki dua koleksi Tarsius untuk dipamerkan di dalam taman. Kedua primata malang ini dibuatkan masing-masing sebuah kandang dari jaring-jaring. Kandang sengaja dibuat melingkari pohon supaya Tarsius merasa berada di habitat aslinya. Aku butuh waktu lama untuk menemukan seekor tarsius yang sedang tidur memeluk kulit pohon karena warna bulunya yang mirip benar dengan warna kulit pohon. Tubuhnya yang mungil membuat kamuflasenya tampak sempurna.
Binatang monogami ini, hanya kawin dengan satu betina saja, adalah binatang nokturnal. Tarsius jomblo aktif mencari makan dan pasangan pada malam hari. Meski berpostur tubuh imut tapi Tarsius ini ternyata lumayan ganas juga dalam hal mangsa-memangsa. Makan malam primata ini, selain serangga, dapat juga memangsa ular, kelelawar, bahkan burung yang sedang terbang. Padahal kalau diperhatikan, Tarsius ini bikin emesh emesh emesh! *halah!* :p
Salah seorang pengelola taman yang kami temui mengatakan kalau dua ekor tarsius ini ditempatkan di kandang sebagai sampel. Jadi yang tidak bisa ikut hunting malam-malam melihat Tarsius ke dalam hutan, cukup melihat sampelnya saja di dalam kandang-kandang itu. Sebagai binatang nokturnal, siang hari adalah waktu untuk beristirahat, sedangkan lokasi kandang berada di tengah-tengah areal yang tiap akhir pekan banyak dikunjungi tamu. Bahkan ada arena outbond di samping sungai yang jaraknya hanya sepuluh meteran dari kandang. Padahal Tarsius ini gampang sekali stres jika dikandangkan.
Tarsius hanya dapat ditemukan di Filipina dan Indonesia. Selain Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, Tarsius juga hidup di Bangka Belitung. Tarsius dapat ditemukan di Taman Batu Mentas. Dua ekor Tarsius dikurung dalam kandang terpisah di dekat kafe. Mengingat kondisi Tarsius yang pemalu pada siang hari, aku merasa sedih melihatnya dalam kurungan kecil itu. Hidup menjomblo terus. Hasil googling yang aku temukan makin membuatku prihatin dengan nasib dua ekor Tarsius yang dikandangi ini.
Artikel tentang Tarsius di wikipedia menuliskan “Tarsius tidak pernah sukses membentuk koloni pembiakan dalam kurungan, dan bila dikurung, tarsius diketahui melukai dan bahkan membunuh dirinya karena stres.” Kejadian langka pernah terjadi pada tahun 2012 di Sulawesi, sepasang Tarsius melahirkan anak dalam penangkaran. Kejadian ini diyakini pertama di dunia. Itupun karena mereka memang sudah berpasangan ketika ditangkap di alam liar. Melihat kondisi dua ekor Tarsius di Batu Mentas ini, sama sekali tidak ada ciri-ciri ‘penangkaran’. Keduanya hidup di kandang yang berbeda dan hidup tanpa pasangan. Seperti pernyataan petugasnya tadi, keduanya ditempatkan di kandang memang hanya untuk dipamerkan. Penangkaran seperti apakah yang dilakukan oleh KPLB (Kelompok Pencinta Lingkungan Belitung) di Taman Batu Mentas ini?
Pengelola Taman Batu Mentas punya banyak PR untuk menjadikan taman ini sebagai ekowisata yang menarik dan ramah lingkungan. Selain memperbanyak tempat sampah dan mendaurulangnya, berhenti membakar sampah di pinggir hutan, dan mengedukasi pengunjung untuk membuang sampah dengan benar, kurasa dengan membuat paket petualangan malam melihat Tarsius yang diatur dengan baik adalah ide menarik. Bagi pengunjung yang tak mau ikut petualangan malam, boleh puas dengan melihat video, foto-foto atau membeli souvenir berbentuk Tarsius. Jadi menurutku tak perlulah mengorbankan hidup dua ekor Tarsius yang lucu itu demi kepuasan pengunjung karena tak berani masuk hutan. Jumlah dua ekor tarsius memang tak banyak. Hanya dua ekor. Lalu bagaimana salah satu atau keduanya mati? Apa akan dicari penggantinya untuk dijadikan sampel lagi?
kasih maps dunk..biar lebih jelas :-D
Nanti kalau mau ke sana, cari pakai google map aja, Kak Setia1. :D
okelah kalo begitoe :-D
Sama kayak cowok berarti. Cowok jomblo juga biasa cari mangsa malem-malem *gagalfokus*
Eh iya juga ya.. eh tapi kan.. *lalu bingung*
Kalau bingung pegangan pohon aja, bang. Kayak si tarsius XD
Huahahahahaha… *jambak macho*
Waah binatang langka banget ya itu? Aku pun belum pernah lihat secara langsung, paling cuman dari balik layar doang hehehe :D Beruntung ya bisa lihat barang-barang langka :)
Iya mz. Aku sendiri juga langka sih.
Bukan saya loh yang bilang hahaha :D
Hahahahahaha.. :D
air sungainya jernih… pengen ikutan mandi :)
wuih…jadi pengen mandi cibang cibung liat air jernih gitu…
Cerita menarik citra.. jago li dia ee… ada satu poin yg menurutku menarik. Tarsius bisa stress bahkan membunuh dirinya sendiri karena hidup terkurung dalam kesendirian..
Untung manusia nggak kekgitu. Sebagian malah bahagia dengan kesendirian tanpa pasangan. Kan ada Tuhan, keluarga, sahabat, kawan, dan maskapai penerbangan. :D
Ha ha, apa ada rencana mau ketemu Tuhan dalam waktu dekat. supaya terasa lebih dekat cit?
keren bgt bolangmu cit ahhahahaha dah lama aku tdk mampir ke blog mu ya
Hai hai…eh blogmu bukannya udah dot com? Kok balik lagi? :D
masih pake yg dot com tp jarang upadte disana ahhaa sayang yg lama
Mapping aja ke blog yg lama, Win. :D
gk tw caranya haha yg ini top bgt ahhah
Gampang kok. Cuma kamu butuh credit card buat bayar mapping. $13 pertahun. Buka dashboard blog. Klik Store dan pilih My Domains, klik Map a Domain You Already Own. Ikutin aja perintah2 selanjutnya. :D
gk ada kartu credit :(
Kok aku jadi kangen ya… Kangen jalan keluar masuk hutan kayak gini. Sekarang keluar masuknya hutan beton, bukan hutan pohon :(
Jakarta itu ga punya hutan kota, Ri?