Trekking di Taman Negara Pulau Pinang

penanggBagi yang menyenangi trekking dan sedang berlibur di Pulau Pinang, pasti tidak akan melewatkan trekking di Taman Negara Pulau Pinang di Malaysia ini. Selain lokasinya mudah ditempuh, taman nasional ini juga menyimpan keindahan pantai, hutan, bangunan tua seperti mercusuar, dan juga sejarah .

Taman nasional ini memiliki luas 1.266 hektar dan dapat ditempuh selama hampir 1 jam dari Georgetown dengan bus nomor 102 seharga RM4 saja. Di depan pintu masuk TN Penang nanti pengunjung bisa memilih mau perginya trekking dan pulang naik speedboat atau sebaliknya. Ongkosnya kalau nggak lupa sih sekitar RM30 one way ke pantai Teluk Duyung. Tapi aku memilih untuk trekking saja pergi dan pulang.

Jalur trekking terbagi dua, yang pertama ke arah mercusuar (melewati Teluk Duyung) dan yang kedua ke arah Pantai Kerachut. Trekking ke Teluk Duyung memakan waktu sekitar 1-2 jam melewati jalur yang trek cukup menyenangkan. Di beberapa medan yang terbilang sulit sudah dibangun jembatan kayu dan tangga-tangga dari semen agar memudahkan pelancong melewatinya.

Hari Satu – Rumah Api Muka Head

Aku mengalokasikan dua hari untuk menjelajahi TN Pulau Pinang ini. Hari pertama aku ingin melihat rumah api atau yang kita sebut mercusuar. Mencapai Rumah Api Muka Head ini aku harus menempuh perjalanan sejuah 4.220m melewati jalur jalan berbatu-batu di pinggir laut. Udara panas dan lembab serta kontur jalan yang naik-turun membuat baju basah dikucuri keringat. Aku menggunakan waktu istirahat untuk memperhatikan dengan seksama lingkungan di sekitar. Beruntung aku bisa menyaksikan binatang-binatang liar seperti tupai Kerawak, elang, Murai Batu dan Kepodang yang cantik atau burung gagak yang berkoak menyeramkan.

penang-2

penang-15

Melewati kilometer pertama, aku tiba di Teluk Aling. Di sini terdapat kompleks penelitian Universitas Science of Malaysia. Pantai pasir putihnya terbentang sepanjang 100 meter dan dibelah oleh sebuah dermaga. Seorang bapak paruh baya sedang menyulam jala yang diikatkan pada dahan sebatang pohon di pinggir pantai. Aku kebingungan mencari jalan menuju pantai berikutnya, Teluk Duyung, karena jalan setapak tak terlihat sama sekali dari situ. Beliau menjelaskan dalam bahasa Melayu yang sangat cepat dan tidak bisa kumengerti. Aku hanya mampu menerjemahkan gerak tangannya yang menunjuk-nunjuk ke pagar USM lalu membentuk setengah lingkaran yang sepertinya berarti berbelok.

penang-4

Ternyata benar, jalur trekking selanjutnya di mulai dari pinggir pagar USM lalu berbelok dan sedikit menanjak ke dalam hutan. Kali ini jalur trekking semakin menyenangkan karena akar-akar sulur dan batang-batang rotan besar yang merintangi jalan. Jadi ada waktu untuk bermain-main sebentar dengan bergelantungan pada akar-akar sulur.

penang-5

Jarak ke Teluk Duyung dari Teluk Aling adalah 1.700m. Sebuah jembatan kayu mengantarkanku pada pantai pasir putih dan disambut dengan rengekan monyet yang sedang mengganggu turis dari Cina di atas sebuah batu raksasa di pinggir pantai. Pantas pantai ini disebut Monkey Beach karena memang banyak sekali monyet yang berkeliaran.

penang-7

penang-16

Monkey Beach pada hari jumat itu terlihat sepi, hanya beberapa grup pengunjung dari Cina yang terlihat sedang bermain-main di pinggir pantai, beberapa pasangan dari arab, dan satu keluarga dari Korea yang sedang tidur-tiduran di hammock. Terdapat beberapa buah warung makanan yang buka di sini. Meski lapar, aku tetap melanjutkan perjalanan ke mercusuar lalu menaiki tangga-tangga dari semen dan meninggalkan hiruk pikuk pantai oleh suara jetski dan tawa riang para pelancong lainnya.

Dari pantai Teluk Duyung ke mercusuar berjarak 1.300 meter dengan kontur jalan yang terus menanjak. Sepanjang perjalanan terlihat pancang-pancang penunjuk jarak menuju lokasi mercusuar, beberapa pos peristirahatan dan juga disediakan banyak sekali tempat sampah. Jadi melihat sampah bertebaran di taman di negara ini adalah pemandangan langka.

penang-9

penang-10penang-11 penang-12

Rumah Api Muka Head ini terbuat dari batu granit setinggi 14 meter saja yang dibangun pada tahun 1883. Dari semua mercusuar di Pulau Pinang ini, mercusuar Muka Head adalah yang paling sulit dikunjungi. Butuh waktu satu jam juga untuk tiba di tempat ini. Lumayan menguras tenaga, apalagi kalau cuma bermodalkan sarapan gratis di hostel. :D

penang-13

Hari Dua – Pantai Keruchut

Yang membuat aku bersemangat kembali ke Taman Negara Pulau Pinang ini adalah ingin merasakan Canopy Trekking. Sayangnya jalur ini tutup setiap hari jumat. Makanya aku kembali lagi ke sini agar bisa menikmati sensasi berjalan di atas ketinggian melewati jembatan-jembatan gantung di tengah hutan dari pohon ke pohon. Sayangnya pula cuaca sangat berangin pada hari sabtu itu dan jalur ini ditutup. Memang hari itu angin bertiup sangat kencang hingga ke Aceh Barat sana.

Tapi aku cukup puas menikmati jalur trekking ke Pantai Kerachut ini. Perjalanan kali ini pun dilanda was-was karena banyak sekali ranting-ranting patah dan jatuh karena angin kencang. Jalur trekking pun banyak yang ditutupi dedaunan rontok dan beberapa dahan pohon yang patah di tengah jalan. Kali ini aku tidak pergi sendirian, ada Bang Arie Yamani yang tiba dari Aceh kemarin sore dan berjalan beriringan dengan anak-anak SD yang pergi piknik ke Pantai Kerachut. Wuih, semangat mereka memang luar biasa, ketika yang tua-tua sudah ngos-ngosan, anak-anak ini tetap berjalan dengan riang gembira. :)

penangg-3

Menuju Pantai Kerachut, pengunjung akan berjalan kaki sejauh 2.920 meter atau sekitar satu jam. Jalur trekking menuju pantai ini adalah jalur yang sama yang digunakan oleh imigran Aceh sekitar 73 tahun lalu untuk mengangkut kayu untuk membuat rumah dan perahu. Jalur yang berupa parit itu disebut Jalan Penarikan karena kayu-kayu yang sudah ditebang ditarik oleh kerbau menuju pemukiman. Sekitar 30 menit dari Jalan Penarikan ada lagi yang namanya Bukit Belah. Konon puncak bukit setinggi 5 meter tersebut ‘dibelah’ menggunakan cangkul oleh 7 orang laki-laki dalam tempo 10 hari saja. Jalur ini juga digunakan untuk mempermudah pekerjaan menarik kayu tebang oleh kerbau-kerbau mereka.

penangg-2

penangg-11 penangg-8 penangg-7

Pantai Kerachut ternyata memiliki fenomena unik di sekitarnya. Selain pantai dengan pasir putih, di pantai ini juga tempat penyu-penyu bertelur dan juga ada penangkaran penyu di sisi lain pantai. Bukan hanya itu saja, ada Danau Meromitic yang unik. Air laut yang pasang akan memenuhi dataran rendah danau lalu arus pasang akan menggerakkan pasir pada mulut kuala hingga membentuk bendungan sehingga dataran rendah tadi sempurna disebut sebuah danau. Jika ingin melihat kejadian unik ini, kita harus sudah tiba pada tengah hari atau ketika air laut mulai pasang. Jika beruntung, pengunjung juga bisa melihat jejak penyu setelah bertelur pada pasir pantai.

penangg-14 penangg-4 penangg-5 penangg-15

Di kawasan pantai, pengunjung juga dapat belajar pengetahuan umum tentang beberapa jenis pohon yang tumbuh di sana. Seperti Pohon Leban yang dikenal sebagai tumbuhan obat. Waktu aku kecil dulu, perasan pucuk daun Leban yang masih berwarna merah dan hijau muda sangat mujarab untuk mengobati batuk. Ironis sekali aku malah menemukan pohon ini di Penang, di Aceh sendiri aku tak pernah melihat lagi Pohon Leban ini. Lalu ada Pohon Akasia yang di sini dikenal sebagai pokok penceroboh karena sifatnya yang bisa hidup di tanah jenis apa saja dan dapat tumbuh dengan amat cepat. Dalam waktu 3 tahun, pohon akasia bisa tumbuh setinggi 15 meter.

penangg-9penangg-10

Hanya ada dua lokasi berkemah di kawasan TN Pulau Pinang ini. Berkemah hanya boleh di Pantai Kerachut dan Teluk Kampi. Pengunjung dilarang berkemah di bagian barat laut dan di pinggir pantai. Tempat berkemah sendiri sudah disiapkan khusus agar tidak mengganggu penyu-penyu yang akan bertelur. Seandainya saja Indonesia dapat mengelola taman nasional dan objek wisata pantai seperti di sini, tentu kebersihan, ketertiban, dan keamanan antara manusia dan alam tetap harmonis. Penyu dapat bertelur dengan aman dan nyaman, yang mau kemping juga tetap bisa leluasa di kawasannya sendiri.

penangg-12 penangg-16 penangg-13

Taman Negara Pulau Pinang di Teluk Bahang ini bisa menjadi wisata alternatif selain menikmati kota tua di Georgetown. Coba juga berkomunikasi dengan warga setempat dan temukan keunikan bahasa mereka yang seperti campuran antara bahasa Padang, bahasa Aceh dan bahasa Melayu. Atau buat mengetes ketajaman pendengaran juga bisa. :D

 

Iklan

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

27 tanggapan untuk “Trekking di Taman Negara Pulau Pinang”

  1. Wahhh! Saya pernah ke Muka Head sebanyak 2 kali dan bermalam di sana untuk beberapa malam di USM Research Station untuk menyertai program sekolah. Quite a nice trekking area and nice beach too. Didn’t know that it’s part of Penang National Park though, heh!

      1. Baru lagi. Jealous! Haha! Kali terakhir ke Penang waktu saya masih belasan tahun. Memang ada hajat hendak ke Penang, mahu cari kedai buku second-hand di Pasar Chowrasta tapi masih belum ada kesempatan ke sana. A good read this is, btw :-)

    1. Aman-aman aja sih bang. Tapi hati-hati sama monyet dan harus perhatiin juga sama cuaca yang mungkin panas dan gerah. Khawatirnya nanti bikin ga nyaman bayinya. :D

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: