I’m participating in the onlineadventure travel and photography magazine LetsBeWild.com’s Wild Weekly Photo Challenge for bloggersThis week’s Challenge is: Sunrise, so get up early this week and take some shots of the sky!
Bulan: Februari 2013
My Selangor Story
Halo traveler… Aku Citra Rahman dari Aceh. Salah satu peserta My Selangor Story yang berlangsung pada akhir Januari 2013 lalu. Sebelum tulisan ini di-publis, aku baru pulang dari Pulau Breueh, pulau terluar dan paling barat Indonesia (makanya tulisan ini terbit telat). Satu lagi impianku tercapai setelah sebelumnya impian jalan-jalan (gratis) di Selangor juga telah menjadi kenyataan.
Traveling itu menjadikan kita pribadi yang kaya akan pengalaman dan membentuk kita menjadi pribadi yang kuat. Berjalan ke suatu tempat, melihat dan merasakan hal-hal baru dan bertemu orang baru. Keluar dari comfort zone dan berusaha survive di tempat asing. Traveling membuat kita sadar posisi kita dan pengaruh tindakan kita pada alam. Beruntung jika kita bisa memberi pengaruh positif bagi orang-orang di sekeliling. Inilah yang paling aku suka saat traveling, belajar banyak hal. Singkatnya, traveling make me feel better, stronger and faster. :D
Rasanya baru kemarin aku melihat Kavadi dan minum Mare di Festival Thaipusam, Batu Caves. Rasanya baru kemarin juga mendengar anak-anak histeris waktu di Waterplexx 5D dan roller coaster di Sunway Lagoon. Ah, kangen sama manis Ladu dan aroma dupa di Klang. Kangen kawan-kawan blogger, Miss Chai dan Bang Syafri.
Masih ingat sekali waktu di Klang ketika aku berlari dari ujung pertokoan dan tak menemukan bus dan kawan-kawan di tempat yang seharusnya menunggu. Jika saja tak seorangpun mengingat aku, mungkin aku sudah ditinggal pergi rombongan ke Kuala Lumpur. Lanjutkan membaca “My Selangor Story”
Bantu vote, yok?
Masa voting sudah ditutup. Terima kasih kepada kawan-kawan yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk mendukung Citra di beberapa award di bawah ini. Terima kasih banyak. Semoga aku menang. Kalau tak menang, dapat hadiahnya saja juga boleh deh. (loh?) :D
______________________________________
Dinominasikan sebagai Blogger Pria Terbaik dalam Bloscar Award 2013 itu satu kejutan yang bikin speechless. Awalnya tak percaya, masa iya sih blog-ku masuk nominasi? Email pemberitahuannya aku baca berulang kali sampai aku akhirnya percaya. Hehe…
So, please vote for me. Caranya gampang. Kamu hanya perlu login ke facebook lalu klik Skyscanner Indonesia fanpage. Atau klik foto di bawah ini:
Di bawah daftar nominasi Blogger Pria Terbaik, masukkan pilihanmu seperti gambar di bawah ini:
Kamu juga bisa menominasikan blog favoritmu di bagian paling bawah. Bagi pemilih pun punya kesempatan menang untuk mendapatkan sebuah Kindle Fire. Seru, kan? :D
Bloscar Travel 2013 ini diadakan oleh Skyscanner sebagai apresiasi untuk travel blogger. Jarang-jarang lho ada penghargaan seperti ini di Indonesia. Makanya aku butuh bantuan kalian supaya blog ini juga bisa ikut bersaing ke Bloscar Travel tingkat internasional. Mohon bantuannya ya. Terima kasih.. :)
Ada 2 award lagi yang masih butuh bantuan vote dari kawan-kawan.
Malaysia International Tourism Bloggers Conference & Awards 2013. Blog hananan.wordpress.com ini masuk dalam nominasi Tourism Travel Blog. Untuk memilih pun cukup dengan login pakai akun facebook. Setelah berhasil login, pilih kategori Tourism Travel Blog lalu klik tombol VOTE di samping kanan blog hananan.wordpress.com.
Lalu yang terakhir adalah Social Media Award 2013 yang juga diadakan di Malaysia. Untuk voting di award yang satu ini agak sedikit ribet sih. Harus sign up dulu dan tidak bisa login memakai akun facebook atau twitter.
//
Pergi Untuk Datang Lagi
Pertama kali membuka mata pada pagi itu, yang langsung kuingat adalah: boarding pass untuk balik ke Aceh! Jam menunjukkan pukul 6 pagi waktu Malaysia. Sial. Aku kembali menarik selimut tapi tidak kembali tidur. Rasanya enggan untuk bangkit untuk bersiap-siap check-out dari Vivatel, sebuah hotel bintang 4 di Kuala Lumpur.
Seriously, meninggalkan tempat liburan adalah salah satu perkara pelik dalam hidup. Seperti seorang kriminal yang diseret ke tiang gantungan. Mau nggak mau ya harus kembali pulang ke tanah air.
Aku tiba di lobi 15 menit kemudian dengan ransel di punggung dan shopping bag berisi penuh brosur-brosur dari sponsor dan beberapa oleh-oleh dari Klang. Lanjutkan membaca “Pergi Untuk Datang Lagi”
From Sepang to Kuala Selangor: Back to Nature
Perjalanan My Selangor Story di hari keempat ini membawa kami lebih dekat ke alam. Setelah hari-hari sebelumnya kami menjelajahi kota tua, tempat peribadatan, dan festival maka hari ini kami diajak menikmati keindahan pantai, bukit dan sungai.
Pada hari keempat itu, cuaca sedang dalam kondisi terbaiknya untuk berada di pantai seharian. Langit biru, sedikit berawan, semilir angin yang menghembus udara panas dan menggulungnya jauh-jauh. Hanya terik matahari yang bersinar terik membuat kulit semakin gelap. Atap ilalang pada lobi dan restoran di Golden Palm Tree Resort yang terjemur matahari mengeluarkan aroma khas yang menenangkan. Ah, perfect.
GPT menyediakan 392 villa mewah yang semuanya berada di atas laut. Jika dilihat dari udara, resort ini berbentuk sebatang pohon palem. Uniknya lagi, semua villa beratapkan daun ilalang . Seperti yang aku sebutkan tadi, atapnya itu sangat khas. Aku suka sekali dengan ide ini, aspek menggabungkan modernitas dan tradisional namun tetap mengutamakan kenyamanan bagi para penghuninya. Semuanya benar-benar didesain dengan amat sangat detil.
Decak kagumku pada resort ini tak kunjung habis. Detilnya keterlaluan! Setiap cafe dan restoran sengaja didirikan di tempat-tempat tertentu agar pengunjungnya dapat memilih sendiri view apa yang mereka ingin saksikan.
Sepoi-sepoi Cafe misalnya. Di belakangnya terhampar luas Smiley Beach dengan pasir halus seperti tepung. Lokasi ini adalah tempat bagi penikmat matahari terbit.
Ingin melewati sore sambil menikmati sunset dan malam romantis bersama pasangan?
Mau berenang atau tanning sambil memandang ke laut tanpa batas dan menikmati pergantian hari dengan warna langit spektakuler? Bila-bila Cafe membuat kita bakalan betah tanpa sadar waktu berlalu.
Outdoor activities? Coba deh yang ini:
Kami harus check-out pagi-pagi dari GPT. Sarapan di Sepoi-sepoi Cafe sambil menikmati angin sepoi-sepoi membuatku mengantuk dan ingin kembali ke kamar. Sayang sekali menginapnya cuma semalam. Haha… Tapi uniknya aku merasa tidak meninggalkan GPT, kemewahan yang dirasakan selama sehari kemarin itu terbawa hingga ke Kuala Lumpur. Kesannya masih melekat di hati.
Bus melaju ke Kuala Selangor, salah satu district yang memiliki potensi wisata yang unik. Cuma di Kuala Selangor ini habitat kunang-kunang masih terjaga dengan baik. Sebelumnya, kami dibawa untuk melihat sebuah benteng di atas bukit. Tapi kita berhenti sebentar untuk melepas dahaga dengan menikmati kuliner di Kampung Assam Jawa, Kuala Selangor. Namanya Cendol Bakar. Cendol bakar ini tersedia dalam beberapa varian rasa seperti tapai, pulut dan durian. Mana yang paling enak? Semuanya enak! Jika tak tahu malu, aku mau minta tambah lagi.
Bukit Melawati
Kalau di Bali ada Monkey Forest, di Bukit Melawati juga punya atraksi monyet yang tak kalah seru dan lucu-lucu. Tapi monyet-monyet di sini lebih bersahabat dan jinak. Tapi hati-hati, mereka menjadi sedikit agresif jika kita memegang makanan. Meski sudah ada larangan memberi makan, tetap saja orang-orang memberi makan. Akhirnya kebiasaan alami mereka berubah. Jika dulu mereka menangkap ketam di sungai, sekarang mereka hanya berharap mendapat makanan dari pengunjung.
Bukit Melawati dulunya adalah kubu pertahanan untuk mengusir Belanda. Dari bukit ini juga para prajurit mengintai kapal-kapal asing yang datang dan pergi melewati sungai Selangor. Tempat ini menyisakan benteng dan beberapa buah meriam yang menghadap ke sungai yang disebut Kuala Selangor.
Selain atraksi keluarga monyet Ekor-Panjang, ada beberapa bangunan tua yang layak untuk dikunjungi. Seperti museum, mercusuar dan beberapa bangunan peninggalan Belanda. Di areal benteng kita dapat mengedarkan pandangan ke sungai Selangor yang bersejarah itu membayangkan bagaimana para pejuang pada masa Sultan Ibrahim di akhir abad ke-18 mengintai dan berperang melawan Belanda dengan meriam-meriamnya.
Matahari perlahan-lahan hilang dari balik rimbun hutan bakau Kuala Selangor. Sekarang lah waktunya untuk melihat kunang-kunang jantan beraksi memikat sang betina. Pohon-pohon bakau di pinggir sungai dipenuhi lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip. Kami menaiki perahu dayung dan melaju dalam hening. Hanya kecipak air yang terdengar.
Kunang-kunang sangat sensitif pada cahaya dan suara. Makanya para pengunjung dilarang bersuara keras dan menyalakan senter atau flash kamera. Lokasi ini pun jauh dari hiruk pikuk kota sehingga tidak mengganggu kehidupan alam liar di Kuala Selangor. Jadi habitat kunang-kunang terus lestari.
Seberapa banyak sih orang-orang pada masa sekarang yang pernah atau sering melihat kunang-kunang? Dari 20 orang blogger pada hari itu, tidak satupun. Bagaimana tidak, alam semakin tergusur, yang artinya habitat serangga dan binatang-binatang lain hilang. Polusi udara, cahaya dan suara memperparah keadaan.
Ah, baiklah. Malam semakin larut. Pelancongan di hari keempat telah usai dan kami harus kembali ke Kuala Lumpur. Rasa lelah menguap karena mengingat ini adalah malam terakhir kami bersama-sama dan membayangkan sisa satu destinasi lagi untuk besok sebelum semua dari kami kembali ke daerah masing-masing.
//
Wild Weekly Photo Challenge: Flowers
I found this flower when i was on a riverside where there are so many big rocks. It grows on one of the rock and bloom beautifully.
//
I’m participating in the online adventure travel and photography magazine LetsBeWild.com’s Wild Weekly Photo Challenge for bloggersThis week’s Challenge is: Flowers!
Vel-vel! Vel-vel!
“Vel-vel! Vel-vel!” pekik seorang anak laki-laki sambil memegang bejana kuningan yang disebut Pal Kavadi di atas kepalanya. Seorang perempuan kecil mengikuti di belakang sambil menyerukan yel-yel tersebut untuk menyemangati sang ibu yang sedang trans di tengah-tengah kelompok mereka. Sang ayah dengan sabar memegangi bahu istrinya agar tetap berjalan stabil dan tidak menumpahkan belanga berisikan bara kayu di telapak tangannya.
Yel-yel yang sama juga bersahut-sahutan di dalam kerumunan para pengikut festival Thaipusam di Batu Cave pagi itu. Cuaca sangat cerah, langit biru dengan sedikit awan tipis membuat matahari menyengat dengan semena-mena. Syukurlah wangi dupa dapat menyamarkan aroma pakaian basah oleh keringat dari baju para pengunjung festival. Lanjutkan membaca “Vel-vel! Vel-vel!”
Blusukan di The Little India, Klang
The Little India adalah satu-satunya daerah yang paling aku senangi jika berkunjung ke Malaysia. Aroma dupa dan rempah-rempah menguar ke udara laksana wangi surga yang melenakan. Rupa yang khas dengan kulit eksotis berseliweran di sepanjang jalan. Toko-toko kelontong yang menjual perlengkapan sembahyang dan toko perhiasan terlihat begitu semarak oleh warna-warni barang dagangan. Aku merasa sedang benar-benar berada di India.
Aku tak tahu kenapa, setiap kali berada di kawasan The Little India, baik itu di Klang, maupun yang di Kuala Lumpur, ada perasaan mengharu biru. Entah perasaan ini terlalu berlebihan karena rasa senang atau karena terlalu bersemangat jalan-jalan bareng Tourism Selangor, tapi perasaan ini seperti seseorang yang telah lama sekali meninggalkan kampung dan dia kembali pulang.
Aku tidak begitu mengerti sejarah. Tapi dari beberapa artikel menyebutkan Aceh adalah percampuran dari beberapa bangsa. Arab, Cina, Eropa dan India pernah datang ke Aceh ke pada masa lampau. Entah nenek moyangku berasal dari bangsa mana dulunya. Tapi aku yakin sekali, perasaan ketika aku berada di tengah-tengah The Little India, Klang tempo hari seperti pertanda bahwa mungkin saja nenek moyangku dulu berdarah India. Err…terlalu maksa, ya? :D
Well, perjalanan di hari kedua My Selangor Story adalah mengunjungi The Little India, Galeri Diraja Sultan Abdul Aziz, mengunjungi Kuil Kwan Imm, makan siang di Archana Curry House di Klang, Selangor, dan perjalanan ditutup dengan menikmati wahana-wahana seru di Sunway Lagoon.
Bas pesiaran berhenti di dekat Stesen Keretapi Klang. Semua turun dan mengambil foto di dekat-dekat situ. Aku menyeberang jalan lalu berjalan kaki dengan cepat menyusuri teras-teras toko dan kantor. Ada yang mengusikku ketika tadi duduk di dalam bus. Sebuah mesjid dengan kubah berwarna hijau terlihat di antara bangunan pertokoan.
Di ujung jalan aku berbelok ke kanan melewati Galeri Diraja Sulta Abdul Aziz yang berarsitektur eropa. Memasuki beberapa persimpangan lagi hingga mesjid terlihat jelas. Mesjid India Klang, begitu sebutannya, berdiri megah di tengah-tengah pertokoan. Aku duduk di sebuah pot palem di depan sebuah toko yang berseberangan dengan mesjid, menikmati sepoi-sepoi dan membiarkan angin mengeringkan keringat.
Sayup-sayup terdengar suara asing. Aku berdiri dan berjalan mencari arah suara. Di sebuah toko di blok pertokoan yang lain sedang berlangsung upacara keagamaan. Semuanya sedang khusyuk mengikuti upacara tersebut, jadi aku tidak berani bertanya upacara apa yang sedang mereka jalankan. Dua orang pendeta yang badannya dibalut kain berwarna kuning berdiri di depan tungku api. Yang paling muda menuangkan semacam minyak ke sebuah tongkat besar berukir burung garuda sambil merapal mantra-mantra.
Aku bergegas meninggalkan lokasi upacara dan menemukan kawan-kawan sudah bergerak menuju Gedung Raja Abdullah dan Balai Bomba dan Penyelamat Kota Raja (Kantor SAR atau Gegana jika di Indonesia). Ternyata di belakang Balai Bomba ini ada kuil hindu! Tanpa menunggu rombongan, aku bergegas mencari jalan pintas ke kuil.
Kuil Sri Nagara Thendayuthapani dipagari dinding tembok di sekelilingnya. Kuil ini terletak di Jalan Bukit Jawa. See? Suku jawa sudah duluan menginvasi daerah ini sudah lama sekali.
Di dalam kuil, aku bertemu dengan Uncle Raju. Aku mengobrol sejenak sambil menunggu kawan-kawan tiba. Uncle Raju melakukan sembahyang 5 kali sehari. Dua waktu dilakukan di kuil, pagi dan malam, dengan membawa sesaji berupa bunga dan susu. Beliau juga bilang kalau umat beragama di Malaysia sangat toleran, semua agama adalah bagus, semua ajaran agama adalah indah. Jika semua bersatu, hidup dengan damai, negara akan maju. Ucapan Uncle Raju membuatku sedih dengan kondisi di Indonesia. Tidak semua warga kita bisa beribadat dengan aman dan nyaman seperti yang dijamin oleh pemerintah Malaysia.
Ada satu kebiasaan unik orang India yang membuatku bingung. Sebelum masuk kuil, aku meminta ijin ke seorang laki-laki yang duduk di depan gapura untuk memasuki kuil. Beliau menjawab dengan menggelengkan kepala, tak bicara sedikitpun, hanya senyum saja. “Lho? Menggeleng kok senyum? Boleh masuk ga nih, uncle?” tanyaku dalam hati. Keluar dari kuil, aku baru ingat, gelengan kepala seperti uncle tadi merupakan bahasa tubuh khas India yang berarti “ya”.
Aku mengucapkan salam perpisahan dengan Uncle Raju yang ramah ini, lalu melanjutkan perjalanan ke Galeri Diraja Sultan Abdul Aziz. Galeri ini memamerkan barang-barang peninggalan Sultan Abdul Aziz seperti koleksi, pernak-pernik kerajaan dan foto-foto. Ternyata Sultan juga penggemar filateli, ada banyak sekali koleksi perangko di galerinya. Tapi sayangnya beliau juga suka mengoleksi binatang yang diawetkan. Sungguh sedih melihat Harimau Jawa berdiri kaku di balik kaca. Elang, harimau buluh, kaki gajah, dan berbagai macam binatang yang diawetkan lainnya dipamerkan di salah satu ruangan khusus. Semoga di generasi kita dan apapun jabatannya, tidak ada lagi yang memiliki hobi mengumpulkan binatang baik yang langka maupun tidak hanya untuk dijadikan hiasan.
Blusukan di The Little India kembali dilanjutkan. Keluar dari Galeri, aku sudah kembali berada di tengah-tengah pusat pertokoan di Jalan Tengku Kelana. Ada sebuah toko yang menjual berbagai macam kemenyan. Ada yang diimpor dari Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Harga kemenyan asal Indonesia masuk tiga besar kemenyan mahal karena kualitasnya yang bagus. Tentu kemenyan digunakan untuk umat Hindu sembahyang. Umat Muslim pun di beberapa kalangan masih ada yang menggunakan kemenyan untuk berdoa.
Kakiku berjalan semakin jauh dari rombongan, ada yang hendak kucari hingga berjalan bak atlet jalan cepat. Aku mencari warung yang menjual Laddu. Penganan khas India ini membuatku begitu penasaran setelah melihatnya di film English Vinglish.
Aku berhenti di sebuah warung, seorang laki-laki muda sedang menggoreng kue berbentuk donat di dalam penggorengan besar di depan warungnya. Sebuah rak berdiri rapat ke dinding di dekat pintu masuk, memamerkan kue-kue berwarna-warni di balik kaca berminyak. Aku segera mengenali kue yang berbentuk bola-bola berwarna kuning berukuran agak lebih besar dari bola pingpong ini berada di rak paling atas: Laddu! Sedangkan donat yang sedang digoreng di depan adalah Athirasam. Adonan Athirasam adalah campuran tepung, bawang, dan sayuran lainnya. Rasanya? MANIS! Semua penganan India di dalam rak ini berasa sangat manis. Meski tidak suka makanan terlalu manis, aku membeli satu buah Laddu dan Athirasam. Masing-masingnya dihargai RM0.70 saja.
Aku berlari kembali ke grup sambil memegang bungkusan kue, aku tahu aku sudah sangat terlambat. Sesampai di tempat tadi berkumpul, tidak ada bus dan kawan-kawan yang lain. Aku ditinggal! Bang Safri menelpon, mereka menunggu di depan Gereja Our Lady of Lourdes, sekitar 300 meter dari tempatku berdiri. Aku kembali berlari dan menemukan wajah jutek Ms Chai dan Bang Safri. Hehe…Sorry…
Bus berangkat dan 20 menit kemudian menurunkan kami kembali ke jalanan. Ada kelenteng yang menarik untuk dikunjungi. Di Malaysia, kelenteng disebut dengan Rumah Berhala. Ini adalah Rumah Berhala Kwan Imm. Ramai sekali yang berjualan di depan pintu masuknya. Termasuk juga pengemis. Terdapat bangunan-bangunan kecil di bagian terluar kelenteng yang digunakan untuk membakar sesaji dan berdoa kepada leluhur. Di sebelah kiri halamannya, sebuah tenda menaungi meja makanan yang menyajikan makanan vegetarian gratis untuk semua orang. Makanan yang disediakan berupa mie hun dan kwetiau. Rasanya memang tak begitu lezat, tapi sangat bermanfaat bagi banyak orang, apapun agamanya. Ucapan Uncle Raju terbukti.
Another surprise di Archana Curry House
Aku baru saja menghabiskan dua mangkuk mie hun dan kwetiau di kelenteng Kwan Imm, perut lumayan kenyang. Tapi aku tidak boleh melewatkan makan siang di Archana Curry House di Klang ini. Kapan lagi bisa menikmati kari India di The Little India? Gratis pula!
Makanan dihidangkan dalam piring aluminium, persis seperti yang kulihat dalam tayangan televisi di National Geographic. Rasa kari ayamnya benar-benar enak. Masakan India memang memiliki cita rasa yang khas dan unit. Warna rempah dan aromanya yang begitu tajam sampai menempel di gigi dan jari tangan. Bagi penggemar masakan India, di sini surganya.
Kejutan datang dari pengunjung restoran, dua orang pemilik toko membagikan kami oleh-oleh dari tokonya. Yang pertama dari pemilik toko perhiasan, Madura, sebuah inai yang berbentuk stiker. Yang kedua, toko kain Gayathiri, masing-masing mendapatkan satu kain sari cantik sebagai oleh-oleh.
Sunway Lagoon
Oleh-oleh dari The Little India sudah ditangan, kini saatnya melepaskan sisa-sisa adrenalin di Sunway Lagoon setelah seharian berpanas-panasan menyusuri jalan-jalan di Klang, blusukan di lorong-lorong belakang pertokoan, sampai harus berlari-lari mengejar bus.
Sunway Lagoon yang dinobatkan sebagai Asia’s Best Attraction memang memberikan kegembiraan yang tak terlupakan. Atraksi favoritku adalah Amusement Park, salah satunya adalah Lost City of Gold, roller coaster dengan set penambangan emas dan jalur yang membuat penumpang tak berhenti berteriak. Tapi sayang sekali aku tidak bisa menikmati Pirate’s Revenge dan Tomahawk. Sepertinya dua atraksi ini memang paling ditakuti oleh kebanyakan pengunjung.
Meski sedikit kecewa tak bisa menikmati beberapa atraksi di Sunway Lagoon tapi keseruan My Selangor Story di hari kedua ini membayar semua energi yang terkuras. Kami kembali ke Kuala Lumpur dan check-in di Areena Hotel dan beristirahat untuk memulihkan tenaga untuk perayaan besar esok hari di Batu Cave.
Kami tiba di Arenaa Star Luxury Hotel ketika malam mulai menjelang. Setelah mendapat pembagian kamar, kami dibawa melihat-lihat fasilitas hotel yang kabarnya grand launching hotel akan diresmikan oleh Michele Yeoh dalam waktu dekat ini. Wah, keren sekali ya?
AstuteXperience
Pihak hotel pun memberikan kejutan kepada kami berupa member card AstuteXperience! Ini seperti dapat kartu ajaib. Bayangkan saja, selain mendapat kemudahan dan diskon-diskon menarik pada saat booking kamar hotel dan makan di restoran yang masuk dalam jaringan AstuteXperience, member juga diberikan banyak sekali voucher diskon seperti paket menginap di beberapa hotel mewah di Malaysia dengan harga yang sangat terjangkau.
Dengan kartu AstuteXperience, kamu bisa mendapatkan akses lebih dari 25.000 hotel dan resort di seluruh dunia. Diskon sampai dengan 60% untuk semua tarif dan puas-puasin diri menikmati santapan kuliner dengan diskon sampai dengan 50%. Semua kenikmatan ini tidak hanya bisa dinikmati sendiri, tapi bisa digunakan untuk seluruh keluarga.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut, kamu bisa cek di website resmi mereka di sini dan bergabung juga ke fanpage facebook mereka di sini.
Untuk mendapatkan member card ini sebenarnya cukup mudah, cukup mengisi nama, email dan nomor kontak di form di sini, nanti costumer care AstuteXperience yang akan menghubungi kamu.
So, terima kasih untuk AstuteXperience untuk member card-nya. Berkat AstuteXperience juga kami bisa menginap di dua hotel mewah di bilangan Kuala Lumpur ini. Semoga suatu saat nanti voucher-vouchernya dapat dipakai. :D
Rupa-rupa Blogger di My Selangor Story 2013
Bas Pesiaran. Begitu yang tertulis di badan sebuah bus yang kami tumpangi. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, pesiaran berarti pariwisata atau perlancongan. Bus ini akan membawa 20 peserta My Selangor Story 2013 selama 5 hari ke depan untuk mengunjungi beberapa tempat pelancongan paling akbar di Selangor dan Kuala Lumpur, Malaysia.
Ke-20 blogger itu terdiri dari 16 blogger Indonesia dan 4 blogger Malaysia. Kami terpilih setelah melewati penjurian yang berlangsung selama lebih kurang dua minggu (lihat tulisan kami di http://myselangorstory.com). Blogger Indonesia yang terpilih di antaranya berdomisili di Aceh, Pekanbaru, Jambi, Jakarta, Surabaya, dan Kupang. Bersama-sama kami menikmati pariwisata Malaysia khususnya di Selangor yang diselenggarakan oleh Tourism Selangor. Lanjutkan membaca “Rupa-rupa Blogger di My Selangor Story 2013”
Rupa-rupa Blogger di My Selangor Story 2013
Bas Pesiaran. Begitu yang tertulis di badan sebuah bus yang kami tumpangi. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, pesiaran berarti pariwisata atau perlancongan. Bus ini akan membawa 20 peserta My Selangor Story 2013 selama 5 hari ke depan untuk mengunjungi beberapa tempat pelancongan paling akbar di Selangor dan Kuala Lumpur, Malaysia.
Ke-20 blogger itu terdiri dari 16 blogger Indonesia dan 4 blogger Malaysia. Kami terpilih setelah melewati penjurian yang berlangsung selama lebih kurang dua minggu (lihat tulisan kami di http://myselangorstory.com). Blogger Indonesia yang terpilih di antaranya berdomisili di Aceh, Pekanbaru, Jambi, Jakarta, Surabaya, dan Kupang. Bersama-sama kami menikmati pariwisata Malaysia khususnya di Selangor yang diselenggarakan oleh Tourism Selangor. Lanjutkan membaca “Rupa-rupa Blogger di My Selangor Story 2013”