Ini adalah jembatan yang menghubungkan Rancong dengan Pulau Semadu. Pulau Semadu ini sendiri hanyalah sebuah daratan sepanjang kurang lebih 300 meter yang nyaris terpisah dengan daratan. Jadi sebenarnya bukan sebuah pulau ya. Bangunan jembatannya terdiri dari bilah-bilah papan dan rangkaian bambu sebagai pagar/pegangan di kiri kanannya. Panjangnya kurang dari 100 meter.
Aku tiba di sini sudah hampir tengah hari setelah bersepeda sejauh lebih kurang 20 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari Kota Lhokseumawe. Mengabaikan jalan utama Lhokseumawe – Banda Aceh, aku memilih melewati jalan di balik bukit Kampung Paloh.
Tujuan ke Rancong ini semula tak direncanakan. Tujuan awal adalah bersepeda mengelilingi bukit-bukti Panggoi dan Paloh. Namun jalan yang kususuri berujung kepersimpangan yang warga setempat menyebutnya Simpang Len (Line). Yaitu jalan yang dibangun oleh Exxon Mobile dan tembus ke pelabuhan Arun.
Memasuki kompleks pertambangan Arun ini membuatku semakin penasaran. Ada apa diujung jalan sana?

Sepanjang jalan seperti di dalam foto di atas, di sebelah kiri terhampar tambak ikan dan kebun warga. Di sebelah kanan adalah area terlarang yang dipagari tinggi. Sekali-sekali tercium bau gas ketika badan jalan berdekatan dengan pagar pembatas.
Bersepeda sejauh dan selama ini sungguh terbayarkan lunas dengan pemandangan pantai yang cantik dan laut yang biru. Angin sepoi yang melenakan dan pasir lembut yang menggelitik telapak kaki yang lelah.




Mau lah aku ke situ.. *naik sepeda dari Banda Aceh ke Lhokseumawe*
Keren. Belum pernah wis kesitu. Padahal dekat dr rumah.
Nice journey :)
Kayaknya hidupmu indah sekali ya? kl ga jogging, naik sepeda, kalau nggak bushwalking :'( aku iri!!!!