Selamat Datang di Bali, Bli!

Perjalanan yang sudah diatur setahun yang lalu ini seperti jadi ga jadi. Antusiasme menginjak tanah Bali hampir kandas karena pesona gunung-gunung di Jawa Timur yang memukau. Niat terakhir ku malah ingin nekad pergi ke Lombok saja. Tapi karena waktu dan uang yang semakin sedikit, aku harus ke Bali.

Bali!

Perjalanan yang sudah diatur setahun yang lalu ini seperti jadi ga jadi. Antusiasme menginjak tanah Bali hampir kandas karena pesona gunung-gunung di Jawa Timur yang memukau. Niat terakhir ku malah ingin nekad pergi ke Lombok saja. Tapi karena waktu dan uang yang semakin sedikit, aku harus ke Bali.

Ya, memang harus ke Bali. Pulau Dewata, kata orang sejak aku kecil dulu. Perkenalan pertamanya adalah lewat lagu Denpasar Moon-nya Maribeth yang tersohor di tahun 1991 silam. Itu 21 tahun yang lalu. Sekarang dengan kekuatan finansial, sudah berani bilang “masa iya orang Indonesia ga ke Bali?”. Sama halnya seperti pernyataan “masa iya orang Aceh ga ke Pulau Weh?”.

Tiga hari di Bali, hanya segelintir tempat yang dapat dikunjungi. Waktu terasa begitu cepat. Dan meninggalkan pulau ini dalam kondisi jiwa yang galau tak ingin pergi sangat menyesakkan dada. Bromo, Ijen. Sama saja. Bikin galau ketika ditinggalkan. :(

Aku dan Ari (kawan traveling terbaik so far) berangkat dari paltuding-Ijen melewati jalan yang luar biasa parah sepanjang sekitar 10an kilo. Kiri kanan masih hutan dengan pohon-pohon tinggi yang memayungi. Semak-semak hijau subur tumbuh di pinggir bekas aspal yang berbonggol-bonggol dan pecah-pecah. Tapi hampir sepanjang 10km itu adalah jalanan bebatuan semua. Beri liar berbuah merah sering dijumpai di jalanan rusak itu. Mengingatkan kembali ke masa-masa kanak-kanak dulu.

Menyenangkan sekali ketika perjalanan yang sedang ditempuh mampu membangkitkan kembali kenangan-kenangan masa lalu. Alam yang sedang basah, tak ada suara manusia bercakap-cakap. Hanya deru mobil dan suara decit ban dan suara gelindingan batu yang terlepas dari cengkraman tanah. Sepahit apapun kenangan itu ketika dikenang di saat seperti ini semua jadi terasa indah. Sentimentil. Kebodohan-kebodohan masa kecil dulu seperti terproyeksikan di daun-daun yang basah, berlarian di antara semak beri liar atau kebun-kebun kopi dan cengkeh. Melompat-lompat di atas batu-batu dan bermandikan hujan.

Kesan pertama tiba di Bali adalah…panik! Mengapa tidak ada yang memberi tahu kalau memasuki provinsi ini harus berKTP yang masih berlaku? KTPku baru saja habis masa berlakunya 3 hari yang lalu. Aku menghabiskan waktu 15 menit di dalam ruang pemeriksaan dan diinterogasi oleh bapak-bapak PNS yang menanyakan pertanyaan yang-diapun-sudah-tau-jawabannya.

Lima belas menit kemudian, drama ala ftv pun berlangsung dramatis. Seorang bapak-bapak masuk ke dalam kantor dalam slow motion lalu bertanya “kaaliiaan naaiik appaa?”, bis yang tadinya berhenti di samping kantor sudah melaju kencang 100 meter meninggalkan kami. Karena kepanikan ditinggal bis, akhirnya terpaksa, selembar dua puluh ribu rupiah pun berpindah kantong dalam sekejap di dalam ruang interogasi yang dipenuhi bapak-bapak PNS tadi. Biaya ‘administrasi’, kata si Bapak PNS dengan cincin besar-besar di jari-jari tangannya. Abang-abang ojek yang standby di dekat pos pemeriksaan itu, melihat gelagat panik kami segera menggas motor ke arah kami dengan tampang pembalap amatir siap ngebut.

Selamat datang di Bali, bli!

Selamat datang, bli..
Iklan

Penulis: Citra Rahman

Blogger cilet-cilet aka blogger ecek-ecek. :D

3 tanggapan untuk “Selamat Datang di Bali, Bli!”

  1. agak tersungging dengan statement “masa iya orang Aceh ga ke Pulau Weh” itu, meubhak2 jantong dun.. golom pernah jak..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: