Sinabang dalam debu

Sekarang saya sedang di Pulau Sinabang. Hari senin lalu (18/05) saya bertolak dari pelabuhan ferry Labuhan Haji dari jam 10 malam dan tiba jam 7 pagi di Sinabang.

Pengalaman baru bagi saya berlayar dengan KMP Teluk Sinabang yang saya dengar dari banyak orang adalah bantuan BRR. Alhamdulillah saya dapat menyewa dua buah ranjang untuk kami beristirahat selama perlayaran ke Sinabang.

Uniknya, kamar ABK yang disewakan ini letaknya paling bawah. berdekatan dengan kamar mesin dan tepat di bawah muatan truk. Sekali-sekali sering terdengar seperti suara gesekan atau benturan dari sisi kapal. Sedap-sedap ngeri lah…Untungnya saya dapat tidur dengan lelap sampai subuh.

Hari pertama di Sinabang lumayan menyenangkan. Pekerjaan yang saya kerjakan bersama tim juga tidak mengalami hambatan. Tapi yang menjengkelkan adalah debu yang beterbangan di sepanjang jalan Sinabang. Akibatnya saya harus ekstra membersihkan wajah saya yang kembali berjerawat.

Semenjak pertama kali saya datang ke pulau ini pada tahun 2007 silam, satu hal yang menjadi masalah besar bagi saya (dan juga masyarakat di sini) adalah kondisi jalan yang rusak parah. Kemanapun saya pergi pasti jalanan beraspal penuh lubang dan berdebu.

Enam bulan kemudian, saya kembali lagi ke Simeulue dan terpana melihat kondisi yang jalanan kota yang katanya baru sebulan diaspal tapi sudah kembali rusak. Parah! Siapa yang bisa disalahkan? Di pulau ini tidak ada kerikil atau bahan dasar untuk mengaspal yang bagus. Jika diangkut dari luar pasti biayanya sangat mahal sekali.

Sudah tahun 2009 sekarang ini dan jalanan di kota hingga ke daerah-daerah lainnya masih terus dalam tahap pengerasan. Beberapa ruas harus ditambal-tambal karena rusak. Dan debu terus menebal pada rumah-rumah di pinggir jalan, kendaraan dan muka saya!

Iklan
%d blogger menyukai ini: