Berjalan kaki di Banda Aceh memang suatu keasyikan sendiri bagi saya. Sekalipun banyak reaksi miring yang bikin telinga kering tentang kebiasaan saya ini tapi semangat tetap jalan terus! Reaksi kawan-kawan yang tau tentang kebiasaan saya ini sama saja semuanya. Satu kata : GILA!
Yah, sodara-sodara.. Bukannya saya pelit tidak mau berbagi ke abang tukang becak mari dong kemari, aku mau nabok…(Haiah!!!). Tapi ini menyangkut hati, man! Saya memang cinta mati sudah berjalan kaki kalau malam-malam di Banda Aceh. Biar dikata gila juga siapa yang peduli? Nyak-nyak penjual pisang goreng saja tak peduli, apalagi kupu-kupu malam di pinggir jalan Stui!
Seperti barusan, saya kembali melihat penampakan-penampakan yang membuat saya miris. Beberapa wanita yang keluyuran tengah malam di trotoar dengan pandangan mata yang ‘penuh harap’ ke arus lalu lintas. Demi mencari makan mereka terpaksa atau tidak, harus bekerja seperti itu. Saya jadi merasa bersalah ketika tadi begitu menikmati makanan-makanan di Daus. Yah, sekalipun ditraktir sih.
Berjalan kaki bagi saya adalah satu-satunya kegiatan yang mesti dan harus dan kudu dilakukan kalau di Banda Aceh. Sekalipun kaki dan bahu yang menahan ransel terasa mau lepas ditambah pula dengan kerinduan pada blog. Kaki saya pun bergerak seperti kesurupan. Tak peduli lagi pada sakit malah mempercepat jalan hingga bertemu warnet.
Hm, saya kepikiran terus nih, berapa kilometer ya jarak perjalanan yang sudah saya tempuh berjalan kaki dari Peunayong ke Keutapang?
adoh bang…
coling aja kalo butuh bantuan… ;)
Peunayong ke Keutapang sekitar sepuluh kilo cit.
Hek deh….
10 kilo? So what????wuahhahahaha…kalo pejalan kaki apa pula istilahnya ya? Walker?
thanks Syahuri…hehe…
10 kilo jalan kaki !!! Hebatt. Pasti seluruh resah dan sedih luluh terbawa keringat.
WOW,,,,,
NYAN MANTRAP.. SIGOE2 lon woe, ta wet2 kota beh…. ek ie ta ngen manteng tapi….meunyoe na kupu2 malam mangat ta plueng bacut….
Ayo mantong bang Iqbal, uloen duek di likoet beuh…hehe…haek loen wieng doh…